Nama Kursus : KEHIDUPAN RASUL PAULUS
Nama Pelajaran : Latar Belakang dan Pertobatan Rasul Paulus
Kode Pelajaran : KRP-R01a
Referensi KRP-01a diambil dari:
Judul Buku : RASUL PAULUS
Pengarang : Tom Jacobs
Penerbit : Kanisius, Yogyakarta, 1984
Halaman : 9 - 13
REFERENSI 01a - LATAR BELAKANG DAN PERTOBATAN RASUL PAULUS
PERTOBATAN PAULUS
Pertobatan Paulus diceritakan panjang lebar oleh Lukas dalam Kisah
Para Rasul 9:1-9, dan kemudian masih disebut dua kali lagi dalam suatu
pidato Paulus (lihat 22:6-16; 26:12-18).
Paulus sendiri juga menyebutnya tetapi dengan jauh lebih sederhana.
Dua teks yang secara cukup luas membicarakan pertobatannya sendiri,
yakni Galatia 1:11-24 dan Filipi 3:4-14.
1. Galatia 1:11-24
Paulus menerima Injilnya dari Kristus sendiri, katanya, yakni dalam
pewahyuan pada perjalanan ke Damsyik (lihat juga 1Korintus 15:8). Dari
pewartaan para murid ia sudah tahu bahwa Yesus diimani sebagai
Kristus. Justru itulah sebabnya bahwa ia menganiaya orang Kristen,
yang dari sudut Yahudi mesti dilihat sebagai orang murtad. Tetapi pada
perjalanan ke Damsyik ia mulai sadar bahwa orang Kristen benar, Yesus
sungguh Almasih, Putra Allah. Bagi Paulus ini suatu pengalaman batin.
Tetapi pengalaman iman ini, yang bersumber pada wahyu Allah sendiri,
membuat Paulus menegaskan bahwa ia tidak menerima Injilnya dari
manusia. Berulang kali ia mengatakan hal itu.
Permasalahan Paulus dengan jemaat di Galatia menyangkut soal-soal
agama Yahudi. Maka Paulus menandaskan bahwa dia sendiri pernah seorang
Yahudi, sampai "menganiaya jemaat Allah". Dan bukan hanya Yahudi biasa
saja: "sangat rajin memelihara adat-istiadat nenek- moyang". Paulus
seorang Farisi, "lebih maju daripada banyak orang sebaya". Paulus
tidak memandang rendah agama Yahudi (lihat Roma 10:1-3). Tetapi
"Kristus adalah pembubaran hukum Taurat" (Roma 10:4). "Sebelum iman
datang, kita berada di bawah pengawasan hukum Taurat, dan dikurung
sampai iman dinyatakan. Maka hukum Taurat adalah penuntun bagi kita
sampai Kristus datang. Sekarang iman TELAH datang, karena itu kita
tidak lagi berada di bawah pengawasan penuntun" (Galatia 3:23-24).
Sebelum Kristus agama Yahudi memang baik ("hukum Taurat adalah rohani;
hukum Taurat itu baik", Roma 7:14,16). Tetapi sekarang lain: Kristus
telah datang, dan hukum Taurat tidak berlaku lagi.
Dan bagi Paulus perubahan ini datang pada perjalanan ke Damsyik:
"Allah berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku" (lihat 1Korintus
9:1; 15:8). Paulus begitu terkesan bahwa ia merumuskan pengalamannya
dengan suatu kutipan dari nyanyian "Hamba Tuhan": "Tuhan telah
memanggil aku sejak dari kandungan, telah menyebut namaku sejak dari
rahim ibuku" (Yesaya 49:1; Yeremia 1:5). Pengalaman pada perjalanan ke
Damsyik bagi Paulus betul-betul karya rahmat, tanpa jasa manusia.
Tetapi bukan rahmat untuk dinikmati saja, melainkan untuk dibagikan
dengan banyak orang lain. Seperti hamba Tuhan begitu juga Paulus
merasa diri dipanggil untuk menjadi "terang bagi bangsa-bangsa, supaya
keselamatan sampai ke ujung bumi" (Yesaya 49:6; lihat juga Kisah Para
Rasul 9:15). Sebagai reaksi atas rahmat yang mempesonakan ini Paulus
mengundurkan diri: "Aku berangkat ke tanah Arab." Ia tidak bicara lagi
dengan siapa-siapa tetapi mengundurkan diri ke tempat yang sepi untuk
mengolah dan mengunyah pengalaman yang hebat ini. Baru tiga tahun
kemudian ia pergi mengunjungi Petrus, kepala para Rasul. Sungguh
mengharukan pertemuan antara kedua tokoh Gereja Purba ini. Paulus,
ahli kitab dan Farisi, pemimpin kelompok Yahudi, yang mendapat surat
kepercayaan dari pimpinan di Yerusalem, sekarang menghadap nelayan
dari Tiberias untuk mendengarkan cerita mengenai Yesus. Di kemudian
hari ia akan berkata: "Jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran
manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian" (2Korintus
5:16). Tetapi kunjungan ini hanya sebentar saja. Kemudian Paulus
meneruskan lagi tugasnya di daerah Damsyik. Di Yerusalem ia (hampir)
tidak dikenal. Paulus tidak akan menetap di pusat. la akan mengembara
di seluruh dunia untuk memberitakan kabar baik mengenai kerahiman
Tuhan.
2. Filipi 3:4-14
Dalam surat kepada umat di Filipi terdapat cerita lain dari Paulus
mengenai pertobatannya. Di situ ia tidak begitu menyorotinya dari
sudut rahmat Tuhan seperti dalam surat kepada umat di Galatia,
melainkan dari perubahan yang terjadi dalam hidupnya sendiri. Suatu
perubahan yang dahsyat, dan sungguh mempesonakan. Memang bukan
perkara kecil bagi Paulus untuk berubah dari penganiaya jemaat Kristen
menjadi Rasul Kristus.
Juga di sini Paulus mulai dengan mengatakan bahwa ia berasal dari
kalangan Yahudi. Ia menggambarkan secara mendetail apa yang
dimaksudkan dengan "hidup secara Yahudi" (lihat Galatia 1:14; 5:3).
Juga penganiayaan jemaat tidak didiamkan olehnya. Paulus tidak
menyangkal asal-usul Yahudinya (lihat juga Roma 11:1; 2Korintus 11:22).
Ia juga tidak menyangkal bahwa hukum Taurat pernah menjadi
andalannya. "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan, sekarang
kuanggap rugi." Dan bukan karena ia menyesal bahwa pernah berusaha
hidup baik sebagai orang Yahudi tetapi "karena Kristus", "karena
pengenalan akan Kristus". Sebab mengenal Kristus itu lebih unggul dari
apa-apa saja. Maka ia juga menyebut Kristus "Tuhanku". Dan inilah
keterangannya: "Siapa yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:
yang lama sudah berlalu" (2Korintus 5:17; lihat Galatia 6:15). Orang
tidak dapat mengenal Kristus dan tetap berpegang pada yang lama.
Bertemu dengan Kristus berarti suatu perubahan radikal. Karena
kepercayaannya akan Kristus ia memperoleh "kebenaran yang Allah
anugerahkan berdasarkan kepercayaan". Artinya: tanpa Kristus kita
tidak dapat apa-apa (Roma 3:9: "semua ada di bawah kuasa dosa").
Tetapi Kristus "telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian dalam
darah-Nya" bagi orang yang percaya (Roma 3:25). Maka "kita hidup dalam
damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus"
(Roma 5:1).
Di sini Paulus sudah masuk ke dalam pokok teologinya: oleh kesatuan
dengan Kristus kita diterima dan dibenarkan oleh Allah. Kristus,
khususnya wafat dan kebangkitan Kristus, adalah pernyataan kerahiman
Allah bagi kita (lihat Roma 3:22). "Allah mendamaikan dunia dengan
diri-Nya oleh Kristus" (2Korintus 5:19). Maka Paulus ingin menjadi
satu dengan Kristus. Tidak hanya mengenal Kristus, tetapi "mengenal
kuasa kebangkitan-Nya"; ingin "menjadi serupa dengan Dia dalam
kematian-Nya", supaya juga ikut dengan Kristus dalam kehidupan-Nya.
Sebab Allah "yang telah membangkitkan Yesus, akan membangkitkan kami
juga bersama-sama dengan Yesus" (2Korintus 4:14; lihat 1Korintus
6:14). Sebab "jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara
orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan
Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu
yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu" (Roma 8:11). Kita
ikut serta dengan Kristus. Dan hanya dalam kesatuan dengan Kristus itu
kita dapat sampai kepada Allah. Tidak ada jalan lain. Oleh karena itu
Paulus berani berseru: "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih
Kristus?" (Roma 8:35). Tidak ada. Sekarang ini "kewargaan kita sudah
di dalam surga, dan dari situ kita menantikan Tuhan kita Yesus Kristus
sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini
menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia" (Filipi 3:21). Tentu saja,
semua itu masih diharapkan. "Sebab kita diselamatkan dalam
pengharapan" (Roma 8:24). Tetapi Paulus "mengejarnya", "berlari-lari,
mengarahkan diri kepada apa yang di hadapannya"; berusaha untuk
menangkapnya, "karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus".
Paulus tidak dapat tinggal diam lagi: sekali disentuh oleh rahmat
Kristus ia ditarik oleh daya kekuatan yang tak dapat ditahan lagi.
"Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di
dalam aku. Dan hidupku, yang kuhidupi sekarang ini, adalah hidup oleh
iman akan Anak Allah yang mengasihi aku, dan menyerahkan diri untuk
aku" (Galatia 2:20).
|