Apa yang Alkitab Katakan tentang Pernikahan?

Pertanyaan:

Saya sudah berkencan dengan seorang laki-laki hebat selama 2 tahun. Kami berdua sangat serius dengan hubungan kami dan telah berbicara tentang pernikahan dengan baik. Namun, pandangan tentang pernikahan pada masa kini tampaknya mengajarkan bahwa pernikahan itu didasarkan pada kebahagiaan seseorang dan dapat bersifat sementara. Saya khawatir apabila saya tidak siap dengan bagaimana Allah ingin saya memandang pernikahan. Apa yang Alkitab katakan tentang pernikahan?

Jawaban:

Sebelum kita menggali ke dalam beberapa aspek pernikahan, penting untuk memulai dengan definisi pernikahan yang alkitabiah. Pernikahan didirikan oleh Allah di Taman Eden pada waktu penciptaan manusia sebagai persatuan antara laki-laki dan perempuan (Kejadian 2:18-24).

Tujuh Fakta Alkitab Terpopuler tentang Pernikahan

1. Hubungan tersebut adalah untuk mencerminkan gambar Allah -- Kejadian 1:26-27 (AYT) -- "Lalu, Allah menciptakan manusia menurut rupa-Nya. Menurut rupa Allah, Dia menciptakannya. Laki-laki dan perempuan, demikianlah Dia menciptakan mereka."

2. Hubungan tersebut menghasilkan buah -- Kejadian 1:28 (AYT) -- "Allah memberkati mereka dan Allah berfirman kepada mereka, 'Beranakcuculah dan berlipatgandalah, dan penuhilah bumi, dan kuasailah itu. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, atas burung-burung di udara, dan atas segala yang hidup yang bergerak di bumi.'"

3. Hubungan monogami antara suami dan istri dinyatakan dalam hukum yang asli -- Matius 19:5 (AYT) -- "dan Ia berfirman, 'Karena itu, laki-laki harus meninggalkan ayahnya dan ibunya, dan menjadi satu dengan istrinya, dan keduanya itu akan menjadi satu tubuh'?" dan -- 1 Korintus 6:16 (AYT) -- "Apakah kamu tidak tahu bahwa orang yang mengikatkan dirinya kepada pelacur menjadi satu tubuh dengannya? Sebab, Ia berkata, "Keduanya akan menjadi satu daging."

4. Suami dan istri adalah setara di hadapan Allah -- Efesus 5:29-31 (AYT) -- "Sebab, tidak ada orang yang pernah membenci tubuhnya sendiri, tetapi ia memelihara dan merawatnya. Begitu juga yang Kristus lakukan bagi jemaat karena kita adalah anggota-anggota tubuh-Nya. Itulah sebabnya, seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu tubuh."

5. Pernikahan merupakan hubungan yang tak terpisahkan, kecuali oleh alasan tertinggi -- Matius 19:9 (AYT) -- "Dan, Aku mengatakan kepadamu bahwa siapa yang menceraikan istrinya, kecuali karena zina, lalu menikah dengan perempuan lain, ia berzina."

6. Suami adalah kepala yang penuh kasih dari hubungan ini dan istri tunduk kepadanya -- 1 Korintus 11:8-9 (AYT) -- "Laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Dan, laki-laki tidak diciptakan untuk perempuan, tetapi perempuan untuk laki-laki." dan -- Efesus 5:21-23 -- "Istri-istri, tunduklah kepada suamimu, seperti kepada Tuhan. Sebab, suami adalah kepala dari istri, seperti Kristus adalah kepala dari jemaat, yaitu tubuh-Nya, dan Dia sendirilah Juru Selamatnya. Akan tetapi, sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian juga istri harus tunduk kepada suami dalam segala hal. Suami-suami, kasihilah istrimu seperti Kristus mengasihi jemaat dan memberikan diri-Nya bagi jemaat ... Namun, biarlah masing-masing kamu mengasihi istrimu seperti dirimu sendiri dan istri harus menghormati suaminya." dan -- Kolose 3:19 (AYT) -- "Suami-suami, kasihilah istrimu dan jangan berlaku kasar terhadap mereka."

7. Hubungan tersebut menghasilkan buah -- Kejadian 1:28 (AYT) -- "Allah memberkati mereka dan Allah berfirman kepada mereka, 'Beranakcuculah dan berlipatgandalah, dan penuhilah bumi, dan kuasailah itu. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, atas burung-burung di udara, dan atas segala yang hidup yang bergerak di bumi.'"

Ringkasnya, kita dapat melihat bahwa Kitab Suci memberi tahu kita bahwa pernikahan merupakan persatuan yang intim dan saling melengkapi antara seorang laki-laki dan perempuan, ketika keduanya menjadi satu secara fisik, dalam keseluruhan hidup. Tujuan Allah untuk pernikahan adalah untuk mencerminkan relasi dari kepemimpinan Allah dan untuk melayani Dia. Meski kejatuhan manusia telah merusak tujuan dan fungsi ilahi pernikahan, definisi ini mencerminkan ideal yang ditahbiskan Allah untuk pernikahan sejak semula.

"Keduanya Menjadi Satu"

"Lalu, Allah menciptakan manusia menurut rupa-Nya. Menurut rupa Allah, Dia menciptakannya. Laki-laki dan perempuan, demikianlah Dia menciptakan mereka." (Kejadian 1:27, AYT)

"Karena itu, laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya, lalu bersatu dengan istrinya sehingga mereka akan menjadi satu daging." (Kejadian 2:24, AYT)

Aspek relasional dari gambar Allah dicerminkan dalam penyatuan seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam "satu daging".

Kesatuan dengan perbedaan seksual ini menggambarkan beragam aspek dari gambar Allah: kesamaan sifat dan esensi, anggota yang sama, hubungan yang intim, tujuan yang sama, dan kepribadian berbeda dengan peran yang berbeda, termasuk otoritas dan ketundukan. Dalam Trinitas, Allah Bapa memimpin, Anak tunduk kepada Bapa, dan Roh Kudus tunduk kepada Allah Bapa dan Anak. Akan tetapi, ketiganya sepenuhnya dan setara ilahi. Demikian pula, laki-laki dan perempuan dan hubungan pernikahan memiliki sifat dan esensi yang sama, setara sebagai pribadi yang intim dalam hubungan, memiliki tujuan yang sama, tetapi memiliki kepribadian berbeda dengan peran yang berbeda: suami memimpin dan istri tunduk terhadap kepemimpinan suaminya.

Rancangan Allah untuk Pernikahan

Rancangan Allah untuk hubungan pernikahan adalah heteroseksual, bukan homoseksual, dan monogami, bukan poligami. Aspek relasional dari gambar Allah dalam pernikahan memiliki analogi dalam relasi Yahweh dengan Israel (Yesaya 54:5; Yeremia 31:32; Yehezkiel 16:8-14; Hosea 2:14-20) dan dalam relasi Kristus dengan gereja (Efesus 5:21-23; 1 Korintus 11:1-3; 2 Korintus 11:2; Wahyu 19:7-9). Israel digambarkan sebagai mempelai Yahweh. Ketidaksetiaan dan ketidaktaatannya yang bersifat musyrik sering kali digambarkan sebagai "perzinaan" rohani.

Reproduksi manusia berasal dari persatuan seksual intim yang dirancang hanya untuk hubungan pernikahan. Kohabitasi menyalahgunakan sifat prokreasi dari hubungan pernikahan ini. Meski reproduksi merupakan tujuan ilahi dari pernikahan, beberapa pasangan tidak dapat memiliki anak karena berbagai alasan jasmani. Hal ini tidak menjadikan pernikahan mereka kelas dua atau lebih rendah. Akan tetapi, pasangan yang sudah menikah seharusnya rindu untuk menaati perintah ilahi tentang prokreasi bila memungkinkan. Anak-anak merupakan salah satu manifestasi dari ke-"satu daging"-an dalam pernikahan. Perintah tentang prokreasi ini secara jelas mencegah "pernikahan" sesama jenis.

Apakah Alkitab mengatakan bahwa ada satu orang khusus untuk kita nikahi?

Tidak disebutkan dalam Kitab Suci yang memberi kesan bahwa hanya ada satu orang yang "seharusnya" kita nikahi. Amsal 31 mendorong para laki-laki muda agar dituntun oleh kesetiaan dan karakter perempuan dalam menentukan pilihan mereka -- tidak disebutkan tentang menduga-duga suatu takdir ilahi tertentu. Dalam 1 Korintus 7, Rasul Paulus memberi tahu para perempuan (khususnya para janda) untuk mempertimbangkan kelajangan secara serius, tetapi menjamin kepada mereka bahwa pilihan tentang menikah atau atau tidak tetap berada di tangan mereka, kemudian secara khusus mengatakan bahwa perempuan dapat menikahi "siapa saja yang diinginkannya" asalkan calon suaminya itu "dalam Tuhan" (ay. 39). Jika Alkitab secara tersurat berkata, "Menikah atau tidak itu terserah Anda" (suatu sentimen yang Yesus gemakan saat Dia mengatakan bahwa beberapa orang "memilih" untuk menjadi orang kasim -- selibat -- dalam Matius 19:12, dengan penekanan pada kata "memilih") dan dengan siapa Anda menikah sepenuhnya merupakan pilihan Anda, mengapa perasaan dan pertimbangan subjektif harus mengesampingkan hidup berdasarkan kebenaran Kitab Suci?

Terus terang, tidak ada satu pun dalam Kitab Suci yang mengatakan bahwa merupakan tugas tersumpah kita untuk menikah dengan orang tertentu. Entah kita menikah atau tidak, dan dengan siapakah kita menikah, dibicarakan dalam Kitab Suci sebagai bagian dari "kehendak Allah yang mengizinkan", sesuatu yang Dia izinkan kita memilih.

(Dari: No, God Didn't Tell You To Marry Your Spouse (Tidak, Allah Tidak Memerintahkan Anda untuk Menikah dengan Pasangan Anda - Red.))

Pandangan tentang Pernikahan yang Alkitabiah vs Duniawi

Kebohongan 1: "Jika Anda berdua tidak cocok, mungkin Anda menikah dengan orang yang salah."

Kebenaran Allah mengatakan bahwa pernikahan merupakan hubungan perjanjian. Sekali Anda memilih untuk menikah, perihal apakah pasangan Anda adalah "pasangan yang tepat" sudah tidak lagi dipertanyakan. Pernikahan menjadikan mereka pasangan yang tepat, sebab itu merupakan komitmen di hadapan Allah. Pernikahan tidak pernah didasarkan pada perasaan yang terus berganti, melainkan pilihan setiap hari untuk mengasihi pasangan yang Anda pilih untuk menikah dengannya. Di dalam dunia yang sering kali lebih memilih untuk "menukar yang lama dengan versi yang lebih baru", kebenaran ini tidak masuk akal. Akan tetapi, menurut firman Allah, itu sangat jelas.

"Jadi, apa yang telah Allah persatukan, jangan ada manusia yang memisahkan." (Markus 10:9, AYT)

Kebohongan 2: "Jika Anda tidak bahagia, jangan tetap tinggal dalam situasi yang tidak bahagia. Anda layak mendapatkan lebih."

Bagi kebanyakan dari kita, pernikahan dapat cenderung memunculkan keegoisan kita lebih dari apa pun. Kita berkeras tentang hak-hak kita. Kita ingin agar pasangan kita membuat kita bahagia, dan saat ini juga! Di tengah tuntutan-tuntutan ini, kita tidak akan pernah dapat bebas untuk benar-benar mengasihi dan melayani satu sama lain. Fokus kita akan cenderung berpihak -- pihak kita -- dan apa yang kita inginkan. Namun, tujuan Allah untuk pernikahan bukanlah untuk "menjadikan kita bahagia". Gambaran pernikahan yang paling sejati adalah yang menyimbolkan kasih Kristus kepada kita. Dan, kerinduan-Nya bagi kita semua adalah agar kita menjadi makin serupa dengan citra-Nya.

"Kasih itu bersabar dan bermurah hati, kasih itu tidak cemburu, tidak memegahkan diri, dan tidak sombong, tidak melakukan yang tidak pantas, tidak mencari kepentingan diri sendiri, tidak mudah marah, tidak memperhitungkan kesalahan orang lain." (1 Korintus 13:4-5, AYT)

Kebohongan 3: Pernikahan merupakan hubungan yang bersifat 50/50." (masing-masing pihak saling menuntut yang lain juga memberi upaya yang sama - Red.)

Pernikahan melibatkan dua individu, yang sepenuhnya berkomitmen, dengan memilih setiap hari, untuk mengasihi dan menghargai. Proporsi 50/50 tidak akan pernah cukup untuk mengantar Anda melewati masa-masa yang baik dan yang buruk. Relasi macam ini bersifat setengah usaha dan berusaha membandingkan apa yang kita lakukan dengan yang lain, selalu perlu memeriksa untuk melihat apakah mereka memenuhi harapan. Bukan relasi semacam ini yang Allah maksudkan. Rencana-Nya adalah hubungan perjanjian, berpusat pada Kristus, mengasihi melalui Kristus; itulah yang akan membawa kita melalui saat-saat baik dan buruk. Akan diperlukan usaha penuh 100/100 untuk memiliki hubungan yang kuat, yang akan berkembang seiring waktu.

"Kasih itu tahan menanggung segala sesuatu, mempercayai segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak pernah berakhir. ..." (1 Korintus 13:7-8, AYT)

(Dari: 10 Lies the World Tells You About Marriage (10 Kebohongan yang Dikatakan Dunia kepada Anda tentang Pernikahan - Red.))

Apa yang Alkitab katakan tentang seks dalam pernikahan?

Di dalam dunia yang kelebihan seks dan kekurangan kasih ini, orang-orang mencari relasi yang sejati, rahasia untuk mendapatkan kasih yang bertahan dengan kehidupan seks yang penuh semangat. Karena pengejaran akan hasrat yang lebih murni ini, pertanyaan yang paling sering kita dengar diajukan terkait buku Red Hot Monogamy ("Monogami Merah Panas" karya Bill & Pam Farrel - Red.) adalah, "Apa yang diperbolehkan oleh Allah?"

Pertama dan terutama, seks adalah untuk pernikahan. Efesus 5:31-32 (AYT) (mengutip Kejadian): "Itulah sebabnya, seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu tubuh." Ayat 1 Tesalonika 4:3-8 memperkuat hal ini dengan mengingatkan, "Sebab, inilah kehendak Allah: pengudusanmu, bahwa kamu harus menjauhkan diri dari percabulan;" (1 Tesalonika 4:3, AYT).

Bagi pasangan yang sudah menikah, Allah hanya memberikan beberapa perintah yang jelas tentang apa yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan terkait karunia seks yang sudah dia ciptakan. Alih-alih membuat daftar hal-hal yang tidak diperbolehkan, mari melihat panduan-Nya tentang apa yang diperbolehkan:

Anda dapat mengatakan YA jika Anda:

Berserah kepada satu sama lain. Segala sesuatu yang dilakukan telah disepakati bersama. Tujuan keintiman adalah persatuan. Dalam Red Hot Monogamy, kita melihat 8 area keintiman dan memberikan alat-alat untuk membangun keintiman dalam setiap area. Kolose 3:1 mendorong: Atas semua kebajikan ini, kenakanlah kasih, yang mengikat semuanya bersama dalam kesatuan sempurna. Jika Anda mengasihi, Anda akan ingin membicarakan dan menyepakati perihal ekspresi-ekspresi seksual.

Perluas seks dalam kasih. Hendaknya tidak seorang pun merasa dipaksa atau terpaksa melakukan seks. Tindakan seks hendaknya mencerminkan kasih, bukan merendahkan martabat atau menimbulkan rasa sakit. Seks merupakan hubungan yang harus dilindungi, bukan seseorang yang dapat dieksploitasi. Ibrani 3:4 mengingatkan: pernikahan harus dihormati oleh semua orang, dan ranjang pernikahan tidak boleh dinodai.

Amankan seks dengan privasi. Seks seharusnya hanyalah tentang suami istri berdua. Ranjang pernikahan adalah milik Anda dan milik Anda berdua saja (tidak diperbolehkan ada mitra lain, pornografi, pornografi untuk perempuan, ataupun imitasi bagian tubuh). Mengapa mencari yang palsu jika Anda dapat menciptakan yang asli itu hidup dan bersifat langsung? Berbicara tentang area abu-abu atau hal-hal yang tidak dilarang secara khusus, menerapkan 1 Korintus 6:12 (AYT) merupakan pilihan bijak:

Semua hal diperbolehkan (diizinkan dan sah) bagiku, tetapi tidak semuanya berguna (baik untuk saya lakukan, bijaksana dan menguntungkan saat dipertimbangkan dengan hal-hal lain). Memang semua hal diperbolehkan bagiku, tetapi aku tidak mau diperhamba oleh apa pun.

(Dari: Married Sex - What's OK with God?)

Pernikahan sebagai Kesaksian dan Teladan Kristen

"Dengan begitu, semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jika kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35, AYT). Pernikahan merupakan institusi penting yang melaluinya dunia yang terhilang dapat melihat kekristenan dalam tindakannya yang nyata. Pernikahan merupakan hubungan manusia paling intim ketika suami dan istri belajar untuk meneladani kasih Kristus. Pernikahan merupakan tempat pelatihan selama 18 tahun bagi anak-anak agar mereka juga dapat "mengasihi satu sama lain". Pernikahan menyediakan kesempatan unik untuk mencerminkan Dia sebagai pasangan. Pernikahan menyediakan platform untuk mencapai tujuan-tujuan Allah bagi umat manusia. (Dari: Perspektif Alkitabiah terhadap Pernikahan)

Ayat-Ayat Kitab Suci untuk Referensi Cepat

1 Korintus 7:1-40 (AYT) -- Suami harus memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, begitu pula istri terhadap suaminya. Istri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, melainkan suaminya. Begitu pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, melainkan istrinya. ...

1 Korintus 13:4-7 (AYT) -- Kasih itu bersabar dan bermurah hati, kasih itu tidak cemburu, tidak memegahkan diri, dan tidak sombong, tidak melakukan yang tidak pantas, tidak mencari kepentingan diri sendiri, tidak mudah marah, tidak memperhitungkan kesalahan orang lain, tidak bersukacita atas ketidakbenaran, melainkan bersukacita bersama kebenaran. Kasih itu tahan menanggung segala sesuatu, mempercayai segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu.

Efesus 5:21-23 (AYT) -- Tunduklah seorang kepada yang lain dalam takut akan Kristus. Istri-istri, tunduklah kepada suamimu, seperti kepada Tuhan. Sebab, suami adalah kepala dari istri, seperti Kristus adalah kepala dari jemaat, yaitu tubuh-Nya, dan Dia sendirilah Juru Selamatnya. Akan tetapi, sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian juga istri harus tunduk kepada suami dalam segala hal. Suami-suami, kasihilah istrimu seperti Kristus mengasihi jemaat dan memberikan diri-Nya bagi jemaat, untuk menguduskan mereka dengan membersihkannya lewat pembasuhan air dengan firman. Dengan demikian, Kristus dapat mempersembahkan jemaat kepada diri-Nya dalam kemuliaan, tanpa noda, atau tanpa kerut, atau semacamnya sehingga jemaat menjadi kudus dan tidak bercela. Demikian juga, suami-suami harus mengasihi istrinya seperti tubuhnya sendiri. Ia yang mengasihi istrinya, mengasihi dirinya sendiri. Sebab, tidak ada orang yang pernah membenci tubuhnya sendiri, tetapi ia memelihara dan merawatnya. Begitu juga yang Kristus lakukan bagi jemaat karena kita adalah anggota-anggota tubuh-Nya. Itulah sebabnya, seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu tubuh. Rahasia ini besar, dan aku mengatakan ini dalam hubungan antara Kristus dan jemaat. Namun, biarlah masing-masing kamu mengasihi istrimu seperti dirimu sendiri dan istri harus menghormati suaminya.

Amsal 18:22 (AYT) -- Dia yang mendapat istri menemukan sesuatu yang baik, dan beroleh perkenanan TUHAN.

Ibrani 13:4 (AYT) -- Perkawinan harus dijunjung dengan penuh hormat oleh semua orang, dan jagalah ranjang perkawinan supaya tetap murni, sebab Allah akan menghukum orang-orang yang cabul dan para pezina.

Kejadian 2:22-24 (AYT) -- Tulang rusuk, yang telah TUHAN Allah ambil dari manusia itu, dibuat-Nya menjadi seorang perempuan dan dibawa-Nya kepada manusia itu. Kemudian, manusia itu berkata, "Inilah tulang dari tulang-tulangku, dan daging dari dagingku; dia akan disebut perempuan karena dia diambil dari laki-laki." Karena itu, laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya, lalu bersatu dengan istrinya sehingga mereka akan menjadi satu daging.

Amsal 21:9 (AYT) -- Lebih baik tinggal di sudut atap rumah daripada di dalam rumah yang dibagi dengan perempuan yang suka bertengkar.

Matius 19:2-9 (AYT) -- Dan, kerumunan besar orang mengikuti-Nya, dan Dia menyembuhkan mereka di sana. Beberapa orang Farisi datang kepada Yesus untuk mencobai Dia dan bertanya, "Apakah dibenarkan bagi laki-laki untuk menceraikan istrinya dengan berbagai alasan?" Lalu, Yesus menjawab dan berkata, "Tidakkah kamu membaca bahwa Ia, yang menciptakan mereka sejak semula, menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, dan Ia berfirman, 'Karena itu, laki-laki harus meninggalkan ayahnya dan ibunya, dan menjadi satu dengan istrinya, dan keduanya itu akan menjadi satu tubuh'? Jadi, mereka bukan lagi dua, melainkan satu tubuh. Karena itu, apa yang sudah dipersatukan Allah, manusia tidak boleh memisahkannya." Mereka berkata kepada Yesus, "Lalu, mengapa Musa memerintahkan untuk memberikan istrinya surat cerai dan menyuruhnya pulang?" Yesus berkata kepada mereka, "Karena kekerasan hatimu, Musa mengizinkan kamu menceraikan istrimu. Akan tetapi, pada awalnya tidaklah demikian. Dan, Aku mengatakan kepadamu bahwa siapa yang menceraikan istrinya, kecuali karena zina, lalu menikah dengan perempuan lain, ia berzina."

Amsal 19:14 (AYT) -- Rumah dan harta adalah warisan nenek moyang, tetapi istri yang bijaksana adalah dari TUHAN.

(t/Odysius)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Crosswalk
Alamat situs : https://crosswalk.com/family/marriage/what-does-the-bible-say-about-marriage.html
Judul asli artikel : What Does the Bible Say about Marriage?
Penulis artikel : Tidak dicantumkan
Kategori: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA