Orang Kristen Adalah Penatalayan Allah

A. Diselamatkan untuk Menjadi Penatalayan Allah

Ketika manusia berdosa diinsafkan oleh Roh Kudus akan dosanya, Roh Kudus menuntun orang berdosa menerima kebenaran Injil dan akhirnya menyerahkan dirinya tunduk pada Ketuhanan Kristus. Dengan keyakinan yang teguh bahwa setiap orang yang mengaku dengan sungguh bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat kemudian mengambil keputusan menerima-Nya secara pribadi, mereka disebut orang Kristen (Christ in) Kristus di dalam hidupnya. Setiap orang yang percaya kepada Kristus adalah penatalayan Allah.

Perumpamaan Talenta

Penatalayanan (stewardship) adalah panggilan semua orang percaya termasuk murid Kristus. Mereka adalah orang yang menatalayani atau mengelola talenta yang dipercayakan oleh Allah. Seorang yang mengalami transformasi akan menjadi penatalayan yang baik. Dalam Matius 25:14-30, Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang tuan yang memercayakan beberapa talenta kepada tiga orang hambanya. Setiap hamba diberikan kepercayaan untuk mengelola talenta yang berbeda-beda. Setelah beberapa waktu lamanya datanglah tuan tersebut untuk mengadakan perhitungan dengan ketiga hambanya tersebut. Dua hambanya telah mengelola talenta itu dengan baik sehingga diberikan penghargaan oleh tuan mereka dan turut mengambil bagian dalam kebahagiaan tuannya. Orang terakhir yang diberikan talenta lebih sedikit dari dua orang sebelumnya, karena tidak mengelola talenta tuannya dengan baik, malah menyalahkan tuannya. Maka sebagai konsekuensi dari perbuatannya itu dia dihukum dengan sangat berat, yakni dicampakan ke dalam kegelapan yang paling gelap. Sebenarnya ini merupakan gambaran mengenai Allah (Tuan yang empunya pekerjaan) dan manusia (hamba yang dipercayakan). Semua yang kita sedang kerjakan sekarang adalah kepercayaan dari Allah. Oleh karena itu semua hal yang dipercayakan-Nya kepada kita harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya sebab kelak Dia akan meminta pertanggungjawaban dari kita (1 Petrus 4:5).

Orang Kristen adalah penatalayan Allah. Apa yang dia sedang kerjakan merupakan kepercayaan dari Tuhan Allah. Jika mengerti ini, maka kita akan menjadi orang Kristen yang bertanggungjawab dan bijaksana. Sebagai seorang penatalayan yang baik, kita di tuntut untuk menjaga dan mengembangkan apa yang dipercayakan-Nya bagi kita. Kelak ketika Allah, sang Pemilik pelayanan itu datang, kita dapat memberikan pertanggungjawaban. Kita juga dituntut menjadi penatalayan waktu dan Injil.

B. Penatalayan Waktu

Saya sangat bersyukur bisa melayani di daerah timur Indonesia. Daerah ini sangat terkenal karena alam dan budayanya yang luar biasa indah. Saya melayani selama 2 tahun di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Ketika ingin melayani di daerah Timur Indonesia, hal yang perlu diketahui dan dipelajari adalah budaya atau kebiasaan, bahasa, dan karakter mereka. Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil ketika melayani di tempat seperti ini. Keramahtamahan penduduk lokal, dan juga makanan khas yang mereka hidangkan untuk menyambut seorang tamu merupakan ciri khas tersendiri daerah ini. Terlepas dari semua hal baik tersebut, ada hal yang kurang baik yang sering dilakukan oleh kebanyakan dari orang-orang yang berasal dari daerah timur, yaitu soal
mengelola waktu
(manajemen waktu). Terbukti setiap acara atau kegiatan pasti akan mengalami kendala waktu, yakni keterlambatan. Acara sering dimulai beberapa menit setelah melewati waktu yang disepakati, bahkan yang lebih parah bisa sampai beberapa jam.

Memang tidaklah mudah mengubah kebiasaan seperti ini, apalagi sudah dilakukan secara terus menerus. Mengubah kebiasaan seseorang mengenai manajemen waktu akan seperti halnya mengajarkan lagi seorang bayi untuk merangkak dan berjalan. Stephen R. Covey dalam bukunya The 7 Habits Of Highly Effective People menjelaskan bahwa karakter kita pada dasarnya adalah gabungan dari kebiasaan-kebiasaan kita. Orang yang tidak memiliki gagasan atau pemikiran bahwa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya merupakan hal penting akan mengakibatkan orang tersebut sering terlambat. Keterlambatan yang dilakukan secara terus menerus akan menghasilkan kebiasaan suka terlambat. Gabungan dari kebiasaan-kebiasaan suka terlambat pada akhirnya akan menjadi karakter orang tersebut.

Sebagai seorang penatalayan waktu, paradigma yang benar soal waktu adalah dasar yang sangat penting. Seorang yang memiliki paradigma bahwa hidup ini adalah anugerah Tuhan dan hidup ini hanyalah sementara pasti akan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Lirik lagu yang berjudul Hidup Ini Adalah Kesempatan mengungkapkannya dengan baik.

Hidup ini adalah kesempatan.
Hidup ini untuk melayani Tuhan.
Jangan sia-siakan apa yang Tuhan bri.
Hidup ini harus jadi berkat.

Refrein:
Oh, Tuhan pakailah hidupku
selagi aku masih kuat.
Bila saatnya nanti,
ku tak berdaya lagi
hidup ini sudah jadi berkat.

Sebagai orang Kristen kita harus memanfaatkan waktu sebagai kesempatan untuk berkarya bagi kemuliaan Allah. Karena orang Kristen seharusnya menjadi penatalayan waktu yang baik dan bijaksana. Dan, sebagai seorang penatalayan waktu yang baik dan bijaksana, hal yang perlu dilakukan adalah memberi dampak kepada lingkungan sekitar sehingga tercipta lingkungan yang menghargai dan mengelola waktu secara maksimal.

C. Penatalayan Injil

Berkhotbah

Orang Kristen haruslah memiliki cara pandang yang luas (holistik) mengenai pelayanan. Pelayanan tidak hanya dipandang secara sempit dalam wilayah gereja saja, tetapi secara lebih luas mencakup semua wilayah di mana Injil bisa masuk di dalamnya. Kuasa Injil tidak dapat dibatasi oleh siapapun juga dengan kuasa apapun juga. Injil adalah kuasa Allah untuk keselamatan setiap orang percaya. Dengan kuasa Injil, setiap tembok-tembok keangkuhan dan kesombongan dapat diruntuhkan. Banyak buku yang menuliskan tentang berbagai macam trik atau teknik bagaimana dapat mengubah kebobrokan moral, cara berpikir yang jahat, dan segala bentuk masalah lainnya dengan berdasarkan pada etika kepribadian dan pendekatan psikologi masa kini, tetapi semuanya itu hanya seperti obat bius saja. Obat bius hanya memberikan efek menghilangkan rasa sakit sementara saja, tetapi ketika telah sadar maka semuanya terasa sangat sakit. Belajar dari hal ini, maka untuk dapat menuntaskan masalah kebobrokan moral, karakter yang buruk dan lain sebagainya tidaklah mungkin diselesaikan secara tuntas oleh segala upaya manusia melalui berbagai alternatif yang dibuat. Dalam iman kristen, secara eksklusif dengan tegas dikatakan bahwa hanya Allah saja yang dapat memperbaharui semua kerusakan ini sampai ke akar-akarnya. Allah melalui segala kebenaran-Nya dalam firman Tuhan (Injil) dapat memperbarui dan membimbing pada pembaruan hidup yang benar. Paulus dalam suratnya kepada Timotius mengatakan "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."

Rasul Paulus dalam suratnya merasa berutang akan Injil kepada orang-orang yang belum mendengarkan Kabar Baik ini. Rasul Paulus mengungkapkan bahwa dia diutus Kristus untuk memberitakan Injil. Injil merupakan kebutuhan semua orang berdosa. Tanpa Injil, manusia menjalani hidup tanpa pengharapan. Kebutuhan akan Injil mencakup pengharapan akan hidup sekarang di dunia dan juga kehidupan setelah kematian. Oleh sebab, itu Rasul Paulus sampai mengatakan: "Karena jika aku memberitakan injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil."

Injil merupakan berita yang sangat penting dalam Alkitab. Injil adalah berita tentang Kristus. Berita tentang Kristus merupakan tema utama dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Alkitab banyak hal yang penting untuk kita ketahui, tetapi berita injil tidak hanya penting tetapi sangat penting. Firman Tuhan berkata :

"Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan kitab suci, bahwa Ia telah di kuburkan, dan bahwa Ia telah di bangkitkan, pada hari yang ketiga sesuai dengan Kitab Suci." (1 Korintus 15:3-4)

Tiga pokok yang sangat penting dituliskan untuk dipahami dan dipelajari baik-baik karena ini merupakan dasar dari iman Kristen:

Kristus telah mati karena dosa-dosa kita. Tanpa kebenaran dari berita ini, maka orang-orang yang percaya kepadanya masih hidup di dalam dosa dan tanpa pengharapan. Akan tetapi, berita ini merupakan kebenaran dan kita bisa meyakini berita tersebut tanpa ada keraguan bahkan secara ilmiah berita ini bisa kita telusuri. Kitab Suci juga mengacu pada nubuat Maz. 16:8-11 dan Yes. 53:5-6.

Dia telah di kuburkan. Fakta tentang kematian Kristus ditujukan mengenai fakta tentang penguburannya. Maria Magdalena dan Maria, ibu Yusuf melihat Yesus ditaruh dalam kubur.

Dia telah dibangkitkan. Berita mengenai kebangkitan Yesus juga ditunjukan ketika kubur Yesus kosong. Injil mencatat bahwa Yesus ketika mati pada Jumat sore maka dia bangkit pada hari yang ketiga pada minggu pagi -- ini menurut perhitungan waktu orang Yahudi. Ini mengacu juga pada perkataan Yesus ketika Yesus mengutip kitab Yunus 1:7, mengenai tiga hari.

Jadi berita Injil mengenai kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus merupakan berita yang sangat penting. Mengapa? Karena ini menyangkut dasar iman kekristenan kita. "Tetapi andaikata Kristus tidak di bangkitkan, maka sia-sialah juga kepercayaan kamu ... Dan jika Kristus tidak di bangkitkan, maka dan kamu masih hidup di dalam dosamu." Jadi, berita Injil merupakan berita yang sangat penting dan mendesak untuk diketahui banyak orang.

Saya memiliki pengalaman berharga dengan orang-orang yang haus akan berita Injil. Suatu ketika, saya di minta untuk menyampaikan khotbah di sebuah persekutuan doa, saat acara telah selesai saya diminta lagi untuk berkhotbah di persekutuan doa minggu berikutnya, tetapi lokasinya berada di tempat lain. Saya kemudian mempersiapkan khotbah yang cukup sederhana agar dapat dimengerti oleh jemaat. Beberapa hari berlalu, ternyata ada satu hal yang saya lupa, yaitu menanyakan di mana dan kapan ibadah itu akan dimulai. Wah! Suatu pengalaman berharga saya adalah ketika saya sendiri yang harus mencari tahu kapan dan di mana lokasi ibadah itu akan berlangsung. Dalam pencarian ini, saya kemudian dipertemukan lagi dengan tempat persekutuan doa lainnya. Melalui persekutuan doa ini, saya kemudian bisa mengetahui lokasi dan waktu ibadah akan berlangsung.

Ketika hari di mana saya akan berkhotbah telah tiba, saya bergegas dan berangkat menggunakan kendaraan roda dua (sepeda motor). Saya juga berangkat lebih awal dari waktu yang disampaikan. Dalam perjalanan, saya berjumpa dengan beberapa orang yang memerlukan tumpangan untuk berangkat ke suatu tempat ibadah. Saya kemudian mempersilakan mereka untuk naik di kendaraan, dan saya akan mengantar mereka. Selesai mengantar mereka, saya kemudian bergegas untuk pergi ke tempat saya akan melayani sebagai pengkhotbah. Saya melihat tinggal beberapa menit lagi ibadah akan dimulai. Namun dalam perjalanan, saya kembali diminta tolong oleh seorang ibu dan anaknya untuk dapat mengantar mereka ke suatu tempat. Saya melihat bahwa lokasi saya akan mengantar mereka satu jalur perjalanan dengan tempat ibadah saya, tetapi saya harus melewati tempat saya akan berkhotbah kemudian memutar balik kendaraan. Saya membayangkan seperti dalam perumpamaan Yesus mengenai cerita orang Samaria yang murah hati. Jika saya menolak memberikan tumpangan dengan alasan akan segera memimpin ibadah, maka kayaknya saya seperti imam dan orang Lewi yang memberikan alasan atau dalih supaya tidak disibukan dengan hal itu. Namun, ini adalah cara paling baik supaya saya bisa sampai tepat waktu. Pilihannya hanyalah saya akan menolong. Saya tidak perlu menjadi orang Samaria, tetapi saya harus menolong mereka. Saya kemudian mengantar mereka dan setelah itu kembali lagi dan pergi ke tempat ibadah.

Sesampainya di tempat ibadah, ternyata ibadah baru akan dimulai. Dalam ibadah ini ternyata hanya tujuh orang saja yang hadir. Satu di antara semua orang yang hadir saya kenal karena dialah yang mengundang saya di situ, tetapi enam orang di antaranya saya tidak kenal. Saya merasa bahwa ibadah ini adalah ibadah yang sangat khusyuk bagi saya. Perhatian dan penerimaan mereka akan Injil sangatlah besar. Mereka menyadari bahwa kebutuhan mereka akan Injil sangatlah besar. Kini mereka mengerti bahwa segala kesalehan mereka tidaklah dapat menghapuskan dosa. Perbuatan baik, sebaik apapun itu, tidak dapat menjadi dasar untuk keselamatan mereka. Hanya Yesus Kristus saja sebagai Anak Domba Allah yang tidak bercacat dan sempurna yang dapat menjadi tebusan untuk pengampunan dosa mereka. Dengan hati yang terbuka dan penuh penyesalan akan dosa, mereka mengaku dosa dan menerima anugerah pengampunan Allah melalui Yesus Kristus. Mereka menyerahkan hidup kepada Kristus dan meneriman-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat dalam hidup mereka secara pribadi. Kini hidup mereka dipakai untuk kemuliaan Allah. Orang yang telah diselamatkan dan diubahkan hidupnya oleh Allah seharusnya menjadi pelayan Yesus kristus dalam pelayanan pemberitaan Injil. Pelayanan pemberitaan Injil bukanlah anjuran yang diberikan oleh Allah untuk kita lakukan, melainkan suatu perintah yang harus kita lakukan. Rasul Paulus berkata, "Kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu."

Soli Deo gloria.

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA