Korintus

Ketika Paulus mengunjungi Korintus pada sekitar tahun 50 atau 51, dia sama sekali tidak tahu bahwa Allah akan memakainya untuk menghasilkan suatu jemaat yang besar dan berpengaruh di kota yang modern ini. Dia juga tidak tahu bahwa kota ini akan menyaksikan lahirnya kesusasteraan Kristen. Dari pandangan manusia hal ini sama sekali tidak mungkin.

Memang, jika rasul besar ini telah dipengaruhi oleh hal-hal yang baru saja dialaminya, dia akan menjadi kecil hati, karena sebagaimana telah kita lihat, misinya ke Atena tidak merupakan sukses yang langsung dan berhasil. Dan sekarang di Korintus, dia akan berhadapan dengan cemoohan orang-orang Yunani yang sama seperti yang pernah dihadapinya di Bukit Mars.

Korintus

Namun Paulus percaya pada iman, bukan pada pengalaman! Dan demikianlah, pada saat dia berjalan masuk ke dalam rumah Laus Julia Corinthiensis -- nama seorang pejabat Romawi -- pintu-pintu mulai terbuka lebar di hadapannya. Sebenarnya, dilihat dari banyak segi, perjalanan Paulus ke Kota Korintus merupakan salah satu perjalanan yang paling berhasil dalam sejarah.

Untung bagi kita, reruntuhan Korintus masih ada dan orang masih dapat melihat sebagian dari pemandangan yang sama, dan merasakan tekanan- tekanan yang sama seperti yang dilihat dan dirasakan oleh Paulus. Demikian juga, orang bahkan dapat membaca nama seseorang yang telah bertobat dipahat di atas sebuah batu. Nama yang terpahat ini merupakan suatu petunjuk bahwa banyak orang-orang terkemuka di Korintus yang dimenangkan kepada Kristus melalui khotbahnya.

Kota Korintus kuno -- kota yang dikenal Paulus -- letaknya kurang lebih 50 mil sebelah barat kota Atena. Sekarang suatu jalan raya yang megah menghubungkan kedua kota ini. Pada jalan raya yang modern ini, persis sebelum Anda sampai di kota Korintus, Anda akan menyeberangi Terusan Korintus. Terusan yang panjangnya 4 mil ini memotong suatu genting tanah yang menghubungkan Peloponnesus ke Attica. Terusan ini memperpendek jarak sejauh 200 mil yang harus ditempuh kapal-kapal dari Pelabuhan Adriatic ke Piraeus -- pelabuhan laut Atena.

Nero merencanakan terusan ini pada tahun 66 -- beberapa bulan sebelum Paulus dihukum mati, jika orang percaya pada tradisi terakhir di kota Roma modern yang menyatakan bahwa Paulus meninggal pada tahun itu. H.V. Morton menerangkan kejadian itu sebagai berikut: "Pada suatu hari yang sudah ditentukan, Kaisar Nero meninggalkan Korintus dengan diiringi oleh pengawal-pengawalnya yang gagah dan ketika dia sampai di sisi terusan itu, dia mengambil sebuah lyre (alat musik kuno berbentuk seperti harpa) dan menyanyikan sebuah lirik untuk menghormati Dewa Neptune dan Amphitrite. Kemudian, dia memegang sebuah sekop emas. Sesuai dengan alunan musik, dia menancapkan sekop itu ke dalam tanah dan cidukan tanah serta rumput yang ada di dalam sekop itu dimasukkan ke dalam sebuah keranjang yang digendong di punggungnya. Kemudian, dia memberikan ceramah di hadapan para buruh, di antaranya ada 6000 orang Yahudi yang baru ditangkap oleh Vespasianus dari desa-desa di sisi Danau Galilea, ketika pecah perang antara orang Yahudi melawan bangsa Romawi." Mengherankan bahwa pekerjaan menggali Terusan Korintus itu dimulai oleh tawanan-tawanan perang Yahudi yang nenek moyangnya pasti telah mendengarkan khotbah Tuhan Yesus di Laut Galilea.

Namun, Nero meninggalkan proyek ini. Dia melakukan hal ini mungkin karena suatu takhayul bahwa laut yang di sebelah kiri lebih tinggi daripada laut yang di sebelah kanan. Dua tahun kemudian, dia membunuh diri.

Terusan yang ada sekarang dimulai pembangunannya oleh Perancis pada tahun 1882 dan diselesaikan oleh orang Yunani 11 tahun kemudian. Pada masa Paulus, orang Romawi menggunakan suatu sistem yang luar biasa untuk menyeberangi genting tanah itu. Mereka menggerakkan kapal dari satu sisi ke sisi lain dengan menggunakan alat-alat penggulung!

Menurut bukti-bukti yang ada dalam Perjanjian Baru, Paulus sendirian ketika dia mendekati kota ini. Timotius dan Silwanus telah dikirim ke Makedonia untuk memeriksa gereja-gereja di Filipi dan Tesalonika. Kota Korintus yang didatangi Paulus merupakan sebuah kota yang baru. Umurnya baru sekitar seratus tahun.

Namun, daerah yang ditempati kota itu telah dihuni sejak tahun 5.000 SM. Terletak pada suatu daerah yang strategis untuk perdagangan, dilengkapi dengan persediaan air yang cukup, dan dikelilingi oleh Dataran Korintus yang subur, kota ini merupakan suatu tempat ideal untuk hidup.

Segi lain yang menarik bagi penghuninya adalah Pegunungan Akrokorintus yang berwarna coklat yang menjulang 1875 kaki di belakang kota itu. Batu karang yang besar ini berfungsi sebagai menara pengintai untuk menyelidiki musuh. Tempat ini juga merupakan suatu tempat yang menyenangkan untuk mengungsi. Dan kemudian, nama Korintus asal mulanya dari nama tempat itu. Korintus berarti pengawasan atau penjaga.

Sekelompok besar orang Yunani pertama yang pindah ke sana kira-kira tahun 1.000 SM. Sejak saat itu, kota Korintus tumbuh sampai menjadi kota yang terbesar di Yunani. Namun, Korintus tidak dapat mempertahankan kedudukannya sebab antara abad keenam dan kelima SM, kota Atena mempunyai lebih banyak perdagangan dengan luar negeri dan Korintus menjadi kota nomor dua. Walaupun demikian, Korintus tetap merupakan kota yang makmur sampai tahun 146 SM. Pada tahun ini, konsul Romawi menyerang. Dia menduduki dan menghancurleburkan kota itu. Kaum pria dijagal, kaum wanita dan anak-anak dijual sebagai budak. Setelah bencana ini, kota yang hancur dijarah ini tetap tidak berubah sampai hampir 100 tahun.

Namun, riwayat kota Korintus yang gigih ini belum berakhir. Pada tahun 44 SM, Caesar Yulius membangun kembali kota ini sebagai sebuah koloni Romawi. Kemudian, dia membawa orang-orang merdeka dan penghuni-penghuni dari Italia ke tempat itu. Dengan cepat kekuatan yang telah menjadikan kota ini menjadi besar pada waktu sebelumnya mulai tumbuh lagi, dan pada waktu Paulus datang ke tempat itu, diperkirakan bahwa Korintus bersama kedua pelabuhannya memiliki jumlah penduduk hampir 600.000 orang.

Kota Korintus yang disaksikan oleh Paulus merupakan suatu kota baru yang dibangun di atas jalan Romawi. Jalan Lechaion, misalnya, lebarnya 13 meter. Jalanan ini dilapisi oleh batu-batuan keras yang diambil dari "batu gamping yang berwarna muda dari pertambangan daerah Akrokorintus". Pada setiap sisi jalan dibangun trotoar dan selokan-selokan untuk menampung saluran air hujan dari atap rumah-rumah. Dan bilamana ada jalanan mendaki yang curam, dibuat anak tangga yang lebar dan mudah didaki. Jalanan ini khusus untuk para pejalan kaki. Jadi, bekas-bekas roda yang merusak jalan-jalan di kota Pompeii tidak kelihatan di Jalan Lechaion.

Kota ini mempunyai reputasi buruk karena hal-hal yang amoral. Pada bagian belakang dari suatu deretan tiang penopang atap yang panjangnya 100 kaki, ada tiga puluh empat kedai minuman. Di kota itu ada banyak kelap malam dan pada puncak dari Akrokorintus ada kuil Dewi Aphrodite. Dalam kuil ini ada seribu imam wanita yang bertugas sebagai pelacur.

Reputasi Korintus di kerajaan itu begitu buruk sehingga perkataan "Korintus" sering dipakai untuk menyindir seseorang. Istilah ini dipakai untuk mengatakan keadaan amoral yang bejat.

Tanpa suatu badan pengurus untuk mendapatkan bantuan keuangan, Paulus harus memperoleh penghasilan. Namun, hal ini mudah dilakukan di Korintus yang merupakan pusat industri tekstil Yunani. Dia segera dapat bekerja sebagai anggota staf Akwila dan Priskila. Pasangan ini menjalankan perusahaan pembuatan tenda. Mereka baru saja diusir dari Roma karena ada maklumat dari Caesar Claudius terhadap orang-orang Yahudi, jadi mereka senang membantu seorang asing di kota besar itu. Mungkin juga bahwa mereka telah menjadi orang Kristen ketika berada di Roma.

Tidak lama kemudian, Paulus mulai berkhotbah di rumah-rumah ibadat. Kemudian, Timotius dan Silwanus muncul dengan laporan yang penuh semangat dari Makedonia. Gereja-gereja yang baru didirikan berjalan lancar. Karena gembiranya mendengar kabar baik ini, Paulus berkhotbah dengan semangat yang lebih besar dan "memberi kesaksian ... bahwa Yesus adalah Mesias" (Kisah para Rasul 18:5).

Namun, sekali lagi orang Yahudi tidak dapat menerima pernyataan seperti itu. Dan begitulah, rumah ibadat itu tertutup bagi Paulus. Namun, segera pintu yang lain terbuka, yaitu di rumah Titus Yustus, seorang Romawi yang memeluk agama Yahudi, "yang rumahnya berdampingan dengan rumah ibadat" (Kisah para Rasul 18:7).

Paulus langsung berhasil di tempat itu. "Tetapi Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya, dan banyak dari orang-orang Korintus, yang mendengarkan pemberitaan Paulus, menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis" (Kisah para Rasul 18:8).

Namun, kemenangan-kemenangan di Korintus itu tidak dapat melupakan pikiran Paulus tentang keadaan di Makedonia. Gereja yang baru lahir itu masih dekat di hatinya. Akhirnya, karena dia tidak dapat bertahan untuk berpisah lebih lama lagi, dia menulis: "Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika" (1Tesalonika 1:1).

Pada waktu itu, Paulus mungkin belum menyadarinya, tetapi perkataan- perkataannya itu merupakan perkataan-perkataan pertama yang ditulisnya, yang akan dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru kita. Surat ini ditulis pada kira-kira tahun 50 -- dan kita dapat menjadi agak dogmatis tentang waktunya. Mengapa? Sebab dalam Kisah para Rasul 18 kita membaca: "Akan tetapi setelah Galio menjadi gubernur di Akhaya, bangkitlah orang-orang Yahudi bersama-sama melawan Paulus, lalu membawa dia ke depan pengadilan .... Ketika Paulus hendak mulai berbicara, berkatalah Galio kepada orang-orang Yahudi itu: "Hai orang- orang Yahudi, jika sekiranya dakwaanmu mengenai suatu pelanggaran atau kejahatan, sudahlah sepatutnya aku menerima perkaramu, tetapi kalau hal itu adalah perselisihan tentang perkataan atau nama atau hukum yang berlaku di antara kamu, maka hendaklah kamu sendiri mengurusnya ...." (ayat 12-15).

Masalahnya sekarang ialah bagaimana menentukan kapan Galio menjadi gubernur di Akhaya. Untunglah, hal ini mungkin dilakukan karena adanya sebuah prasasti yang diketemukan di Delphi. Dari prasasti itu jelas dituliskan bahwa masa jabatan Galio lebih singkat, hanya sampai saat itu. Malang bagi Galio bersama dua saudara laki-lakinya, Mela dan Seneca, yang dihukum mati kira-kira tahun 66 atas perintah Nero, walaupun Seneca itu pernah menjadi guru Nero. (Galio dipaksa untuk bunuh diri, dan dia melakukannya dengan memotong urat-urat nadinya dan kemudian berbaring di bak mandi yang diisi air panas. Ini merupakan cara yang populer pada waktu itu.)

Namun, kitab-kitab Tesalonika 1 dan 2 tidak hanya terdiri dari surat-surat yang ditulis Paulus ketika dia berada di Korintus. Ketika dalam perjalanan pekabaran Injilnya yang ketiga, Paulus kembali ke Korintus dan menulis karyanya yang paling lama dan paling berpengaruh -- kitab Roma.

Yang mengherankan ialah ketika Paulus menulis kepada Jemaat Korintus, dia mengatakan, "Aku mengucap syukur bahwa tidak ada seorangpun juga di antara kamu yang aku baptis selain Krispus dan Gayus" (1 Korintus 1:14). Dan kemudian pada bagian akhir kitab Roma, dia menyebutkan Gayus sebagai tuan rumahnya. Dengan demikian, ada suatu bukti yang kuat bahwa Paulus menulis -- atau mendiktekan -- naskah itu sementara dia menginap di salah seorang yang sudah dibaptiskannya.

Kitab Roma menentang banyak hal tentang perbuatan yang amoral, dan seseorang dapat dengan mudah membayangkan bahwa Paulus mengarangnya setelah dia berjalan-jalan dan melihat-lihat kuil Dewi Aphrodite yang terletak di puncak Akrokorintus. Pada bab terakhir kitab Roma di mana Paulus memberi penghargaan kepada Gayus (16:23) dia juga berkata, "Salam kepada kamu dari Erastus, bendahara negeri ...." Sekarang pada salah satu bagian reruntuhan kota Korintus, ada sebuah prasasti yang bertuliskan: "ERASTVS PRO AEDILITATE S P STRAVIT". Kalau diterjemahkan dari bahasa Latin, artinya: "Erastus, sebagai balasan atas kedudukannya selaku komisaris jalan dan bangunan umum, mendirikan trotoar ini dengan biayanya sendiri." Apakah Erastus ini yang dimaksudkan oleh Paulus? Banyak penyelidik berpendapat demikian. Setidaknya para ahli purbakala berpikir bahwa prasasti ini sudah ada satu abad setelah Kristus.

Sekarang, ada kota Korintus yang baru. Letaknya agak sebelah timur kota yang lama. Namun karena satu dan lain hal, kota ini hanya berpenduduk 10.000 orang.

Diambil dari:
Judul buku : Kota-Kota pada Zaman Perjanjian Baru
Pengarang : Charles Ludwig
Penerbit : Kalam Hidup, Bandung, 1975
Halaman : 41 - 49
Kategori: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA