Tuhan Menguatkan PanggilanNya Padaku

“Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.” (Keluaran 4 : 12)

Panggilan menjadi Guru Sekolah Minggu (GSM), awalnya bukanlah panggilan yang istimewa buat saya. Saya menjadi GSM pertama kali, saat saya duduk di dua tahun terahir saat saya kuliah. Panggilan ini saya dapatkan secara spontan karena saat itu, mengajar sekolah minggu menjadi salah satu tugas di sebuah organisasi kemahasiswaan gereja. Jadi para GSM tidak berdiri sendiri dan membentuk komisi seperti saat ini. Tidak ada penjadwalan, tidak ada persiapan khusus dan yang paling mengkhawatirkan, tidak adanya evaluasi. Tidak ada evaluasi berarti berlangsung atau tidaknya kegiatan Sekolah Minggu (SM) saat itu tidak terkontrol.

Namun bukan situasi dan kondisi di luar diri saya yang ingin saya bagikan saat ini, tetapi sebaliknya suasana hati saya yang diubahkan yang membuat saya berbeda dalam memandang panggilan di panggilan SM saat ini. Saat kuliah dulu, saya memandang panggilan GSM merupakan tugas pelemparan dari teman senior GSM saya, yang tidak menemukan pengganti untuk dirinya. Tidak ada diskusi, tidak ada pengarahan, hanya penyerahan beberapa buku pelajaran sekolah minggu, dan yang membuat saya semakin jengkel adalah tidak ada teman yang mau bergantian mengajar SM, teman-teman saya hanya mau menemani atau mendampingi mengajar SM saja. Itu artinya, jika saya tidak bisa mengajar, SM tidak berlangsung. Akibat cara pandang saya ini, saya sama sekali tidak bisa merasakan suka cita dalam pelayanan saya, setiap mendekati hari minggu, pikiran saya stress mencari materi yang cocok untuk minggu itu. Saya tidak menyadari sedikitpun kehadiran anak-anak sekolah minggu yang mungkin menanti saya di kelas setiap hari minggu tahun-tahun itu. Bahkan sampai ahir pelayanan GSM saya yaitu saat kelulusan saya, saat saya menyerahkan tugas saya kembali pada gereja setempat...saya belum menyadari bahwa Tuhan memanggil saya.

Panggilan ini tidak pernah lagi bisa mengetuk hati saya sampai saat anak saya duduk di kelas tiga SD. Saat itu saya tidak sengaja hadir di sekolah minggunya. Sama dengan sekolah minggu yang saya layani dulu. Hanya ada seorang GSM, seorang pemuda yang masih duduk di bangku kuliah, tidak ada GSM lain. Saat itu hati saya mulai merasa tidak tenang dengan ketidakpedulian saya dengan Sekolah Minggu, tetapi saya masih berusaha menetralkannya. Tetap mengantar anak saya ke SM, dan berusaha tidak terlibat dalam SM. Alasan saya kuat yaitu mengikuti kebaktian gereja, karena kebaktian di gereja kami jamnya bersamaan dengan SM. Tetapi selama kebaktian berlangsung, hati saya terus merasa bersalah. Pernah salah satu materi renungan kotbah saat itu masih melekat di kepala saya, yaitu tentang perdebatan Musa dengan Allah saat Musa akan diutus Allah ke Mesir. Saya belum menyadari sepenuhnya bahwa Tuhan berusaha menyentuh hati saya dengan renungan ini, sampai renungan ini hadir dan hadir lagi dalam hidup saya sampai tiga kali lagi melalui peristiwa dan media yang berbeda-beda. Pertama melalui DVD yang awalnya tidak direncanakan dipilih anak saya untuk ditonton di rumah. Yang kedua melalui ayat renungan yang diberikan majelis gereja, yang saat itu justru berkunjung ke rumah untuk meminta kesediaan suami saya menjadi salah satu majelis gereja. Dan yang terahir ayat ini muncul lagi, saat saya tidak sengaja membaca sebuah buku renungan.

Ahirnya saya memutuskan untuk kembali melayani, namun saat ini dengan hati yang berbeda. Dengan menyadari bahwa seperti Tuhan menugaskan pada Musa, demikian saya juga merasakan Tuhan menugaskan pada saya. Menyadari bahwa Tuhan berharap penuh pada Musa, demikian juga saya merasa Tuhan berharap penuh pada saya. Dan yang selalu menguatkan saya adalah seperti Tuhan yang berjanji pada Musa untuk menyertai dan memberi kekuatan juga menunjukkan jalan, demikian juga saya percaya bahwa Tuhan selalu hadir menyertai (baik langsung di tengah-tengah anak-anak SM atau melalui teman-teman GSM, mungkin bahkan melaui anak-anak ASM itu sendiri.).. Tuhan selalu bersama saya memberi kekuatan dan menunjukkan jalan (termasuk menunjukan saya jalan untuk menemukan media PESTA YSLA dan kelas Kursus GSM ini...karena setelah mengikuti kelas-kelas PESTA ini, saya semakin dikuatkan dalam pelayanan saya)...

Puji Tuhan, saat ini sudah tahun ke empat saya melayani SM. Tidak mudah dan banyak kendala tentu saja. Tetapi saya bisa merasa bahwa saya bekerja bersama Tuhan (tidak sendiri seperti dulu). Semoga teman-teman GSM juga bisa merasakan hal yang sama. Amin.

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA