Nama Kursus | : | Pernikahan Kristen (PKS) |
Nama Pelajaran | : | Cinta dan Pernikahan |
Kode Pelajaran | : | PKS-R01a |
Referensi PKS-R01a diambil dari:
Judul Buku | : | Pola Hidup Kristen |
Judul Artikel | : | Ciri-ciri Khusus dari Kasih yang Dewasa |
Pengarang | : | Josh McDowell |
Penerbit | : | Gandum Mas, Malang; Yayasan Kalam Hidup, Bandung; YAKIN, Surabaya, 2002 |
Halaman | : | 358 -- 360 |
Pertanyaan nomor satu yang diajukan orang-orang kepada saya, dari negara atau kebudayaan mana pun mereka, adalah ini: Bagaimana saya bisa mengetahui bahwa saya jatuh cinta?
Kita selalu dalam keadaan jatuh cinta. Kasmaran berarti kasih - tetapi tingkatannya berbeda, intensitasnya berbeda. Cinta monyet juga merupakan kasih yang sungguh-sungguh, tetapi kalau Saudara terus hidup dengan cinta monyet maka kehidupan Saudara akan sangat menyedihkan.
Pertanyaan yang sebenarnya bukan, Apakah aku jatuh cinta? melainkan, Apakah cintaku ini dewasa? Apakah kasihku cukup dewasa untuk dapat menghasilkan suatu hubungan perkawinan yang berlangsung seumur hidup dan memuaskan? Inilah beberapa ciri khusus dari kasih yang dewasa.
Banyak orang mendasarkan kasih mereka pada aspek fisik. Hal yang mengherankan adalah, sesuai dengan studi yang dilakukan di Universitas Arizona, satu pasangan yang sudah menikah menghabiskan hanya sepersepuluh dari satu persen waktu mereka untuk secara langsung terlibat dalam hubungan fisik. Dan orang-orang berusaha mendasarkan keseluruhan hubungan pada daya tarik seks. Mereka perlu mengetahui bahwa seks itu bukan lem yang dapat merekatkan dengan kuat.
Orang lain mendapatkan kasih mereka pada aspek sosial. "Kami begitu banyak mengalami kesenangan bersama," kata mereka, "tentu inilah yang disebut cinta kasih itu." Saudara bisa mengalami saat yang riang gembira dengan seekor kera, tetapi bukan berarti Saudara harus mengawininya.
Kasih yang dewasa bahkan bukan semata-mata didasarkan pada aspek rohani. Seseorang berkata, "Dia mengasihi Yesus, aku mengasihi Yesus, kami senang pergi ke gereja dan berdoa bersama-sama - ini pastilah cinta itu." Lihat, Billy Graham mencintai Yesus, dan saya pun mencintai Yesus - tetapi hal itu tidak berarti kami harus kawin. Jadi, kasih yang dewasa bukan didasarkan pada satu aspek dari individu atau hubungan. Kasih yang dewasa melihat oknum secara utuh.
Kasih yang dewasa kalau dieja adalah M-E-M-B-E-R-I. Alkitab mengatakan agar Saudara mengasihi sesama manusia Saudara seperti diri Saudara sendiri (Ima 19:18; Luk 10:27). Alkitab juga mengatakan bahwa "Suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri" (Efe 5:28). Kebiasaan kita adalah mementingkan kebahagiaan, keamanan dan kemajuan kita sendiri. Jika kebahagiaan, keamanan, dan kemajuan orang lain itu menjadi sama pentingnya bagi Saudara seperti kebahagiaan Saudara sendiri maka kasih Saudara kemungkinan sudah dewasa.