Apa Definisi Alkitabiah tentang Pernikahan?

Sungguh lucu bagaimana persepsi kita tentang berbagai hal berubah seiring waktu. Sebagai contoh, saat masih kecil, saya kira pernikahan adalah tentang hal misterius yang disebut "cinta". Cinta adalah kata benda, dan apakah Anda memilikinya atau tidak tergantung pada apakah Anda mencentang "ya" atau "tidak".

Saat remaja, saya kira pernikahan adalah bagaimana Anda memiliki anak -- langkah selanjutnya yang tak terhindarkan dalam masa dewasa (tetapi ternyata di sana ada lebih dari sekadar pernikahan!). Di sekolah menengah, saya kira pernikahan adalah tentang emosi cinta -- puisi, lagu cinta, dan perasaan hangat yang sulit dijelaskan.

Kemudian, di perguruan tinggi, saya kira pernikahan adalah tentang pelayanan dan tindakan -- cinta adalah kata kerja. Sekarang, setelah istri saya, Rebecca, dan saya telah menikah selama 12 tahun, saya telah mendapati bahwa pernikahan adalah semua hal di atas (atau bahkan lebih jika kita mempertimbangkan apa yang dikatakan orang Yunani kuno tentang hal itu)!

Banyak dari kita memiliki gagasan berbeda tentang apa itu pernikahan. Jika Anda telah menikah untuk beberapa lama, Anda mungkin telah mendapati bahwa pasangan Anda dan Anda memiliki gagasan berbeda -- yang mungkin telah menyebabkan lebih dari beberapa "diskusi".

Arti dan Tujuan Pernikahan

Terdapat juga jumlah kebingungan yang makin meningkat dalam budaya kita tentang makna dan tujuan pernikahan. Sebagai contoh, berikut adalah beberapa kebohongan yang dikatakan oleh budaya di sekitar kita tentang pernikahan:

- Pernikahan adalah kebiasaan sosial lama, yang diciptakan oleh manusia.
- Jika saya memilih pasangan yang tepat, saya akan memiliki lebih sedikit masalah.
- Memilih untuk tidak menikah akan menghindari masalah hubungan.
- Pernikahan saya atau pasangan saya harus membuat saya bahagia.
- Perceraian terkadang menjadi satu-satunya pilihan.

Sayangnya, kebingungan dan kesalahpahaman tentang pernikahan telah mengurai jalinan indah dari apa yang sudah Allah jalin dan mendistorsi keharmonisan yang menyenangkan dan lingkungan yang tunduk dan penuh kasih yang Allah rancang untuk pernikahan.

Akan tetapi, jika kita jujur, bahkan kita yang memiliki pandangan yang lebih "tradisional" juga mencoba untuk mengarungi kekacauan hubungan. Karena hal-hal ini, banyak dari kita tahu betul apa yang bukan merupakan pernikahan. Namun, apakah pernikahan itu? Atau lebih dari itu, apa definisi alkitabiah tentang pernikahan?

Sementara kita bisa melihat ke banyak bagian di seluruh Kitab Suci untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan melihat Kitab Kejadian untuk melihat pemahaman sederhana ini: Allah memberi kita pernikahan untuk menikmati dan menampilkan Injil.

Pada awalnya, Allah membentuk manusia pertama, Adam, dari debu dan menempatkannya di Taman Eden. Namun, tidak lama setelah itu, Allah berfirman, "Tidak baik kalau manusia itu sendiri saja. Aku akan membuat baginya, penolong yang sepadan dengannya" (Kejadian 2:18, AYT). Adam membutuhkan Hawa dan sifat alami dari kemanusiaan membutuhkan perempuan.

Jadi, untuk memenuhi kebutuhannya, Allah membuat Adam tertidur sehingga dia bisa melakukan operasi pertama yang pernah dicatat dengan mengambil tulang rusuk dari sisi Adam dan menciptakan seorang perempuan darinya ("perempuan" berarti "diambil dari laki-laki"). Allah tidak menjadikan Hawa dari kepala Adam agar dia berada di atasnya atau dari kakinya agar dia berada di bawahnya; dia menciptakannya dari tulang rusuk Adam agar dia berada di sampingnya dan bersamanya.

Kemudian, Allah menggerakkan suatu peristiwa berarti yang pada akhirnya akan dikenal sebagai "pernikahan" ketika Dia menyatakan: "Karena itu, laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya, lalu bersatu dengan istrinya sehingga mereka akan menjadi satu daging" (Kejadian 2:24, AYT).

Itu pasti pernikahan yang indah. Allah adalah comblangnya, penata bunganya, petugasnya, sekaligus Pendamping Terbaiknya. Itu adalah bulan madu terbaik yang bisa Anda bayangkan: Mereka tinggal di suatu taman bersama-sama (dengan telanjang), saling memberi makan buah, dan tidak ada gangguan. Bagi satu sama lain, mereka adalah ciuman pertama, pelukan pertama, pegangan tangan pertama, dan segala hal lainnya! Mereka benar-benar diciptakan untuk satu sama lain. Mereka saling terbuka, percaya, akrab, tanpa hambatan, dan sama sekali tidak malu.

Adam dan Hawa tidak menciptakan pernikahan mereka, Allahlah yang menggambar cetak biru untuk menjadi satu daging dalam pernikahan. Hal ini penting karena jika Allah yang memberikan dan merancangnya, Dialah yang mendefinisikannya.

Mengapa Pernikahan hanya untuk Laki-Laki dan Perempuan?

Pernikahan didefinisikan oleh Allah, pada mulanya, sebagai satu laki-laki dan satu istri yang dipersatukan, kesatuan, ke-tak-terpisahan, dan persatuan yang terjadi. Dan, sebenarnya, seluruh komplementaritas bahwa kita adalah dua bagian dari satu keutuhan yang terintegrasi benar-benar ditandai pada tubuh kita sebagai laki-laki dan perempuan, sungguh. Bagian-bagiannya saling cocok. Tampaknya Allah memang menciptakan kita seperti itu. Dan, itu tidak seperti Allah, itu bukannya tidak penting, itu sangat penting, dan itu sangat mendasar untuk jati diri kita. Dan, itu sangat mendasar bagi pesan yang ingin Allah sampaikan. Dia memulai sejarah dengan seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam pernikahan karena Dia ingin mengomunikasikan kebenaran spiritual dan kosmik yang penting tentang siapa Dia, dan juga tentang hubungan Kristus dengan gereja. Dan, Dia menanamkan itu pada tubuh kita dan hubungan kita sebagai laki-laki dan perempuan dan pernikahan, tepat pada permulaan waktu.

Sepertinya Dia ingin menceritakan sebuah kisah, jadi Dia mencap kisah itu pada laki-laki dan perempuan dan pada pernikahan. Dan, kisah ini akan bertahan sepanjang sejarah sampai kita melihat penyempurnaannya, sampai kita melihat kenyataan yang ditunjuk oleh kisah itu, dan itulah persatuan Kristus dengan gereja untuk selama-lamanya.

Karena itu, ini bukan sekadar semacam kebiasaan budaya yang sewenang-wenang yang kita bicarakan saat berbicara tentang pernikahan. Kita berbicara tentang untuk menjadi siapa Allah menciptakan kita, tentang kebenaran tentang keilahian, kebenaran tentang bagaimana Kristus berinteraksi dengan gereja, kebenaran tentang laki-laki dan perempuan, segala macam hal yang dikaburkan ketika kita memikirkan pernikahan sebagai semacam konstruksi sosial atau budaya. Tidak demikian.

Sekarang, tentu saja, berbagai budaya telah mendekati pernikahan dengan cara-cara yang berbeda. Saya tahu bahwa ada satu budaya tempat laki-laki akan menikahi perempuan, jika laki-laki itu memberinya ubi jalar, maka mereka menikah. Nah, itu adalah cara budaya, cara hukum, bahwa mereka menikah. Dan, budaya melampirkan makna hukum yang berbeda untuk itu dalam berbagai budaya.

Namun, dari segi makna pernikahan yang sebenarnya, kita tidak bisa mengubahnya. Allah menciptakan pernikahan untuk menunjukkan beberapa kebenaran yang sangat penting. Dan, dalam Roma 1:19, sebenarnya kita diberi tahu, dan itu dalam konteks seksualitas ketika Allah berbicara tentang hal-hal seksual yang berbeda, dan mengubah urutannya, kemudian mungkin orang-orang yang berpikir, "Ya, kita bisa menikahkan perempuan dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki atau apa pun." Dan, dalam konteks itulah kita diberi tahu bahwa penciptaan, sejak awalnya, dimaksudkan untuk menunjukkan kuasa Allah, kebenaran tentang karakter Allah, Allah Tritunggal, dan sifat Allah yang tidak terlihat. Jadi, siapa diri kita sebagai laki-laki dan perempuan, serta pernikahan pada awalnya, diciptakan untuk menampilkan kebenaran kosmik ini. Dan, itulah mengapa kita perlu menghormati pernikahan dan menghormati jati diri yang Allah ciptakan bagi kita sebagai laki-laki dan perempuan.

Rancangan Utama Allah untuk Pernikahan

Meskipun dosa kemudian masuk dan merusak hubungan mereka (Kejadian 3) seperti yang terjadi pada kita hari ini, Allah merancang pernikahan sedemikian rupa untuk menawarkan kenikmatan pasangan melalui memiliki persahabatan yang mendalam, menjadi intim secara seksual, berbagi pengalaman seumur hidup, dan memiliki keluarga.

Coba renungkan: Allah menciptakan tubuh laki-laki dan perempuan dengan cara yang unik sehingga tindakan seks pun membawa kenikmatan. Itu semua adalah karunia dari Bapa Baik kita yang merancang pernikahan untuk kita nikmati.

Namun, pernikahan juga merupakan alegori yang menampilkan Injil secara signifikan. Karena kasih karunia Allah, pernikahan adalah "tata cara sekunder" yang berfungsi sebagai alat bantu visual dan pengingat nyata dari Injil dengan membandingkan hubungan Allah dengan kita dengan hubungan suami dengan istrinya. Rasul Paulus secara gamblang menjelaskan bagaimana pernikahan adalah lebih tentang Kristus daripada kita:

"Itulah sebabnya, seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu tubuh." (Efesus 5:31-32, AYT) Misteri ini sangat dalam, dan menurut saya ini merujuk kepada Kristus dan gereja.

Coba renungkan: Dua individu yang jauh dari sempurna membuat perjanjian untuk hidup mereka bersama berdasarkan apa pun yang telah mereka lakukan pada masa lalu, tidak peduli apa yang akan terjadi pada masa depan, dalam keadaan sakit dan sehat, dan dalam keadaan baik atau buruk sampai mereka mati. Sungguh gambaran yang indah tentang Yesus Kristus (pengantin laki-laki) dan kasih-Nya yang tak berkesudahan bagi Gereja (pengantin perempuan).

Fakta bahwa pernikahan adalah gambaran Injil sangatlah penting, dan itulah mengapa versi pernikahan lainnya atau penyalahgunaan pernikahan (homoseksualitas, seks pranikah, pornografi, perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, perzinaan, dll.) sangat merusak -- karena hal-hal tersebut mendistorsi gambar yang dirancang untuk dihadirkan oleh pernikahan.

Akan tetapi, semakin dekat sebuah pernikahan terlihat seperti rancangan Allah (dengan cinta tanpa batas, saling menundukkan diri, pengampunan, kebaikan, ketidakegoisan, dll.), semakin ia menyajikan Injil kepada dunia.

Signifikansi Pernikahan Alkitabiah

Jadi, definisi yang tepat tentang pernikahan itu sangat penting! Ketika Allah, yang menciptakan kita dan mengenal kita, menciptakan pernikahan, Dia menciptakannya untuk kesenangan kita dan untuk menampilkan Injil. Ini adalah salah satu dari cara yang tak terhitung jumlahnya ketika Allah mengungkapkan kasih karunia dan kasih-Nya kepada kita.

Dan, karena itu, pasangan yang berfokus pada Allah secara alami akan memiliki pernikahan yang lebih diberkati karena mereka terikat bersama oleh "tiga untaian" yang kuat yang dibicarakan Salomo dalam Pengkhotbah 4:12: Suami, istri, dan Allah.

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Christianity.com
Alamat situs : https://christianity.com/wiki/christian-life/what-is-the-biblical-definition-of-marriage.html
Judul asli artikel : Apa Definisi Pernikahan menurut Alkitab?
Penulis artikel : Robert Hampshire
Kategori: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA