MDD - Referensi 05b

Nama Kursus : Manusia Dan Dosa
Nama Pelajaran : Keselamatan
Kode Pelajaran : MDD-R05b

Referensi MDD-R05b diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Mari Berpikir Tentang Teologi Apa yang Kita Yakini?
Judul artikel : Oleh Kasih Karunia melalui Iman
Penulis : Mark Tabb
Penerbit : Yayasan Gloria, Yogyakarta 2011
Halaman : 220 - 227

Referensi Pelajaran 5b - Oleh Kasih Karunia melalui Iman

Belum begitu lama ketika Anda kembali terjebak di dalam kehidupan lama yang penuh dosa dan stagnan. Anda membiarkan dunia, yang tidak tahu apa yang utama dalam kehidupan, mengatakan kepada Anda bagaimana Anda harus hidup. Anda memenuhi paru-paru Anda dengan ketidakpercayaan yang tercemar, kemudian mengembuskan ketidaktaatan. Kita semua melakukannya, kita semua melakukan apa yang ingin kita lakukan, ketika kita ingin melakukannya, kita semua menghadapi masalah yang sama. Sungguh ajaib bahwa Tuhan tidak kehilangan kesabaran-Nya dan menyingkirkan kita semua. Sebaliknya, dengan pengampunan besar dan kasih yang luar biasa, Dia merengkuh kita. Dia mengambil kehidupan kita yang mati karena dosa dan membuat kita hidup di dalam Kristus. Dia melakukan semua ini sendirian, tanpa bantuan dari kita! Lalu Dia mengangkat kita dan menempatkan kita di langit tertinggi, bersama-sama dengan Yesus Mesias kita.

Sekarang, Tuhan mendapatkan kita di mana Dia menginginkan kita, dengan segala waktu di dunia ini yang akan datang, untuk melimpahkan kasih karunia dan kebaikan kepada kita di dalam Kristus Yesus. Menyelamatkan orang adalah gagasan dan karya-Nya. Yang kita lakukan adalah cukup memercayai-Nya dalam melakukan hal itu. Itulah pemberian Tuhan dari awal sampai akhir! Kita tidak memainkan peran utama. Jika kita memainkannya, kita mungkin akan pergi berkeliling untuk memegahkan diri bahwa kita telah melakukan semua! Tidak, kita tidak dapat menciptakan atau menyelamatkan diri kita. Tuhanlah yang melakukannya, baik penciptaan maupun penyelamatan kita. Dia menciptakan setiap kita oleh Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Tuhan sebelumnya, pekerjaan yang sebaiknya kita lakukan (Efesus 2:1-10 MSG).

Di bagian ini, Paulus menjelaskan bagaimana Tuhan memecahkan masalah dosa kita. Tanpa Yesus, kita terperangkap dalam kehidupan lama yang penuh ketidaktaatan dan ketidakpercayaan. Kejatuhan dalam dosa memastikan hal itu. Setiap orang mengalami hal yang sama. Pemazmur mengamati:

Tuhan memandang ke bawah dari surga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak! (Mazmur 14:2-3)

Itu sebabnya menyelamatkan kita adalah gagasan dan karya Tuhan semata. Seperti yang sudah dijelaskan dalam Efesus 2:1-10, tak ada suatu pun yang dapat kita tambahkan kepadanya. Konsep pemikiran ini membedakan kekristenan dari agama dunia lainnya. Kekristenan bukan agama atas perbuatan, tetapi atas kasih karunia Tuhan. Orang tidak beroleh jalan ke surga dengan melakukan lebih banyak hal yang baik daripada yang buruk. Tak seorang pun dari kita dapat memperoleh poin dari Tuhan dengan membawa sampah ke luar rumah tanpa diminta atau melakukan sembarang tindakan kebaikan. Menurut Alkitab, satu-satunya jalan bagi kita untuk dapat diselamatkan, satu-satunya jalan bahwa apa yang Yesus lakukan bisa memengaruhi hidup kita, ialah dengan memercayai Tuhan untuk menyelamatkan kita. Alkitab menyebut hal ini sebagai iman, dan tidak mungkin menyenangkan Tuhan tanpa iman (lihat Ibrani n:6).

APAKAH IMAN ITU?

Kata Yunani biasanya menerjemahkan iman "pistis", yang digunakan 243 kali di dalam Perjanjian Baru. Bentuk kata kerja dari kata tersebut "pisteuo", yang berarti percaya, digunakan 241 kali, sementara kata bagi setia, "pistos" muncul 67 kali. Kata-kata tersebut muncul begitu sering sebab iman adalah pusat bagi hubungan kita dengan Tuhan. Selalu demikian. Paulus menegaskan bahwa kita dibenarkan oleh Tuhan melalui iman saja. Ia mengajak kita melihat tokoh Perjanjian Lama, Abraham, yang percaya kepada Tuhan, "maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran" (Kejadian 15:6). Anda bahkan dapat berkata bahwa ayat tema Perjanjian Baru berasal dari Perjanjian Lama. Habakuk 2:4 berkata, "Orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya." Kata-kata Habakuk muncul di Roma 1:17, Galatia 3:11, dan Ibrani 10:38.

Pada tingkat paling sederhana, kata-kata iman dan percaya berarti berpikir bahwa sesuatu itu benar. Jika Anda membaca sebuah berita di koran yang mengatakan bahwa anggota dewan perwakilan rakyat yang masih muda dari provinsi Anda berencana untuk mencalonkan diri sebagai presiden, Anda bisa memercayai bahwa berita itu benar atau tidak memercayainya. Inilah kepercayaan pada tingkat yang paling dasar. Namun, iman menurut Alkitab tidak berhenti di sini. Iman berarti memercayai sesuatu sedemikian rupa sehingga Anda memercayainya dengan sepenuhnya. Kepercayaan Anda mendorong Anda untuk bertindak. Anda tidak hanya percaya bahwa anggota dewan yang masih muda dari provinsi Anda akan mencalonkan diri menuju Istana Negara, tetapi Anda percaya pada pencalonannya. Anda mendukungnya dan memberi tahu semua teman Anda supaya memberikan suara baginya. Ketika Anda menyelidiki kehidupan orang-orang percaya di Alkitab, Anda menemukan bahwa iman yang berkenan kepada Tuhan tidak saja percaya bahwa Dia nyata, tidak hanya percaya bahwa Dia hebat, tetapi juga secara aktif bergabung di sisi-Nya. Hal ini setara dengan menaruh kepercayaan kepada anggota dewan tadi begitu kuat sampai-sampai Anda dengan sukarela bekerja untuk kampanyenya. Setiap hari Anda memasuk-masukkan informasi ke dalam amplop, banyak menelepon serta melakukan apa saja yang perlu untuk membantunya menjadi presiden yang akan datang. Inilah yang diartikan dengan percaya.

Meletakkan iman Anda kepada Tuhan menuntut langkah yang jauh lebih radikal. Seperti yang ditunjukkan oleh ayat-ayat Alkitab yang membuka bab ini, sebelum Tuhan menyelamatkan kita, kita secara aktif bekerja bagi pihak yang lain. Kita "biasa hidup mengikuti jalan dunia ini, penuh dosa, menaati Setan, penguasa kerajaan angkasa" (Efesus 2:2 NLT). Karena itu, sebelum kita dapat berpaling kepada Tuhan di dalam iman, kita harus berbalik dari kesetiaan lama kita kepada Setan dan meninggalkan keinginan-keinginan kita yang berdosa. Alkitab menyebut hal ini pertobatan, dan merupakan bagian dari percaya.

Yesus sendiri mengkhotbahkan pertobatan. Dia berkata kepada orang-orang, "Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Markus 1:15). Paulus meringkas pesan tersebut yang dibawanya ke Kekaisaran Romawi ketika ia berkata, "Aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus" (Kisah Para Rasul 20:21). Berbalik dari dosa dan berpaling kepada Tuhan bukanlah dua langkah yang terpisah. Sebaliknya, kedua kalimat menggambarkan dua bagian dari satu tindakan. Berpikirlah seperti ini: Tindakan untuk memberikan suara bagi calon presiden favorit Anda juga merupakan keputusan untuk tidak memberi suara kepada calon yang lain. Anda tidak bisa memilih yang satu tanpa meninggalkan yang lain.

DASAR IMAN

Iman itu pasti karena didasarkan pada sesuatu yang kokoh dan benar: Firman Tuhan. Paulus berkata, "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus"(Roma 10:17). Terjemahan dari Alkitab versi The Message , bahkan lebih blak-blakan: "Intinya adalah: Sebelum kamu percaya, kamu harus mendengarkan. Tetapi tanpa adanya firman Kristus yang diberitakan, tidak ada yang harus didengarkan." Iman yang alkitabiah bukan seperti membidik dalam kegelapan, suatu harapan mistis bahwa Tuhan ada di suatu tempat, entah di mana. Orang kadang-kadang memakai kata percaya seperti itu juga. Setiap musim semi, ' jutaan penggemar Chicago Cubs (tim bisbol profesional dari Chicago, Illinois) mengatakan bahwa mereka percaya tahun ini akan menjadi tahun di mana tim mereka akhirnya akan memenangkan kejuaraan World Series, dan mereka telah mengatakan hal ini setiap tahun sejak gelar terakhir yang diraih Cubs pada 1908.

Harapan yang selalu muncul selama pelatihan bisbol musim semi tidak didasarkan pada sesuatu yang lebih dari keinginan dan doa. Bukan itu yang dimaksud dengan, iman yang alkitabiah. Teologi dimulai dengan pernyataan bahwa Tuhan itu ada dan Dia telah berbicara, dan di sinilah tempat iman juga dimulai. Kita percaya sebab Tuhan telah berbicara dan bertindak. Pengetahuan kita tentang yang kedua tak dapat dipisahkan dari yang pertama. Kita tahu bahwa Tuhan melakukannya melalui zaman kuno dan melalui Putra-Nya sebab Alkitab mengatakannya kepada kita. Catatan sejarah lainnya mungkin mendukung beberapa detail tersebut, namun Alkitab adalah sumber informasi yang terutama tentang Tuhan. Karena itu, Alkitab adalah dasar dari iman kita. Iman dimulai dengan memercayai Alkitab sebagai kebenaran. Kemudian, percaya dan meyakini apa yang tertulis di dalamnya. Hal ini bukan berarti bahwa sebagai orang kristiani, kita menyembah Alkitab ketimbang Tuhan. Iman kita ialah di dalam Tuhan, tetapi kita harus jelas bahwa Tuhan ini adalah Tuhan dari Alkitab. Dia telah menyatakan diri-Nya kepada kita melalui Alkitab, dan kita memasuki hubungan bersama-Nya dengan memercayai dan bertindak atas apa yang dikatakan-Nya.

TUJUAN IMAN KITA

Di dalam Kisah Para Rasul 16, kita menemukan Paulus dan Silas dikurung di penjara pada tengah malam. Bukannya merengek dan mengeluh, mereka menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Tuhan. Tiba-tiba, terjadilah gempa bumi dan mengguncangkan pintu-pintu sel sehingga terbuka. Gempa bumi ini juga membangunkan penjaga penjara, yang mengira bahwa semua tahanan telah melarikan diri. Karena hukuman yang akan diterima seseorang karena membiarkan tahanan melarikan diri adalah kematian, penjaga penjara itu menarik pedangnya untuk bunuh diri. Paulus menghentikannya dan meyakinkannya kembali bahwa semua tahanan masih ada di sana. Kejadian itu begitu mengguncangkan si penjaga penjara sehingga ia menjatuhkan diri di depan Paulus dan Silas, kemudian bertanya, "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku diselamatkan?" Jawab mereka, "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu" (Kisah Para Rasul 16:30-31). Mereka membagikan kabar tentang Yesus dengannya, dan orang itu beserta seluruh keluarganya percaya dan dibaptis.

Pesan Paulus kepada penjaga penjara tersebut adalah pesan Perjanjian Baru. Ya, kita diselamatkan karena iman. Namun iman itu, kepercayaan itu, harus diletakkan di tempat yang tepat. Hanya memercayai bahwa Tuhan itu ada, tidaklah cukup. Yakobus 2:19 memperingatkan,"Engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun percaya akan hal itu dan gemetar!" Iman yang menyelamatkan haruslah iman di dalam Yesus Kristus. Petrus membuat pernyataan tentang Yesus, "Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah Para Rasul 4:12).

Memercayai Yesus berarti lebih daripada memercayai seseorang bernama Yesus yang hidup di Palestina pada abad pertama. Bahkan, hal itu berarti lebih daripada mengakui bahwa Dia memiliki beberapa hal baik untuk dikatakan. Iman kepada Yesus berarti memercayai segala sesuatu yang dikatakan Alkitab tentang Dia, terutama bahwa Dia mati bagi dosa-dosa kita, dikuburkan, bangkit kembali secara ragawi pada hari ketiga, dan adalah Raja alam semesta yang sah. Inilah berita baik Alkitab, dan itulah pesan yang kita harus percayai agar selamat. Paulus berkata, "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka engkau akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan" (Roma 10:9-10).

Hal ini kemudian membawa kita kembali kepada arti iman. Percaya kepada Yesus mendorong kita untuk berbalik dari cara-cara hidup kita yang lama dan memercayakan hidup kita kepada-Nya sebagai Penyelamat dan Tuhan kita. Di dalam Alkitab, Yesus sama sekali tidak menggunakan kata iman setiap kali Dia mengundang orang untuk percaya kepada-Nya. Dia hanya memanggil, "Marilah, ikutlah Aku," Ketika kita percaya pada Tuhan yang bangkit, itulah yang kita lakukan. Mulai saat itu dan selanjutnya, kita menjadi pengikut Kristus. Iman bukanlah hanya membenarkan fakta. Iman juga bukan suatu keputusan satu kali. Iman yang sejati, iman yang alkitabiah, menghasilkan sebuah kehidupan yang berubah ketika kita menjadikan Yesus sebagai pusat dan teladan hidup kita. Habakuk berkata, "orang yang benar itu akan hidup [berperilaku, membuat pilihan] oleh percayanya" (Habakuk 2:4, penekanan ditambahkan). "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, kata saudara Yesus di dalam Yakobus 2:17, "maka iman itu pada hakikatnya mati."

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA