Kesaksian peserta KRP Agustus/September 2005

Heri Cahyono Saputro

Syalom,

Saya kenal TUHAN YESUS sejak kecil. Waktu anak-anak saya sudah rajin ke Sekolah Minggu. Saya seorang yang pendiam dan seringkali merasa minder. Setelah lulus SD, saya melanjutkan SMP di kota Solo, sedangkan orang tua tinggal di desa Nguter Sukoharjo (selatan kota Solo). Sifat pendiam dan minder tersebut membuat saya sering berusaha untuk mencari perhatian orang lain, mungkin sifat sombong dapat mewakilinya.

Tahun 1994 ayah saya meninggal dunia, ketika saya berusia 13 tahun dan saya masih duduk di kelas 1 SMP. Setelah ayah meninggal, saya jadi kurang serius dalam sekolah, maka prestasi sekolah saya pun mulai melorot. Selama di SMU saya sangat tidak berminat dengan pelajaran-pelajaran di sekolah, semua pelajaran-pelajaran yang saya ikuti serasa sangat membosankan. Di masa-masa inilah saya mulai merokok, kadang minum alkohol kecil-kecilan, dan mulai baca- baca/lihat gambar porno termasuk nonton film porno.

Ketika memasuki bangku kuliah, keadaan bukan menjadi lebih baik tapi justru semakin parah. Di sini saya mulai terlibat dengan seks bebas. Untungnya di saat-saat itu, ada teman-teman yang mengajak saya ke sebuah persekutuan. Pada awalnya saya memiliki motivasi yang salah, saya ikut persekutuan itu hanya sebagai salah satu cara untuk mencari pacar. Karena motivasi yang salah itulah saya rasa TUHAN izinkan saya untuk mengalami suatu peristiwa yang berat ... ditolak cinta! Tapi dari peristiwa yang tidak `mengenakkan` itulah saya malah dipulihkan dan diubahkan. Motivasi saya yang salah mulai diluruskan.

Saya mulai aktif dalam kelompok sel (ditempat kami namanya FRESH = Family Restoracy at Home) dan saat ini, saya dipercayakan menjadi gembala kelompok sel tersebut. Saya mengalami kesulitan karena keterbatasan dalam menyampaikan firman. Saat saya sedang mencari-cari bahan di internet, akhirnya menemukan PESTA yang membantu orang awan dalam belajar Alkitab. Puji TUHAN bahan-bahan yang diajarkan di PESTA sangat membantu saya. Saya akan mengajarkan apa yang saya dapat dari PESTA ini. Terima kasih PESTA.

Kembali ke Kesaksian PESTA

Andrew Amos Timotiwu

Nama saya Andrew Amos Timotiwu, bertempat tinggal di Bandar Lampung. Saya berwiraswasta (membuka sebuah toko peralatan komputer). Saya adalah seorang Kristen yang biasa-biasa dalam arti setiap Minggu kecuali sakit pasti ke gereja, memuji Tuhan, mendengarkan firman- Nya, lebih jauh paling-paling ikut paduan suara. Secara keseluruhan kehidupan kekristenan saya tidak lebih baik dari saudara-saudara seiman lainnya -- datang, memuji Tuhan, mendengarkan Firman, berdoa lalu pulang dan itu adalah suatu hal rutin saja.

Pada suatu hari tiba-tiba entah mengapa saya tergerak untuk membaca dan mempelajari firman-Nya, padahal biasanya hal itu paling banyak saya lakukan 1 minggu sekali saja, itu pun saat mendengarkan khotbah. Saya mulai membaca dan mencoba untuk mengerti maksud Tuhan melalui firman-Nya. Sambil membaca, saya juga mulai mencari-cari di situs-situs internet siapa tahu saya dapat belajar dari salah satu situs di sana mengenai Alkitab. Akhirnya saya bertemu dengan YLSA dalam situsnya di alamat <www.sabda.org>. Saya menelusuri situs ini sambil mencoba memahami maksud dan tujuan dari situs ini, sampai akhirnya saya bertemu dengan PESTA.

Hati saya mulai tertarik karena PESTA menawarkan pelajaran Alkitab secara on-line. Kebetulan PESTA sedang membuka kelas baru yaitu kelas "Kehidupan Rasul Paulus", saya pun segera mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan. Saat itu jadilah saya salah satu murid dari kelas PESTA, Puji Tuhan!

Saya mulai mempelajari KRP dari bahan-bahan yang diberikan PESTA kepada saya. Semakin jauh mempelajari bahan-bahan tersebut, semakin saya memahami siapa Rasul Paulus sesungguhnya. Hal ini mulai memberikan kesadaran kepada saya bahwa Rasul Paulus merupakan sosok teladan bagi saya, mulai dari pemberontakannya terhadap Yesus Kristus hingga menjadi alat Yesus untuk menebarkan Injil dimana-mana bahkan sampai ke benua Eropa. Bahan pelajaran dikemas dengan sangat baik, mudah untuk saya mengerti, ringkas tetapi padat, ditambah dengan bahan-bahan referensi yang berbobot membuat saya semakin senang untuk mempelajarinya, terlebih di setiap modul pelajaran selalu diakhiri dengan doa.

Saya pun mulai rajin untuk berdoa baik di rumah maupun di tempat kerja dan mulai ikut bersekutu dengan rekan-rekan di gereja dalam kelompok persekutuan doa. Saya mulai aktif ikut dalam pelayanan doa untuk warga gereja yang sakit ataupun yang sedang undur dari persekutuan. Tidak hanya itu saya juga mulai ikut bersekutu dengan rekan-rekan para hamba Tuhan dari berbagai denominasi dan membentuk kelompok doa yang siap melayani siapa saja yang membutuhkan pelayanan doa tanpa memandang denominasi gereja. Segala aktivitas yang saya lakukan itu sempat membuat banyak rekan di gereja saya bahkan dari gereja lain agak terheran-heran melihat suatu perubahan yang luar biasa dari diri saya.

Bila saya ditanya oleh mereka, "Mengapa bisa demikian?" Dengan enteng saya menjawab bahwa saya merasakan sukacita! Rasa sukacita yang sangat luar biasa ini membuat saya seakan-akan tidak pernah merasakan lelah, bahkan membuat saya ingin turut serta dalam setiap pelayanan apa pun. Terlebih lagi bila teringat ucapan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi: "Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini." (Filipi 1:5) dan juga kepada Filemon: "Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus." (Filemon 1:6), sangat mendorong diri saya, luar biasa, Puji Tuhan!

Kembali ke PESTA, satu hal yang paling menarik dari program kursus yang diberikan oleh PESTA adalah adanya program diskusi mengenai apa yang telah dipelajari, yang harus saya ikuti setelah menyelesaikan seluruh pelajaran secara tertulis (teori) dalam waktu 1 bulan. Hal ini semakin menambah pemahaman saya atas apa yang telah saya pelajari. Lambat tapi pasti saya pun mulai mengerti bahwa Roh Kudus bekerja dalam kehidupan saya dan semua ini adalah perbuatan-Nya. Saya bertanya-tanya apakah hal yang sama juga dirasakan oleh Rasul Paulus tatkala dia ditangkap Yesus dalam perjalanannya ke Damsyik (Kisah Para Rasul 9:3)? Yang pasti Yesus Kristus-lah yang membuat saya dapat merasakan Damai Sejahtera dan Sukacita ini. Sekarang saya merasa ada sesuatu yang paling berharga dalam hidup saya dan hal itu tidak mungkin dapat dibandingkan dengan apa pun.

Dulu saya sangat sulit untuk meninggalkan toko saya. Saya selalu merasa khawatir dan takut jika ada barang-barang yang hilang atau bila ada karyawan saya yang mencuri atau membohongi saya (pikiran saya selalu negatif), pikiran-pikiran itu pun selalu membuat saya tidak pernah merasakan sukacita, karena yang ada adalah curiga dan curiga. Tetapi sekarang berkat kasih karunia Allah, semuanya itu kini menjadi sirna. Ketika bekerja di toko pun, sukacita selalu melingkupi saya dan juga para karyawan. Teringatlah saya akan perkataan Rasul Paulus, bahwa: "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6), suatu nasehat yang benar-benar telah memberikan kekuatan yang besar bagi saya. Rasul Paulus adalah contoh seorang manusia yang hidup untuk Tuhan dan dengan taat melakukan perintah-Nya demi kemuliaan-Nya. Haleluyah, Puji Tuhan!

Ketika teman-teman para hamba Tuhan yang melayani jemaat-Nya di desa-desa menemui saya untuk mengajak ikut bergabung dalam pelayanan mereka, saya pun langsung menyetujuinya dengan penuh semangat. Saya mulai mengatur waktu saya agar pelayanan ini tidak ada yang terlewatkan. Puji Syukur kepada Tuhan karena hingga saat ini saya tetap dapat mengikuti semua pelayanan (walaupun 1 bulan sekali) ke pelosok desa-desa dimana terdapat anak-anak Tuhan yang benar-benar membutuhkan pelayanan dan perhatian akibat kehidupan mereka yang sulit dan bahkan sangat susah. Hati saya benar-benar tersentuh dalam pelayanan ini, ditambah lagi jika teringat Rasul Paulus yang pernah mengatakan: "dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah. Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu." (Efesus 5:2; 1Tesalonika 3:12)

Singkat cerita, saya mulai menangkap maksud Tuhan di balik semua ini, mulai dari Roh Kudus yang dulu telah menggerakkan hati saya untuk mendekatkan diri pada firman-Nya untuk mulai membaca serta memahaminya sampai ketika saya dipertemukan oleh Tuhan Yesus Kristus dengan PESTA. Saya merasa diperlengkapi dan mendapatkan kekuatan. Rencana Tuhan memang sangat luar biasa, Ia telah mengatur agar PESTA menyuguhkan pelajaran sebagai awal pemahaman saya akan firman-Nya justru mengenai "Kehidupan Rasul Paulus". Anehnya saya tidak merasakan kesulitan apa pun dalam mempelajari bahan-bahan yang diberikan PESTA, justru pemahaman serta sukacitalah yang saya dapatkan.

Kehidupan Rasul Paulus menginspirasi diri saya, saya menjadi kagum kepadanya, saya seakan ingin seperti dia! Saya yakin bahwa PESTA telah dipakai Tuhan untuk saya dan saya pun menjadi berani untuk mengikuti segala macam pelayanan yang ada sekarang, sepertinya tidak ada rasa kekuatiran sedikit pun dalam diri saya. Inilah sedikit dari apa yang telah saya kerjakan yang dapat saya bagikan kepada setiap orang yang mau menerima berkat-Nya. Saya sangat mengucap syukur kepada Allah yang dengan perantara Roh Kudus telah menggerakkan hati saya untuk mau kembali kepada firman-Nya serta mempelajari-Nya. Saya juga sangat yakin bahwa Dia-lah yang telah mempertemukan saya dengan YLSA dan program PESTA-nya sehingga saya pun merasa terus dikuatkan dan diperlengkapi. Lagipula, siapa yang menyangka bahwa pelajaran pertama yang harus saya ikuti adalah pelajaran mengenai "Kehidupan Rasul Paulus" yang begitu menginspirasi kehidupan saya saat ini. Semua ini PASTI karena perbuatan-Nya, tidak ada yang lain dan PESTA telah dipakai-Nya sebagai alat untuk memperlengkapi diri saya saat ini (Efesus 4:12). Akhirnya saya pun turut mengaminkan apa yang dikatakan oleh penulis kitab Ibrani: "Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin." (Ibrani 13:20-21)

Tuhan memberkati pelayanan YLSA melalui PESTA,

Agus Wardoyo

Dulu sebelum mengenal Tuhan, saya adalah orang yang sombong. Kesuksesan karier membuat saya makin melupakan Tuhan. Tetapi Tuhan mendengarkan doa isteri saya yang sangat tekun. Tuhan mulai menyadarkan saya dengan cara-Nya yang ajaib. Seperti halnya Bileam yang dijepit jalannya dan juga Yunus yang digoncang kapalnya ketika lari, Dia membiarkan adanya masalah pada proyek yang sedang saya kerjakan di tengah karier saya yang sedang menanjak. Pada saat itu saya baru sadar bahwa ternyata kemampuan saya nggak ada apa-apanya dan ada kuasa yang jauh lebih besar dari saya ... sedih banget rasanya ...!

Setelah itu saya mulai mau pergi ke gereja lagi, di sebuah gereja berbahasa Melayu di Kuala Lumpur. Lalu dalam suatu family camp (KKR) di Genting Highland di akhir tahun 2003, Tuhan mengirimkan seorang hamba-Nya yaitu Pr. Timotius Hardono untuk memimpin KKR selama 3 hari. Saat itulah saya disadarkannya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat secara pribadi. Sejak itulah terjadi perubahan drastis dalam hidup saya.

Berkat Tuhan tidak datang saat itu juga, tapi satu setengah tahun kemudian dan sungguh ajaib caranya. Setelah dievaluasi, bos saya menaikkan gaji saya hingga saya dibayar lebih mahal dari posisi jabatan saya seharusnya. Saya semakin sadar bahwa ini semua adalah karena campur tangan Tuhan dalam hidup saya.

Pada suatu pagi ketika saya sedang membaca Alkitab dan merenungkan Firman-Nya sepertinya Tuhan berbicara dengan begitu jelas kepada saya begini: "Agus, sekarang pendapatanmu sudah pulih bahkan lebih besar dari sebelumnya. Apa yang akan kau berikan kepada-Ku? Setiap tahun engkau menyelesaikan 2-3 proyek dengan keuntungan ribuan dollar, proyek apa yang telah kau lakukan buat-Ku?" Berminggu-minggu saya memikirkan hal ini dan bertanya-tanya apa sih maunya Tuhan? Barulah saya sadar bahwa Tuhan menginginkan saya terus bertumbuh dan berbagi berkat yang saya miliki. Tapi bagaimana pelaksanaannya?

Kemudian dari pengalaman mengikuti kelompok sel, Tuhan mulai membukakan sesuatu kepada saya. Saya melihat sepertinya pesertanya males-malesan, suasana "joy" nya hanya bila sedang bagi-bagi berkat buat perut saja. Bila sedang diskusi Firman Tuhan dan kesaksian kok pada diam semua. Bukankah tujuan utama kita berkumpul untuk membahas Firman Tuhan karena di hari Minggu saja belum cukup? Setelah saya selidiki, ternyata persiapan yang dilakukan oleh ketua bagian diskusi Firman hanya seadanya saja. Saya baru sadar, bagaimana diskusi bisa jalan kalau nggak ada persiapan maupun bimbingannya?

Saya pun mulai menulis bahan untuk diskusi Firman Tuhan tetapi masih belum terprogram dengan baik karena saya masih main comot sana comot sini baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Ketika YLSA membuka kursus virtual PESTA-KV1 sepertinya cakrawala saya semakin terbuka, saya pun dapat menulis dengan lebih terprogam karena saya lebih mengerti situasi dan kondisi dari orang yang mengalami firman tadi, maksud dari tulisan saya juga menjadi lebih mudah dipahami. Setelah menulis beberapa perikop dari Kisah Rasul Paulus, akhirnya saya sadar tentang pertanyaan Tuhan sebelumnya "Proyek apa yang akan kau lakukan pada-Ku?"

Akhirnya saya tentukan dua buah proyek untuk Tuhan yang harus saya selesaikan sampai dengan akhir tahun-2006 yaitu proyek menulis 2 buah buku dengan judul:

  1. Bahan-bahan diskusi Firman Tuhan untuk Kelompok Sel (seri Kisah Rasul Paulus) berisi uraian sekitar 40-an perikop dari perjalanan KKR Rasul Paulus.
  2. Jejak Rasul Paulus (catatan harian seorang penginjil) yang berisi tentang catatan perjalanan dari rasul Paulus secara mendetail seperti di kota mana, mengalami apa dan bagaimana wujud pertolongan Tuhan (problem-solving).

Draft dari kedua buku tadi sudah saya siapkan dan tinggal menulis bagian-bagiannya. Saya merasakan Tuhan ingin saya terus bertumbuh dengan mempelajari Firman-Nya dengan cara menulis kedua buku tadi.

Tantono Subagyo

Perkenalkan dahulu: Nama saya Tantono Subagyo, umur 54 tahun dan gelar terakhir saya adalah Ph.D. di bidang Biologi. Saya adalah seorang penatua di Gereja Kristen Oikoumene Indonesia di dekat Bintaro, Jakarta.

Beberapa tahun yang lalu saya adalah seorang awam yang sangat sibuk, namun demikian Tuhan memanggil saya untuk menjadi penatua di suatu gereja kecil di Tangerang. Kali ini saya tidak bisa menolak karena sebenarnya saya juga telah terlibat dalam pelayanan sejak gereja tersebut didirikan. Sebagai seorang penatua, sudah tentu saya harus mengajar, tetapi bagaimana? Saya merasa berkekurangan dalam pengajaran dan pengetahuan saya tidak memadai. Saya memang banyak membaca buku, tetapi sampai saat inipun sangat sedikit buku yang ditulis secara sistematis untuk pengetahuan teologia bagi kaum awam. Ikut sekolah formal, atau kursus? Ingin, tetapi tidak ada waktu. Saya pulang bekerja sore hari, malam masih sering harus lembur di rumah, di depan layar komputer dan saya harus banyak melaksanakan perjalanan dinas.

Lalu saya mengenal PESTA dan mendapatkan berkat dari kursus itu. Mula-mula saya ikuti dengan setengah hati karena sekilas saya berpikir bahwa bacaan dan pertanyaannya mudah-mudah, tetapi ternyata tidak seperti apa yang saya bayangkan. Jawaban kami didiskusikan dalam kelompok secara "on line" dan di situlah "seru"-nya. Sudut pandang dan asal gereja yang berbeda membuat perdebatan menjadi seru. Dan indahnya, karena kami tidak saling berhadapan dan jawaban pun bisa kami pikirkan dengan tidak ada tembok penghalang keakuan, aku lebih tahu, aku lebih tua dan lain sebagainya, kami bisa bebas diskusi tidak seperti kalau berhadapan muka.

Saya ingat sekali, ada seorang muda yang mengingatkan saya tentang perlunya mengikuti dan memegang teguh doktrin yang benar ketika kami membicarakan masalah "free will" dan "predestination". Saya jadi tertarik untuk membuka buku referensi dan belajar. Beberapa tahun setelah itu, saya berjumpa "temu darat atau tatap muka" dengan anak muda tersebut, ternyata dia sekitar 15 tahunan lebih muda dari saya.

Saya bersyukur ikut PESTA, karena waktunya fleksibel, diskusinya menarik (tidak ada hambatan psikologis) dan bahan-bahannya bermutu tinggi, urutan-urutannya pun sesuai yang dibutuhkan kaum awam. Setelah mengikuti PESTA, saya bahkan tertarik menggunakan bahan PESTA sebagai bahan diskusi Perkumpulan Kaum Bapa di gereja saya. Hasilnya bagus, para Bapa sebagai "imam" dalam keluarga bertambah wawasan tentang Iman Kristen (sebagaimana seharusnya). Dengan semakin lengkapnya bahan PESTA ini, maka berkat yang dapat diterima akan semakin bertambah. Oleh karena itu siapapun juga yang suka berinternet ria: Ikutilah PESTA.

Kategori: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA