Penciptaan Secara Umum

Pembicaraan tentang ketetapan-ketetapan Allah biasanya membawa kita kepada pemikiran tentang pelaksanaan dari ketetapan tersebut, dan hal ini dimulai dengan karya penciptaan. Penciptaan ini bukan saja yang pertama dalam susunan waktu, tetapi juga berdasarkan urutan logisnya. Penciptaan adalah permulaan dan dasar dari semua penyataan ilahi dan sebagai akibatnya juga merupakan dasar dari semua kehidupan etis dan religius. Doktrin tentang penciptaan tidak dikemukakan dalam Alkitab sebagai solusi filosofis dari problem dunia, tetapi dalam kepentingan etis dan religiusnya, sebagai suatu penyataan dari hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Doktrin penciptaan menekankan bahwa fakta Allah adalah asal mula dari segala sesuatu dan bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya dan berhadapan dengan-Nya. Pengetahuan tentang doktrin penciptaan ini diturunkan dari Alkitab saja dan diterima melalui iman (Ibr. 11:3), walaupun Roma Katolik tetap berpegang pada pendapat bahwa doktrin penciptaan itu dapat juga diperoleh dari alam.

A. Doktrin Penciptaan dalam Sejarah

Kendatipun filsafat Yunani berusaha mencari penjelasan dari dunia dalam suatu dualisme, yang melibatkan kekekalan materi atau dalam sebuah proses emanasi, yang menjadikan dunia sebagai manifestasi keluar dari Allah, tetapi gereja Kristen sejak semula mengajarkan doktrin penciptaan ex nihilo dan sebagai suatu tindakan bebas Allah. Doktrin penciptaan ini diterima dalam ketidakseragaman tunggal dari mulanya. Doktrin penciptaan ini dapat ditemukan dalam pendapat Justin Martyr, Irenius, Tertullian, Clement dari Alexandria, Origen, dan yang lainnya. Theophilus adalah bapa gereja pertama yang menekankan fakta bahwa hari-hari dalam penciptaan adalah hari-hari dalam arti literal. Pendapat ini tampaknya telah ada juga dalam pandangan Irenius dan Tertullian, dan mungkin juga merupakan pandangan umum dari gereja. Clement dan Origen menganggap penciptaan sebagai telah diselesaikan dalam satu waktu tunggal yang tidak terbagi dan memikirkan tentang penjabaran dari hari-hari penciptaan itu sebagai suatu karya yang diselesaikan dalam beberapa hari semata-mata sebagai suatu cara sastra untuk melukiskan asal mula dari segala sesuatu dalam urutan kelayakannya atau dalam hubungan logisnya. Gagasan tentang sebuah penciptaan kekal, sebagaimana diajarkan oleh Origen, pada umumnya ditolak. Pada saat yang sama, beberapa bapa gereja menyatakan gagasan bahwa Allah selalu sebagai Pencipta, walaupun alam semesta yang diciptakan dimulai dalam waktu. Selama masa pertentangan tentang Allah Tritunggal, sebagian dari mereka menekankan fakta itu yang berbeda dengan kelahiran Allah Putra yang merupakan suatu tindakan yang perlu dari Bapa, dan penciptaan dunia adalah suatu tindakan bebas dari Allah Tritunggal. Agustinus membicarakan tentang karya penciptaan dengan lebih terperinci daripada yang lain. Dia berpendapat bahwa sejak dari kekekalan, penciptaan ada dalam kehendak Allah dan karena itu tidak membawa perubahan dalam-Nya. Tidak ada waktu sebelum penciptaan, karena dunia dijadikan dengan waktu dan bukannya dalam waktu. Pernyataan apakah yang dilakukan Allah dalam sedemikian banyak abad sebelum penciptaan didasarkan atas sebuah konsep yang salah dari kekekalan. Kendatipun gereja secara umum tampaknya masih berpendapat bahwa dunia diciptakan dalam enam hari biasa, Agustinus mengemukakan suatu pandangan yang berbeda. Agustinus dengan keras mempertahankan doktrin penciptaan ex nihilo, tetapi membedakan dua momen penciptaan: penciptaan dari materi dan penciptaan roh-roh yang keluar dari ketiadaan dan penyusunan dari alam semesta material. Agustinus merasa sulit mengatakan macam hari-hari yang bagaimanakah yang disebutkan dalam kitab Kejadian, tetapi terbukti cenderung untuk berpendapat bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dalam sebuah momen waktu, dan pemikiran tentang hari-hari itu hanyalah berusaha memperlengkapi inteligensi yang terbatas. Kelompok Skolastik banyak memperdebatkan kemungkinan adanya penciptaan kekal; sebagian orang seperti Alexander dari Hales, Bonaventura, Albertus Magnus, Henry dari Ghent, dan sebagian besar kaum Skolastik menyangkali hal ini. Akan tetapi, doktrin penciptaan dengan atau dalam waktu terus berjalan. Erigena dan Eckhart termasuk perkecualian dalam mengajarkan bahwa dunia asalnya terjadi dari emanasi. Tampaknya, hari-hari penciptaan dianggap sebagai hari biasa, walaupun Anselmus menganggap mungkin perlu menganggapnya berbeda dengan hari-hari zaman sekarang. Para reformator berpegang teguh pada doktrin penciptaan tanpa bahan oleh suatu tindakan bebas Allah dalam atau dengan waktu, dan menganggap hari-hari penciptaan sebagai enam hari secara harfiah. Pandangan ini biasanya juga dipegang oleh para sastrawan Pascareformasi pada abad ke enam belas dan tujuh belas. Walaupun beberapa teolog (seperti Maresius) ada kalanya berbicara tentang penciptaan yang terus menerus. Pada abad delapan belas di bawah pengaruh hebat Panteisme dan Materialisme, ilmu pengetahuan melancarkan suatu serangan terhadap doktrin penciptaan yang dipegang oleh gereja. Ilmu pengetahuan menggantikan penciptaan mutlak yang berasal dari kuasa ilahi dengan pandangan mereka tentang evolusi atau perkembangan. Dunia sering disebut-sebut sebagai manifestasi penting dari Yang Absolut. Asal mula dunia kemudian didorong balik sampai beribu-ribu bahkan berjuta-juta tahun di masa lampau yang tidak diketahui. Dan, segera para teolog terikat pada berbagai usaha untuk menyelaraskan doktrin penciptaan dengan ajaran-ajaran ilmu pengetahuan dan filsafat. Sebagian teolog kemudian menyarankan bahwa pasal-pasal pertama dari Kitab Kejadian harus ditafsirkan sebagai ungkapan alegoris atau mistis; sebagian yang lain berpendapat bahwa ada satu kesenjangan yang amat lama terjadi antara Kej. 1:1,2 dan penciptaan berikutnya dalam ayat-ayat selanjutnya; dan yang lain lagi mengemukakan pendapatnya bahwa hari-hari penciptaan itu kenyataannya adalah suatu jangka waktu yang amat lama sekali.

B. Bukti Alkitab atas Doktrin Penciptaan

Bukti Alkitab bagi doktrin penciptaan tidaklah ditemukan dalam satu ayat tunggal yang terbatas dalam Alkitab, tetapi dapat kita temukan dalam setiap bagian firman Tuhan. Doktrin penciptaan ini tidaklah terdiri dari sedikit ayat-ayat yang tersebar dengan penafsiran yang meragukan, tetapi dinyatakan dalam sejumlah besar ayat-ayat yang jelas dan dalam pernyataan-pernyataan yang sama sekali tidak meragukan, yang membicarakan tentang penciptaan dunia sebagai suatu fakta historis. Pertama-tama kita mendapatkan pemaparan yang panjang lebar tentang penciptaan dalam dua pasal pertama kitab Kejadian, yang kemudian akan dibicarakan secara terperinci pada saat membahas penciptaan alam semesta secara materi. Pasal-pasal ini bagi pembaca yang pikirannya tidak terbelokkan jelas merupakan sebuah pemaparan historis dan juga merupakan catatan yang berisi fakta sejarah. Kemudian, sejumlah besar ayat-ayat yang berkaitan dalam seluruh Alkitab sama sekali tidak menganggap pemaparan itu sebagai fakta lain selain fakta sejarah. Ayat-ayat itu semua melihat penciptaan sebagai suatu fakta sejarah. Berbagai pasal di mana ayat-ayat itu dapat dijumpai dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  1. Pasal-pasal yang menekankan kemahakuasaan Allah dalam karya penciptaan (Yes. 40:26,28; Amos 4:13).
  2. Ayat-ayat yang menunjuk kepada pemuliaan Allah di atas alam semesta sebagai Allah yang besar dan tiada terbatas (Mzm. 90:2;,102:26,27; Kis. 17:24).
  3. Ayat-ayat yang menunjuk kebijaksanaan Allah dalam karya penciptaan (Yes. 40:12-14; Yer. 10:12-16; Yoh. 1:3).
  4. Ayat-ayat yang memandang penciptaan dari sudut pandang kedaulatan Allah dan tujuan penciptaan (Yes. 43:7; Rom. 1:25).
  5. Ayat-ayat yang membicarakan penciptaan sebagai karya fundamental Allah (1 Kor. 11:9; Kol. 1:16).

Salah satu pernyataan yang paling lengkap dan indah kita dapati dalam Neh. 9:6: "Hanya Engkau adalah TUHAN! Engkau telah menjadikan langit, ya langit segala langit dan balatentaranya dan bumi dan segala yang ada diatasnya, dan laut dan segala yang didalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentara langit sujud menyembah kepada-Mu." Ayat ini adalah salah satu contoh dari ayat-ayat lain yang sejenis, yaitu ayat-ayat dalam Alkitab yang menekankan kenyataan bahwa Yehova adalah Pencipta alam semesta (Yes. 42:5; 45:18; Kol. 1:16; Why. 4:11; 10:6).

Diambil dari:
Judul Buku : Teologi Sistematika (Doktrin Allah)
Judul Artikel : Penciptaan Secara Umum
Penulis : Louis Berkhof
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1993
Halaman : 233 - 237
Kategori: 
Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA