Teologi Sistematik

Orang Kristen dan Alkitab (I)

Izinkan saya meringkaskan pokok pembahasan yang sudah kita telusuri sejauh ini. Kita telah mempelajari tentang "Allah dan Alkitab" sebab Dialah pengarangnya, tentang "Kristus dan Alkitab" sebab Dialah pokok pembahasannya, tentang "Roh Kudus dan Alkitab" sebab Dia adalah pengantara pengilhaman Alkitab dan tentang "Gereja dan Alkitab" sebab gereja dibangun di atasnya dan dipanggil untuk mempertahankan harta firman Tuhan dan memberitakannya. Pokok pembahasan kita terakhir lebih bersifat pribadi dan perorangan: Orang Kristen dan Alkitab.

Taxonomy upgrade extras: 

Kesatuan dalam Keragaman

Alasan keenam untuk memandang Alkitab sebagai firman Allah yang dinyatakan adalah kesatuan yang luar biasa dari kitab itu. Ini sebuah argumentasi lama, tetapi bagaimanapun juga adalah argumentasi yang baik. Itu adalah argumentasi yang kekuatannya semakin bertambah ketika kita semakin mempelajari dokumen-dokumen itu. Alkitab tersusun dari enam puluh enam bagian, atau kitab, yang ditulis selama hampir seribu lima ratus tahun (dari sekitar 1450 SM sampai sekitar 90 M) oleh lebih dari empat puluh orang yang berbeda. Orang-orang ini tidak sama. Mereka datang dari berbagai tingkat masyarakat dan dari latar belakang yang berbeda. Beberapa adalah raja, yang lain adalah negarawan, imam, nabi, pemungut cukai, seorang dokter, seorang pembuat tenda, nelayan. Jika ditanya tentang subjek apa pun, mereka akan memiliki beragam pandangan yang berbeda seperti pandangan-pandangan orang-orang yang hidup hari ini. Namun, bersama-sama mereka menghasilkan satu kitab yang memiliki kesatuan yang luar biasa dalam doktrin, sudut pandang-sudut pandang sejarah, etika, dan harapan-harapannya. Secara singkat, ini adalah sebuah kisah tunggal tentang penebusan ilahi yang dimulai di Israel, yang berpusat pada Yesus Kristus, dan berpuncak pada akhir sejarah. Natur dari kesatuan ini penting. Pertama-tama, seperti yang R. A. Torrey perhatikan,

Taxonomy upgrade extras: 

Atribut-Atribut Alkitab

Yang pertama adalah atribut keniscayaan. Keniscayaan ini harus diperhatikan dari sudut pandang suatu pergumulan yang intens antara Allah dan Iblis atas jiwa manusia. Kita telah melihat bagaimana manusia berdosa, yang pada dasarnya membenci Allah, adalah sekutu Iblis, tidak peduli apa pun yang mungkin terlihat di permukaan sebagai buah dari anugerah yang tidak menyelamatkan. Ketika Allah memasukkan "prinsip khusus" [1] ke dalam dunia yang berdosa, Allah memasukkan prinsip khusus ke dalam wilayah musuh. Bukan berarti bahwa umat manusia merupakan hak milik Iblis. Hak milik atas manusia dan dunia ini ada di tangan Allah. Akan tetapi, Iblis telah mengambil dunia dan jiwa manusia yang telah terasing dari Allah. Maka Iblis dan antek-anteknya akan menghancurkan prinsip khusus ini kapan pun dan di mana pun ia muncul. Proses karya penebusan oleh Allah ini mencapai klimaksnya sejauh menyangkut Pribadi Kristus, ketika Iblis melawan-Nya dengan semua cara yang mungkin. Sudah pasti Iblis akan berupaya untuk mencegah prinsip khusus ini melaksanakan misinya bagi seluruh dunia. Jika suatu interpretasi yang otoritatif tidak diberikan kepada fakta-fakta yang menebus, jika penginterpretasian diserahkan kepada manusia, sudah pasti wahyu Allah yang redemtif tidak akan mampu mencapai seluruh bagian dunia dan mempertahankan dirinya sampai akhir zaman. Bahkan jika kita beranggapan bahwa kebanyakan orang yang menerima wahyu ini bersikap simpatik kepadanya karena mereka telah ditebus, pasti akan selalu ada orang lain yang akan menyimpangkan kebenaran. Selain itu, bahkan orang yang telah ditebuskan tidak mampu untuk mengetahui sepenuhnya dan tanpa kesalahan tentang makna karya Allah yang redemtif di dalam semua arti pentingnya yang luas. Maka gereja-gereja Protestan telah berkeyakinan bahwa inskripturasi isi wahyu khusus Allah adalah niscaya agar wahyu khusus ini (1) bisa bertahan melalui segala zaman, (2) bisa menjangkau semua umat manusia, (3) bisa ditawarkan kepada manusia secara objektif, dan (4) bisa memiliki kesaksian bagi kebenarannya di dalam dirinya sendiri [2].

Taxonomy upgrade extras: 

Alkitab Terjemahan dan Kanonisasi

Mengapa Alkitab tidak dipertahankan dalam bahasa aslinya saja untuk mengurangi kesalahan penerjemahan? Sering kali ada penerjemahan yang kurang tepat sehingga harus melihat dahulu dari bahasa aslinya baru tahu yang dimaksud itu seperti apa. Yang jadi masalah adalah banyak keyakinan yang timbul, yang terkadang menimbulkan kontroversi, padahal ayat tersebut diambil dari ayat berbahasa Indonesia yang artinya kurang begitu tepat kalau dilihat dari bahasa aslinya. Bagaimana bila kasus seperti ini terjadi pada teman-teman seiman yang tidak memiliki pengetahuan tentang bahasa asli Alkitab?

Taxonomy upgrade extras: 

Kanon dan Tafsir Alkitab

Pada akhir dari paruh kedua abad lalu, konsep kanon Perjanjian Baru mengalami tantangan lewat versi modern dari studi penyelidikan Yesus Sejarah di Amerika [1]. Luas kanon PB, yang sudah diterima sejak akhir abad ke-4, [2] dipersoalkan dan tulisan-tulisan lain diusulkan supaya diterima setara dengan kanon PB yang selama ini berlaku. Dipersoalkannya kembali kanon PB pada dasarnya juga menyentuh kanon Alkitab secara keseluruhan. Apakah benar bahwa jumlah kitab dalam Kitab Suci tidak bisa lagi bertambah? Bagaimana dengan status tulisan-tulisan Kristen lain pada zaman yang kurang lebih bersamaan? Pernahkah tulisan-tulisan lain itu "bertanding" untuk masuk ke dalam kanon? Mengapa kitab yang satu diterima dan yang lain ditolak masuk ke dalam kanon? Apa kriterianya? Siapa yang berwenang memberi kata akhir dalam penentuan kriteria itu? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini menjadi debat tanpa akhir dalam sejarah teologi Kristen. Maka, tulisan ini tidak berpretensi untuk memberi jawaban yang akan memuaskan semua pihak, menyadari bahwa pada akhirnya posisi teologis seseorang menentukan diterima atau ditolaknya jawaban tertentu. Namun demikian, akan dibahas juga beberapa prinsip konservatif yang mendasari penetapan kanon, mengapa kanon pada suatu saat perlu ditutup, dan pentingnya korelasi antara kanon dan tafsir Alkitab. Untuk yang terakhir akan diambil sebuah contoh negatif dari PB dan sebuah contoh positif dari PL.

Taxonomy upgrade extras: 

Memahami Alkitab Sebagai Firman Allah

Dalam bab pertama ini, mari kita mengawalinya dengan melihat beberapa implikasi keyakinan Kristen bahwa Alkitab adalah firman Allah. Kemudian dalam Bab 2 kita akan melihat pentingnya membaca dan menafsirkan Alkitab sebagai kata-kata yang ditulis oleh manusia. Tentu saja, ada banyak aspek dalam Alkitab sebagai kitab tulisan manusia yang memerlukan perhatian kita, misalnya latar belakang sejarah untuk berbagai bagian yang berbeda, pertanyaan tentang otoritas penulisnya dan waktu penulisannya, proses penyuntingan, penekanan teologis dan tradisi yang berbeda. Namun saat ini kita tidak membahas tentang hal-hal ini. Kita memulainya dengan keyakinan inti yang telah dipegang secara konsisten dalam tradisi kekristenan tentang Alkitab, yaitu bahwa Alkitab yang kita terima adalah firman Allah.

Taxonomy upgrade extras: 

Pages

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA