Hati Allah ada di dalam Hatiku

Suatu kali saat saya belajar sejarah gereja-gereja di Indonesia, sungguh suatu hal yang mengejutkan saya jika harga yang dibayar supaya Injil masuk ke Indonesia sungguh sangat mahal, Para Zending (utusan) yang diutus dari beberapa negara Eropa (Belanda, Jerman) datang ke Indonesia melalui kapal-kapal dagang dan kapal-kapal penjajah yang singgah di Indonesia. Memang banyak Misionaris yang berasal dari Belanda namun mereka bukan penjajah, mereka adalah utusan-utusan gereja. Namun yang membuat saya cukup kaget, ternyata banyak dari para Misionaris ini mati di tangan orang -orang suku di Indonesia. dinegara-negara lain bahkan beberapa dari Misionaris di bantai dengan cara yang sadis.

Sungguh jika hari ini kita berbicara hidup Kristen itu hidup yang nyaman, berkelimpahan, sakit pasti disembuhkan, miskin pasti diperkaya, dan lain sebagainya. Saya kira ini suatu kekeliruan yang besar, banyak orang Kristen mengabaikan sejarah bahkan tidak mau tahu dengan berita baik dan pengorbanan luar biasa dari para martir dan misionaris supaya injil sampai pada kita. Yang sering saya jumpai adalah sikap acuh, yang penting setiap hari minggu saya bisa ke Gereja, hidup saya diberkati dengan melimpah, saya sehat, dan lain-lain yang berhubungan dengan kesejahteraan pribadi. Ketidakpedulian seperti ini yang akan menghambat kita untuk belajar hidup berbelas kasih pada orang lain seperti yang dimiliki oleh para orang Kristen pendahulu kita, Kasih itu menghargai, memberi, dan menghormati.

Ada banyak harga yang harus dibayar ketika menjadi seorang Kristen, Allah sendiri memberikan anakNya yang tunggal untuk menjadi korban tebusan yang harus dibunuh. Para misionaris yang mungkin sampai hari ini tidak banyak dikenal bahkan tidak pernah diketahui identitasnya telah berusaha memberitakan kabar baik ke seluruh penjuru bumi dengan berbagai hal upaya yang mereka kerjakan bahkan sampai harus mengorbankan nyawa dalam suatu perjalanan misi, mendapatkan ancaman, menjadi buronan, dan kesulitan besar lainnya. Apa yang ada dalam benak para hamba-hamba Tuhan ini? sehingga mereka mau pergi ke suatu daerah, berusaha tinggal disana dan menerima segala resiko yang membahayakan mereka. Mereka tidak gila, mereka sedang mengerjakan sesuatu yang sangat besar, apa itu? apalagi jika bukan hati besar yang dianugerahkan Allah pada mereka, belas kasih yang begitu mendalam yang ada dalam setiap hati mereka, beban hati mereka melihat suku-suku atau kelompok-kelompok yang belum berkesempatan mendengar kabar baik, ini adalah hati Allah, hati yang begitu mengasihi setiap manusia, Ia adalah Allah yang menghendaki setiap kita yang sudah mengalami Injil sendiri membagikan Injil itu pada orang lain, hal itu sebuah kesempatan dan anugerah yang besar.

Waktu berlalu begitu cepat, tidak akan pernah bisa kembali dan kitapun tidak akan pernah mengetahui berapa lama lagi sisa waktu kita di bumi ini. Gunakanlah waktu dengan sangat bijak, pakai waktu yang ada untuk menggumuli misi terbesar Allah di bumi ini, Pikirkanlah setiap keadaan, bidang, dan pekerjaan yang anda miliki sekarang menjadi media untuk bermisi. Orang Kristen yang benar-benar Kristen tidak mungkin akan mengabaikan tugas besar ini. Mungkin panggilan kita bukan menjadi seorang Misionaris yang akan melintasi berbagai belahan dunia, namun kita mempunyai tanggungjawab dalam misi besar ini. Dalam abad ini pun kita dimungkinkan untuk bisa melakukan pemberitaan kabar keselamatan melalui banyak cara dan media. Mari kita mulai berdoa dan memikirkan banyak peluang untuk bermisi. Misi di mulai dari hati kita, hati yang penuh dengan belas kasihan, hati yang begitu resah melihat jiwa-jiwa yang terhilang, hati yang rindu menolong orang lain, hati yang tulus, hati yang siap di sakiti. Ini adalah beban amanat agung bagi kita semua. Gereja harus mulai bangun dari rasa nyaman dan memncelikan mata kembali. Mari dengan kerendahan hati memohon pimpinan Allah untuk menuntun kita memiliki hati yang berbelas kasih pada orang lain. Tuhan memberkati.

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA