Helenisme dan Yudaisme

Kali ini, kolom artikel akan membahas dua konsep yang jarang muncul di dalam Alkitab tetapi amat sering mewarnai pembicaraan tentang Perjanjian Baru, yaitu "Helenisme" ("hellenismos") dan "Yudaisme" ("ioudaismos").

Kata "hellenismos" muncul hanya satu kali, yaitu dalam kitab deuterokanonika (apokrif) 2 Makabe 4:13. Di situ dikatakan bahwa imam agung yang jahat, Jason, menyebabkan Helenisasi maju sehingga mendorong orang Yahudi untuk menerima cara-cara hidup asing.

Kata "ioudaismos" -- selain terdapat dalam kitab-kitab Makabe -- juga dua kali dipakai oleh Paulus dalam Galatia 1:13-14. Di situ Paulus mengingatkan hidupnya serta keunggulannya yang dahulu dalam Yudaisme. Dalam Alkitab TB dan BIS, "ioudaismos" diterjemahkan dengan "agama Yahudi". Terjemahan itu mungkin kurang menguntungkan sebab di sini Paulus tampaknya tidak memaksudkan seluruh agama Yahudi, tetapi hanya suatu aliran tertentu, aliran agama Yahudi "yang sangat rajin memelihara adat-istiadat nenek moyang" (3:14). Dalam Filipi 3:5-6, Paulus mengidentifikasikannya sebagai aliran Farisi, ketika ia menggambarkan jati dirinya yang dahulu sebagai berikut: "disunat pada hari kedelapan; dari bangsa Israel, suku Benyamin, orang lbrani asli; tentang pendirian terhadap hukum Taurat, aku orang Farisi; tentang kegiatan, aku penganiaya jemaat; tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat, aku tidak bercacat." Di sini Yudaisme digambarkan sebagai aliran Yahudi yang membanggakan sunat, kesukuan sebagai orang Israel, kebudayaan yang Ibrani, dan cara hidup yang ketat menurut hukum Taurat sebagai suatu identitas dan keunggulan dibandingkan dengan orang-orang Yahudi dan non-Yahudi lainnya yang semuanya dipandang rendah dan dijauhi. Tidak mengherankan jika Paulus menganiaya jemaat perdana sejauh berhaluan Helenis (seperti Stefanus) sebab, berbeda dengan kelompok rasul yang Ibrani, mereka mengaburkan identitas Yahudi yang ketat itu.

Menarik sekali bahwa dalam dua contoh di atas, 2 Makabe 4:13 dan Galatia 1:13-14, istilah "hellenismos" dan "ioudaismos" dipakai untuk dua gerakan yang saling eksklusif, saling menolak. Helenisme yang mau dipaksakan oleh Raja Antiokhus Epifanes dengan memanfaatkan Imam Agung Jason, bermaksud melumpuhkan agama dan kebudayaan Yahudi demi suatu kebudayaan universal, sedangkan Yudaisme yang dianut oleh kaum Makabe, kalangan Hasidim dan Farisi, kaum Eseni di tepi Laut Mati, dan Paulus muda, berusaha menutup diri terhadap segala pengaruh Helenisme. Apakah makna ekstrim yang terdapat dalam beberapa kali pemakaian kedua istilah tersebut dalam Alkitab sudah baku? Apakah diskusi modern yang berbicara tentang konfrontasi Helenisme dan Yudaisme selalu memahami demikian? Tampaknya tidak.

Kata Yudaisme dalam wacana modern tampaknya digunakan untuk seluruh agama dan kebudayaan Yahudi sejak periode Ezra dan Nehemia, yakni periode pembangunan kembali Bait Allah dan umat Allah. Kalau kini dilihat sebagai fenomena yang luas, harus ditekankan juga bahwa Yudaisme itu tidak seragam tetapi beraneka ragam. Selain aliran eksklusif seperti aliran Farisi yang dianut Paulus muda, atau yang lebih eksklusif lagi, aliran Eseni (Qumran), ada pula aliran Yahudi yang lebih terbuka untuk pengaruh dunia luar, seperti misalnya kaum elite Saduki, dan sebagian kalangan para imam yang bekerja sama dengan penguasa Romawi, dan sebagian orang Yahudi yang hidup berbaur dalam perantauan. Mereka semua berpegang pada Taurat tetapi tidak dengan cara yang sama. Ada yang berpegang ketat pada Taurat dengan secara teliti mengikuti segala penjelasan para guru dan perintah-perintah Taurat. Ada juga yang hidup menurut Taurat sambil menimba lebih banyak ilham dari penglihatan-penglihatan dalam tulisan-tulisan pewahyuan tentang akhir zaman (apokaliptik). Ada pula yang menolak semua tambahan yang melampaui Taurat dan Nabi-nabi itu (kaum Saduki). Jadi sekarang ini, istilah Yudaisme dimengerti sebagai fenomena yang sangat luas dan bervariasi, karena itulah Galatia 1:13-14 menerjemahkannya dengan "agama Yahudi"; padahal di situ pengertian Paulus tampak lebih spesifik, lebih terbatas, sehingga lebih baik diterjemahkan sebagai "Yudaisme" saja.

Hal serupa juga berlaku untuk paham Helenisme. Paham ini muncul pada masa Makabe di abad kedua SM sebagai suatu usaha helenisasi ganas yang ingin menggantikan kebudayaan lokal dengan kebudayaan Yunani yang dianggap unggul dan mampu menyatukan bangsa-bangsa. Namun, proyek globalisasi semacam itu dari awal sudah pasti gagal. Yang terjadi di dunia timur tengah kuno (Asia Barat Daya dan Afrika Utara) ialah suatu pencampuran kebudayaan Yunani dengan kebudayaan- kebudayaan timur yang lokal, antara lain dengan kebudayaan Yahudi, baik di Palestina maupun dalam perantauan. Ternyata Helenisme merupakan kebudayaan Yunani yang mampu menyerap unsur-unsur dari kebudayaan Timur, a.l. dari kebudayaan dan agama Yahudi. Sebaliknya, aliran tertentu Yudaisme ternyata juga mampu menyerap dan memperkaya diri dengan unsur-unsur kebudayaan Yunani. Contoh-contohnya yang jelas antara lain terdapat dalam kitab Pengkhotbah, kitab (deuterokanonika) Kebijaksanaan Salomo, pemikiran filsuf Yahudi Philo, dan Septuaginta.

Keterbukaan satu sama lain antara Helenisme dan Yudaisme sangat penting bagi kita sebagai orang Kristen, sebab itulah penentu perkembangan agama Kristen. Yesus dan para rasul adalah orang-orang Yahudi pedalaman Galilea yang telah berjumpa dengan Helenisme. Meski tidak begitu disepakati sejauh mana Yesus terbuka dengan kebudayaan itu, tetapi setengah abad kemudian para pengarang Injil sempat menggambarkan bahwa Yesus sangat terbuka bagi orang yang tidak berkebudayaan dan yang berkebudayaan agama Yahudi. Gambaran Markus tentang Yesus yang mudah melampaui batas agama dan kebudayaan itu agaknya dimungkinkan dan dipengaruhi oleh misi yang sementara itu telah dilakukan oleh Paulus dkk. di tengah dunia bangsa-bangsa yang berkebudayaan Helenis.

Setelah beralih dari Yudaisme yang tertutup kepada suatu sikap Yahudi yang terbuka terhadap kebudayaan bangsa-bangsa, Paulus sebagai orang Yahudi-Kristen menginjili kebudayaan dan agama Helenis. Dalam berita Injil Paulus, Yudaisme dan Helenisme yang mula - mula saling menolak, akhirnya menyatu secara unik.

Diambil dari:

Judul : Forum BIBLIKA (Jurnal Ilmiah Populer)
Penulis artikel : Martin Harun
Penerbit : Lembaga Alkitab Indonesia, Bogor 2005
Halaman : 126 -- 129
Kategori: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA