SHA-Pelajaran 03

Nama Kursus : Sepuluh Hukum Allah Untuk Kehidupan Manusia (SHA)
Nama Pelajaran : Perintah Ketiga dan Keempat
Kode Pelajaran : SHA-P03

Pelajaran 03 - PERINTAH KETIGA DAN KEEMPAT

Daftar Isi

  1. Perintah Ketiga
    1. Melarang Mengutuk dengan Mulut Kita
    2. Allah Melarang Sumpah Palsu dalam Pengadilan
    3. Allah Melarang Menggunakan Nama-Nya dengan Sia-sia
    4. Sebuah Peringatan dari Allah
  2. Perintah Keempat
    1. Hari Sabat Orang Yahudi
    2. Hari Tuhan Bagi Orang Kristen
    3. Hari yang Dikhususkan

DOA

  1. Perintah Ketiga

    Peraturan ketiga untuk kehidupan manusia yang diberikan Allah pada umat-Nya berhubungan dengan nama Allah dan kebenaran. Seperti yang tertulis dalam Keluaran 20:7.

    "Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan." (TB)

    Martin Luther mengatakan mengenai perintah ini. "Kita harus takut dan mengasihi Tuhan supaya kita tidak mengutuk, bersumpah, membaca mantera, berbohong atau menipu dengan menggunakan nama-Nya, tetapi memanggil nama-Nya di dalam setiap waktu dan menyembah-Nya dalam doa, pujian dan ucapan syukur." Martin Luther menyimpulkan sedalam-dalamnya dari perintah yang diberikan untuk kebahagiaan kita ini.

    Perintah ini melarang beberapa hal. Baiklah kita mempelajarinya dengan saksama dan melihat apakah kehidupan kita diatur oleh hukum Tuhan ini.

    1. Melarang Mengutuk dengan Mulut Kita

      Fakta dalam Alkitab menunjukkan, bahwa hampir ada seratus nama bagi Allah dalam Perjanjian Lama. Setiap nama itu menerangkan pada kita sesuatu tentang sifat Allah. Dalam Perjanjian Baru kita juga membaca tentang beberapa nama yang diberikan pada Yesus. Nama-nama ini menjelaskan kepada kita tentang sifat-Nya. Nama-nama itu menjelaskan seperti apa Dia. Berikut ini, kita akan melihat daftar beberapa nama yang diberikan dalam Alkitab untuk Yesus:

      1. Alfa dan Omega (Yang Awal dan Yang Akhir)
      2. Pencipta keselamatan yang kekal
      3. Roti Hidup
      4. Kristus Tuhan
      5. Penasihat
      6. Penghibur
      7. Yesus
      8. Anak Allah
      9. Raja
      10. Roti Kehidupan
      11. Raja Damai
      12. Jalan
      13. Kebenaran
      14. Hidup dan masih banyak lagi yang memberikan kepada kita penjelasan tentang sifat-Nya.

      Nama Allah adalah kudus karena nama ini mencerminkan pribadi-Nya. Perintah ketiga ini melarang kita untuk berbicara dengan nama Allah yang kudus sebagai kata-kata kutuk. Salah satu kesempatan di mana beberapa orang menggunakan nama Allah adalah ketika mereka menggunakannya sebagai kata-kata mengumpat. Mengumpat menunjukkan rohani yang sakit. Jika kita sungguh-sungguh mengenal Allah, kita tidak akan menggunakan nama-Nya dengan sia-sia dan sembarangan. Nama Allah atau Kristus, harus digunakan dengan semestinya untuk memuliakan daripada untuk menghina Allah. Orang-orang kafir bahkan memperlakukan nama dewa-dewa mereka dengan penghargaan yang tinggi. Seberapa jauh kita seharusnya lebih menghormati nama Tuhan dan Juru Selamat kita?

    2. Allah Melarang Sumpah Palsu dalam Pengadilan

      Di Amerika, ketika seseorang muncul di pengadilan untuk memberikan kesaksian, dia akan meletakkan tangannya di atas Alkitab untuk bersumpah bahwa ia akan bersaksi dengan benar. Dia kemudian menyatakan bahwa dia akan mengatakan kebenaran yang seutuhnya, tidak akan mengatakan yang lain kecuali kebenaran itu sendiri. Setiap orang yang meletakkan tangannya di atas Alkitab seperti itu berarti di hadapan umum memanggil Allah sebagai saksinya bahwa dia mengatakan kebenaran. Melakukan hal ini dan kemudian berbohong adalah masalah yang sangat serius. Hal ini melanggar perintah Allah yang ketiga, dan Allah mengatakan bahwa Dia akan menghukum barang siapa yang melakukan hal ini.

      Perintah ini menunjuk pada kekudusan sumpah yang diambil di hadapan Allah dan pentingnya berkata benar setiap waktu. Kata-kata seorang Kristen harus bisa dipercaya. Seorang Kristen harus memegang kata-kata dan janjinya. Sebuah janji adalah suatu hal yang sangat serius, dan jika kita melanggar kata-kata kita, berarti kita juga melanggar perintah ini. Jika hal itu terjadi, maka berarti kita sedang menunjukkan pada orang-orang bahwa kita tidak bisa dipercaya.

      Pada zaman Musa, ada orang-orang yang lupa mengatakan kebenaran. Kita hidup di zaman di mana ada orang-orang yang sudah lupa mengatakan kebenaran. Tuhan Yesus mengatakan "Jangan sekali-sekali bersumpah..." Matius 5:34. Perintah ini sebenarnya secara sederhana bermaksud untuk mengatakan, "katakanlah kebenaran."

    3. Allah Melarang Menggunakan Nama-Nya dengan Sia-sia

      Nama Allah adalah kudus dan murni. Jika kita menyebut diri kita orang Kristen, maka kita harus berhati-hati untuk tidak menggunakan nama Allah dengan cara yang tidak semestinya. Hukum ini memerintahkan kepada kita untuk hidup dan berbicara kebenaran. Tuhan Yesus mengatakan "dikuduskanlah nama-Mu..." (Matius 6:9), ketika berdoa Bapa Kami. Kata "dikuduskanlah" berarti "diberkatilah" dan mengandung maksud pemujaan dan penghormatan. Kita harus menghormati nama Allah setiap waktu, karena nama Allah mencerminkan diri-Nya sendiri.

      Jika kita mengaku Tuhan sebagai Allah kita, kita harus berhati-hati untuk tidak membawa malu atas-Nya dengan kata-kata atau perbuatan yang tidak murni atau pengakuan yang tidak tulus. Menyebut diri Anda sebagai seorang Kristen namun bertindak sebagai seorang kafir adalah bentuk dosa lain yang menentang perintah yang ketiga ini.

    4. Sebuah Peringatan dari Allah

      Perintah ini diakhiri dengan suatu peringatan yang serius dari Allah yang mengatakan "Tuhan akan memandang bersalah kepada orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan." Allah mengatakan bahwa jika kita melecehkan nama-Nya, mengutuk, bersumpah palsu di pengadilan, atau menggunakan nama Allah dengan cara yang tidak semestinya, Dia akan meminta pertanggungjawaban dan menghukum kita. Rasul Paulus memberikan peringatan kepada Timotius mengenai orang-orang Kristen. Peringatan ini mengatakan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan." (2 Timotius 2:19 kejahatan berarti dosa).

      Marilah kita berhati-hati untuk menghormati nama Allah dalam setiap cara dan selalu berbicara kebenaran, sehingga kita dapat membawa hormat dan kemuliaan bagi nama Allah.

  • Perintah Keempat

    Perintah Keempat yang diberikan Allah untuk kehidupan manusia adalah "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu." Keluaran 20:8-10.

    Mudah untuk memikirkan bahwa jika kita melanggar Perintah yang Keempat, hal itu tidak akan seserius jika melanggar sembilan perintah yang lainnya. Tetapi, barang siapa yang hendak melanggar perintah yang keempat, maka dalam hatinya sudah memiliki niat untuk melanggar perintah yang lain atau bahkan semua perintah yang ada.

    Inti dari perintah ini adalah menyatakan bahwa kita harus menguduskan semua waktu, pekerjaan dan masih istirahat demi Allah.

    1. Hari Sabat Orang Yahudi

      Kata "Sabat" menunjuk kepada hari ketujuh, dan itu berarti hari Sabtu. Dalam hitungan kalender Yahudi, hari sabat di mulai dari jam 6 sore. Mengenai hari ini, Allah berfirman, "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat." Ini bukanlah yang pertama kali perintah ini diberikan kepada umat Israel, karena Allah mengatakan "ingatlah." Sejak awal mula penciptaan, Allah sudah memberikan perintah ini kepada manusia. Kitab Kejadian menjelaskan kepada kita bahwa Allah menciptakan dunia dalam enam hari dan pada hari yang ketujuh Allah berhenti. Inti kata Sabat berarti "Beristirahat setelah bekerja keras." Orang-orang lupa untuk memelihara perintah Allah yang sebenarnya. Karena itu Allah memperingatkan mereka bahwa mereka hendaklah mengambil satu hari dari tujuh hari yang ada sebagai hari yang kudus untuk beristirahat dan beribadah. Hari Sabat orang Yahudi berbeda. Hari itu merupakan karunia dari Allah dan menjadi hari yang dihormati. Allah memberikan perintah ini karena Dia sudah menunjukkan contoh dan bekerja enam hari dalam menciptakan dunia kemudian Dia berhenti pada hari yang ketujuh.

      Selanjutnya hukum ini mengatakan, "enam hari lamanya Engkau akan bekerja..." Ada yang lebih dalam mengenai perintah ini daripada hanya sekadar perhatian satu hari untuk beristirahat. Hukum ini juga merupakan suatu perintah untuk bekerja keras dan menentang kemalasan. Perintah keempat adalah suatu perintah untuk bekerja keras selama enam hari dengan rajin, juga untuk beristirahat satu hari agar dapat memberikan penghormatan kepada Allah. Seseorang yang membuang waktu pada satu dari enam hari yang tersedia sama bersalahnya di hadapan Allah seperti orang yang bekerja di hari Sabat. Itu artinya, kita harus menggunakan dengan baik enam hari yang diberikan Tuhan untuk bekerja keras dan memberikan satu hari, yaitu hari Sabat untuk beristirahat demi Allah. Merupakan hal yang berbahaya jika mengabaikan hari yang kudus ini. Hari tersebut adalah milik Allah. Dalam kehidupan Kekristenan tidak ada tempat bagi penidur atau pemalas. Ini adalah suatu perintah yang menentang kemalasan. Jelas bahwa satu hari dari tujuh hari yang ada harus menjadi hari yang kudus. Kita harus menjaganya tetap kudus dengan menghindarkannya dari segala kerja dan usaha manusia. Kita mesti menguduskan satu hari dalam seminggu untuk beristirahat dalam hadirat Allah.

      Pekerjaan kadang-kadang sulit untuk didapatkan, juga sulit untuk dipertahankan. Kita tidak harus keluar dari pekerjaan. Alkitab justru mengatakan bahwa setiap orang harus bekerja. Jika seseorang tidak dapat bekerja untuk mendapatkan upah, maka dia harus bekerja tanpa upah. Kita selalu bisa bekerja. Seorang pengangguran janganlah tinggal tanpa melakukan pekerjaan. Dalam Amsal 14:23 kita membaca, "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja." Ini adalah janji dari Allah sendiri. Allah mengatakan, jika seseorang bekerja keras di rumah atau tetangga sekitarnya, meskipun dia tidak mempunyai penghasilan yang tetap, akan ada keuntungan karena kerja kerasnya, yaitu keuntungan moral dan finansial (uang). Tuhan Yesus mengatakan, "Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Allah mengatakan bahwa jika kita mencari kerajaan Allah dan kebenarannya dan memberi diri kita untuk bekerja keras dalam ketaatan kepada perintah Allah, maka Dialah yang akan mengatur hidup kita dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan kita. Rasul Paulus mengatakan, "Apa pun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya." (Kolose 3:23- 24).

      Bangsa Yahudi membuat hari Sabat menjadi hari yang penuh dengan mengatakan, "janganlah kamu melakukan ini dan itu." Mereka membatasi hari itu dengan banyak peraturan sehingga menjadi sebuah beban untuk menjaga hari itu sebagai hari yang kudus.

    2. Hari Tuhan Bagi Orang Kristen

      Hari Tuhan adalah hari bagi kita untuk beristirahat dan beribadah. Orang-orang Kristen yang mula-mula mengubah hari untuk beribadah itu. Mengapa? Karena Tuhan Yesus menyatakan kemenangan-Nya atas kuasa dosa, dengan cara bangkit dari kematian-Nya pada hari pertama, yaitu hari Minggu. Oleh karena itu sebagian besar orang Kristen menganggap hari Minggu sebagai hari untuk istirahat dan beribadah. Hari itu bukanlah hari Sabat atau hari ketujuh dalam satu minggu. Hari itu adalah hari pertama dalam satu minggu. Gereja Kristen memelihara hari ini sejak awal mulanya dan menyebutnya sebagai hari Tuhan.

      Hal-hal yang kita pilih untuk kita kerjakan pada hari Minggu menunjukkan seperti apa kita dan apa yang kita pikirkan tentang Kristus. Penggunaan terbesar dari hari Minggu adalah sebagai hari ibadah dan istirahat. Ibadah dan istirahat berjalan bersama-sama. Setiap orang memerlukan hari yang kudus ini. Jika kita melupakan hari ini, sama artinya kita sedang melupakan Allah.

      Hari Minggu adalah hari bagi keluarga untuk bersama-sama, bagi antara teman untuk saling bertemu, bagi orang-orang percaya untuk beribadah bersama-sama. Beribadah berarti bertumbuh dengan kuat secara rohani. Seperti tertulis, "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru." Yesaya 40:31.

    3. Hari yang Dikhususkan

      Perintah keempat menyisihkan hari yang ketujuh sebagai hari Tuhan, satu hari yang dikhususkan untuk beristirahat dan beribadah. Allah memberikan hari Sabat bagi bangsa Yahudi pada zaman dahulu kala. Hari Minggu adalah bagi orang Kristen untuk semua generasi. Tujuannya tetap sama: satu hari untuk beristirahat dan menghormati Allah. Apa yang sedang kita pikirkan sekarang, tentang hari Sabat orang Yahudi atau Hari Tuhan bagi orang Kristen, kedua-duanya merupakan jenis hari yang dikhususkan.

      Hari Sabat harus menjadi hari yang kudus. Sejak awal, hari ini sudah menjadi satu hari yang kudus. Allah sendiri menghargainya. Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dia adalah Tuhan atas hari Sabat. Bukan hanya hari itu menjadi hari yang kudus, tetapi yang lebih penting, hari itu harus menjadi hari ibadah. Bagi sebagian besar orang Kristen, hari Minggu adalah hari yang sudah ditetapkan untuk menyembah dan memuji Tuhan. Setiap hari Minggu kesannya seperti "Minggu Kebangkitan". Hari itu adalah waktu untuk menyembah Kristus yang telah mati disalibkan bagi kita di atas Kalvari.

      Hari Minggu adalah hari yang diciptakan untuk manusia. Sejak awalnya, Allah menginginkan hari yang khusus untuk menjadi hari perhentian bagi manusia. Hari istirahat itu dimaksudkan juga khususnya untuk melindungi mereka yang hari-harinya bukan sepenuhnya mereka miliki. Hari itu bahkan memberi kesempatan kepada para budak untuk beristirahat. Hari yang khusus ini memberikan keuntungan kepada manusia karena sesuai dengan kebutuhan manusia. Allah tidak pernah bermaksud untuk membuat hari ini menjadi beban bagi manusia. Hari tersebut dimaksudkan sebagai hari istirahat dan bersukacita. Hari itu adalah hari untuk kebaikan manusia. Yesus selalu memberikan manfaat bagi manusia di atas hari itu sendiri. Dunia yang beradab saat ini berhutang kepada gereja Kristen dengan adanya hari bebas untuk bekerja.

      Hari Sabat seharusnya menjadi hari yang bahagia. Sejak awal Allah bermaksud demikian sehingga barangsiapa yang letih dapat beristirahat dari kerja keras mereka. Hari itu adalah hari berkat bagi semua, hari penyegaran pikiran dan tubuh. Karena kasih Allah bagi kita, Dia memberikan pada kita hari itu untuk beribadah kepada-Nya dan untuk beristirahat.

      Arti dan tujuan hari itu tetap tidak berubah. Sampai hari ini hari itu tetap menjadi hari istirahat, ibadah dan penghormatan kepada Allah. Hari tersebut sungguh-sungguh adalah milik Tuhan.



  • Akhir Pelajaran (SHA-P03)

    DOA

    "Tuhan tolonglah aku agar dapat menggunakan mulutku untuk mengatakan sesuatu yang benar tentang Engkau, kapan pun dan di mana pun aku berada. Tolonglah juga agar aku dapat menggunakan hari-hari yang Kau percayakan untuk berkarya dan beristirahat demi kemuliaan nama-Mu. Amin."

    [Catatan: Tugas pertanyaan ada di lembar terpisah.]

    Taxonomy upgrade extras: 

    Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA