Kebenaran Sang Raja Segala Raja

Kaum intelektual baik dia Kristen maupun non-Kristen mempunyai pertanyaan yang sering kali mendapat jawaban yang tidak memuaskan. Pertanyaan itu adalah: "Apakah Alkitab itu benar dan satu-satunya kitab suci yang memberitakan Allah yang sejati dan satu-satunya?"

Ada jawaban yang mengandalkan keunikan Alkitab mengenai latar belakang sejarah, keberagaman penulis, keindahan literatur, dan lain sebagainya untuk menjelaskan kebenaran dari Alkitab. Namun hal-hal tersebut selalu saja dapat dibantah oleh kritikus. Banyak yang keberatan karena Alkitab ditulis oleh manusia-manusia biasa yang juga berdosa dan tidak lepas dari kesalahan. Mana mungkin orang yang berdosa dapat menuliskan kitab suci yang tanpa cacat?

Kalau kita mau jujur, sebetulnya banyak dari kita juga tidak memiliki jawaban yang memuaskan diri kita sendiri, apalagi dapat memuaskan orang lain yang belum percaya. Fakta ini menimbulkan respons yang berbeda-beda dalam kekristenan. Ada yang percaya secara membabi buta dan tidak mau tahu bagaimana menjelaskannya kepada orang lain karena pada dasarnya dirinya tidak suka membaca Alkitab dan tidak suka memberitakan Injil. Ada juga orang-orang yang tidak mau ambil pusing dengan kebenaran Alkitab. Hal ini dikarenakan dirinya sendiri walaupun Kristen tetapi tidak suka kepada apa yang Alkitab ajarkan, bahkan melawannya. Setiap orang memiliki respons yang berbeda-beda ketika berhadapan dengan Allah dan firman-Nya.

Kita semua memiliki keyakinan akan principia, dalam bahasa Grika, arche, yaitu first point from which a thing either is or comes to be or is known, yaitu suatu yang "ada" dan "cara mengetahui yang ada itu". Kita semua memiliki yang "ada" di dalam hati kita, namun hal tersebut masih samar-samar dan tidak jelas. Jika itu berlawanan dengan Allah, berarti yang "ada" itu adalah pribadi kita sendiri atau suka-suka kita sendiri. Dan "cara mengetahuinya" pun adalah cara pikir kita yang begitu random dan suka-suka bagaimana mengklaim suatu hal itu benar atau salah. Itulah pikiran manusia yang mau otonom, terlepas dari segala otoritas. Bagaimana canggih dan logis suatu pikiran manusia, sebenarnya dia sendiri tidak bisa menjamin pikirannya itu benar atau salah. Namun, di dalam keadaan yang tidak punya jaminan dan kepastian pun dia tetap bertahan pada di posisi demikian, dengan demikian ini disebut pemutlakkan diri sendiri. Kita telah menempatkan posisi pikiran di mana walaupun belum bisa memastikan benar, kita yakin suatu hari akan bertemu dengan kebenaran dan kita bisa menjamin bahwa kita ini adalah benar. Inilah kesombongan yang tidak terlihat yang dimiliki semua orang.

Namun berbeda ketika kita kembali kepada arche yang benar yaitu Allah dan firman-Nya. Allah dan firman-Nya tidak memerlukan kualifikasi apapun dari metode manusia yang begitu bervariasi. Ini karena dua sebab, pertama, Allah sendiri adalah sang "juri" yang berhak mengeliminasi segala peserta yang mencoba menafsir dan menebak akan siapakah diri Allah dan apa itu firman-Nya. Kedua, manusia yang mencoba menjadi "juri" tidak mungkin menjadi juri yang baik karena alat pengujinya sendiri diragukan oleh dirinya dan memang tidak cukup, bahkan sangat kekurangan bahan ataupun modal. Sehingga satu-satunya jalan untuk bertemu dan terjamin kita berada di posisi yang benar adalah ketidakpercayaan pada diri sendiri yang berdosa ini dan menempatkan sang "ada" kita kepada Allah yaitu satu-satunya arche, sang ADA itu.

Di dalam reformed scholastic, para scholars membagi dua pengetahuan mengenai arche ini, yaitu archetypal knowledge dan echtypal knowledge. Pengetahuan yang hanya dimiliki oleh Allah dan tidak dimiliki oleh ciptaan disebut dengan archetypal knowledge. Pengetahuan akan yang benar yang didasarkan oleh archetypal knowledge ini disebut echtypal knowledge. Echtypal knowledge ini pun dimiliki oleh Allah sendiri, dan itu sudah diwahyukan kepada manusia ciptaan, sehingga manusia bisa memiliki echtypal knowledge. Walaupun echtypal knowledge ini terbatas, ini didasarkan oleh archetypal knowledge. Di sini jelas bahwa pengetahuan yang benar akan Allah sama sekali bukan berasal dari manusia. Maka pertanyaan mengenai Allah dan Alkitab tidak mungkin terselesaikan ketika kita menggunakan cara pembuktian ala dunia ini. Ingat sekali lagi bahwa dunia ini hanya memberikan kepastian akan hal-hal yang tidak pasti. Dunia ini memberikan keyakinan sementara yang di belakangnya justru adalah keraguan.

Diambil dari:
Nama situs : Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia -- Pillar
Alamat situs : http://www.buletinpillar.org/artikel/kebenaran-sang-raja-segala-raja
Judul asli artikel : Kebenaran Sang Raja Segala Raja
Penulis artikel : Chias Wuysang
Tanggal akses : 22 Juli 2018
Kategori: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA