Nama Kursus : KEHIDUPAN RASUL PAULUS
Nama Pelajaran : Paulus Ditangkap dan Dipenjara
Kode Pelajaran : KRP-R05a
Referensi KRP-05a diambil dari:
Judul Buku : KOTA-KOTA PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU
Pengarang : Charles Ludwig
Penerbit : Kalam Hidup, Bandung, 1975
Halaman : 16 - 31
REFERENSI 05a - PAULUS DITANGKAP DAN DIPENJARA
ROMA
Kota Roma tempat Paulus dipenjarakan tidak hanya merupakan pusat
pemerintahan dari seluruh daerah Laut Tengah, tetapi juga merupakan
kota yang paling ramai dan paling menarik di dunia.
Kota yang dilimpahi dengan kemewahan, sejarah, dan bangunan-bangunan
megah ini disebut Kota Abadi. Di samping itu, dengan mengenal kebaikan
dan keburukan yang ada di sepanjang jalan-jalannya, dan di antara air
mancur-air mancur umum yang berjumlah lebih dari tiga ratus buah,
beberapa orang dengan alasan kuat menamakan kota itu Selokan Kerajaan.
Kota Roma tempat Paulus dirantai mengandung dua ekstrim. Tetapi
sebelum kita mulai menyelidiki dan memasuki jalan-jalannya, marilah
kita melihat bagaimana rasul besar ini sampai ke sana. Sebab betapapun
juga, surat-surat yang ditulis Paulus dan pelaksanaan hukuman mati
bagi Paulus di sebelah selatan kota merupakan sumbangan yang terbesar
bagi kemasyhuran kota metropolitan yang dilintasi Sungai Tiber ini.
Setelah memohon kepada Caesar, Paulus dirantai kaki dan tangannya
bersama tawanan-tawanan lain dan dikirim ke Roma untuk diadili.
Setelah berhasil untuk tetap hidup dalam suatu kecelakaan kapal yang
mengerikan, akhirnya ia mendarat di Puteoli. Dengan izin Yulius,
pejabat Romawi yang menjaga para tawanan, Paulus tinggal di sana
bersama kawan-kawannya selama seminggu. Kemudian ia berjalan kaki
kembali ke Roma.
Sesampainya di Pasar Apius, empat puluh tiga mil sebelah selatan ibu
kota, di Jalan Apia, Paulus disambut oleh sebuah delegasi orang-orang
Kristen yang telah mengadakan perjalanan selama dua hari untuk
menyambutnya supaya ia merasa terhibur di tengah-tengah kegelisahan.
Sepuluh mil berikutnya di sebuah tempat penginapan yang disebut Tiga
Kedai, ia disambut lagi oleh delegasi lain. Di sini, seperti yang
dicatat Lukas, "ia mengucap syukur kepada Allah lalu kuatlah hatinya"
(Kisah para Rasul 28:15).
Tidak diketahui siapa yang mengorganisasikan kelompok-kelompok
penyambutan ini, tetapi menurut dugaan, orangnya adalah Epafroditus -
seseorang yang memiliki suatu karunia, dan ia dikirim oleh Paulus dari
gereja di Filipi. Ada juga yang mempertanyakan mengapa orang-orang
Kristen di Roma begitu antusias menyambut Paulus. Satu-satunya alasan
yang masuk akal ialah karena keadaan mereka telah dibicarakan dalam
Kitab Roma yang ditulis Paulus di Korintus pada tahun 55 dan 56 --
lima atau enam tahun sebelum kedatangannya di Itali.
Paulus bersama dengan tawanan-tawanan lain memasuki Kota Roma dari
Porta Capena. Sekarang tempat ini tidak dapat di ketahui di mana
tepatnya. Tetapi kita tahu benar bahwa tempat ini terletak di bagian
permulaan dari Jalan Apia. Pada waktu itu Paulus melewati Aqua Apia,
sebuah bangunan tinggi yang berfungsi untuk menyalurkan air dan pada
saat itu sudah berumur 350 tahun.
Jalan Apius berasal dari nama Appius Claudius, Caesar yang mulai
membangun jalanan itu di tahun 312 s.M. Pada akhir masa hidupnya ia
dijuluki sebagai "si buta" Appius Claudius Caecus. Menurut legenda, ia
begitu sombong atas hasil yang telah dicapainya sehingga matanya
dibutakan oleh para dewa. Jalan raya yang megah ini dipakai orang
terus-menerus selama seribu tahun.
Menurut perkiraan, Yulius, penjaga Paulus itu, adalah seorang anggota
Pengawal Praetorian. Jika hal ini benar, Paulus mungkin segera dibawa
ke markas besar Praetorian di Bukit Palatine yang terletak di pusat
Kota Roma. Tetapi ada beberapa orang yang berpendapat bahwa Yulius itu
seorang utusan khusus dan seorang anggota Peregrini. Bila demikian
halnya, Paulus mungkin telah dibawa ke perkemahan Peregrini yang
terletak di sebelah kanan Bukit Caelian.
Jabatan atau tingkatan Yulius tidaklah penting. Tetapi untuk
mendapatkan gambaran umum tentang Kota Roma kuno atau modern, penting
untuk mengerti bahwa kota ini terdiri dari tujuh bukit rendah, dengan
puncak datar yang berbatasan di sebelah barat Sungai Tiber yang
berliku-liku dengan anggunnya.
Dahulu, demikian pula sekarang, orang-orang Romawi mengingat Roma
karena bukit-bukit ini.
Pada waktu Paulus dipenjara, Roma diperkirakan berumur lebih dari 800
tahun. Mereka yang percaya bahwa kota ini didirikan oleh Romulus dan
Remus - dua saudara kembar yang dibesarkan oleh seekor serigala -
percaya bahwa kota itu didirikan pada tahun 753 s.M.
Kota ini berpenduduk kira-kira satu juta orang. Setengahnya terdiri
dari para budak. Luas kota kira-kira 12 mil.
Setelah diserahkan oleh Yulius "ke kapten pengawal", Paulus diberi hak
istimewa untuk tinggal bersama seorang prajurit "dalam rumah yang
disewanya sendiri". Mungkin kemurahan hati ini direncanakan oleh
Yulius yang telah belajar untuk menghargai dan mempercayai Paulus
selama perjalanan yang mengerikan itu.
Menyewa rumah di Roma mahal, sekalipun di daerah yang paling miskin.
Juvenal yang lahir di Roma sekitar tahun 60 atau 61 - kira-kira tahun
kedatangan Paulus di kota itu - mengenal baik kota ini. Kepada seorang
teman ia menulis: "Jika Anda dapat menahan diri untuk tidak pernah
menonton sirkus, Anda dapat membeli rumah mewah di Sora ... sedangkan
uang itu hanya cukup untuk menyewa sebuah loteng gelap di Roma selama
setahun."
Mengingat bahwa Paulus pernah mengingatkan orang-orang Korintus,
"Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup
mengembara" (1Korintus 4:11), kita heran mengapa ia dapat menyewa
tempat, meskipun tempat yang buruk sekalipun - terutama dengan
pembayaran yang sah. Jawabannya ialah bahwa sumbangan yang diberikan
oleh Epafroditus mungkin cukup banyak. Tidaklah sulit untuk
membayangkan bahwa sebelum ia memulai perjalanannya sejauh 850 mil ke
Roma, ia berkata kepada orang-orang Filipi, "Sekarang marilah kita
berpikir secara liberal. Harga-harga di sini tinggi, tetapi di Roma
lebih tinggi lagi."
Di Roma hanya ada sekelompok kecil golongan kelas menengah karena
biasanya orang-orang Romawi kalau kaya, sangat kaya dan kalau miskin,
sangat miskin. Orang-orang kaya membangun rumah-rumah yang luas
dilengkapi dengan kolam renang dan taman khusus. Hanya sedikit saja
rumah yang bertingkat lebih dari dua. Gudang di bawah tanah belum
dikenal orang. Beberapa rumah memiliki pusat pemanasan. Kebanyakan
panas itu dihasilkan oleh kompor arang yang mudah dipindah-pindahkan.
Lantainya dibuat dari beton atau ubin. Banyak di antaranya yang
dihiasi dengan mosaik. Pipa ledeng dibuat dari timah - lembaran-
lembaran timah dipalu dan dililitkan pada sebatang baja kecil
membentuk sebuah pipa. Patung-patung yang mahal harganya menempati
tempat-tempat terhormat dan lukisan-lukisan indah menghiasi dinding.
Tambahan pula, kebanyakan rumah sedikitnya mempunyai sebuah air
mancur, dan air hujan dialirkan dari atap melalui pancuran atap yang
terbuat dari timah.
Orang-orang kaya hidup dalam kemewahan. Walaupun Lukas mengatakan
kepada kita bahwa Paulus "tinggal dua tahun penuh di rumah yang
disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya"
(Kisah para Rasul 28:30), rasanya tak mungkin bahwa ia tinggal dalam
sebuah rumah yang mahal. Kebanyakan para ahli setuju bahwa ruangan
atau sederetan ruangan tempat tinggal Paulus itu pastilah salah satu
dari rumah-rumah petak yang sangat banyak di Roma. Rumah-rumah petak
itu begitu banyaknya sehingga disebut insulae -- pulau-pulau. Karena
golongan pekerja tinggal di perumahan-perumahan ini, dan karena tidak
ada kendaraan umum, kebanyakan insulae terletak di dekat pusat kota.
Perumahan ini dibuat demikian supaya para pekerja dekat dengan tempat
pekerjaannya.
Kaisar Agustus telah mengumumkan bahwa bagian muka sebuah bangunan
tidak boleh dibangun lebih tinggi dari tujuh puluh kaki. Tetapi
rupanya para pembangun mendapatkan suatu kelemahan dalam peraturan itu
dan mereka membuat bagian belakang bangunan itu lebih tinggi daripada
depannya. Martial yang hidup di Kota Roma pada tahun 64 menulis
tentang "seorang malang yang tinggi lotengnya 200 anak tangga." Toko-
toko dan kantor-kantor menempati lantai terbawah sebagaimana halnya
dengan hotel-hotel modern.
Tanpa penerangan jalan, daerah sekitar sebuah insula menjadi
berbahaya. Juvenal memberi komentar: "Dan sekarang perhatikan pelbagai
bahaya di malam hari. Lihatlah betapa tingginya atap dari mana orang
membuang pecahan tembikar yang sudah bocor dari jendela dan
kemungkinannya jatuh di atas kepala saya. Lihat, betapa kerasnya
tembikar itu terhempas hancur di atas trotoar! Ada kematian menuggu di
setiap jendela yang terbuka sementara Anda melewatinya di waktu malam;
Anda akan dianggap seorang bodoh, tidak bersiap-siap menghadapi
kecelakaan mendadak, jika Anda pergi ke luar untuk makan malam tanpa
memutuskan apa yang Anda lakukan. Anda hanya dapat berharap, dan
memanjatkan doa permohonan dalam hati Anda, supaya mereka sudah cukup
puas hanya dengan melemparkan air kotor dari ember ke atas kepala
Anda."
Jika Epafroditus tidak secara kebetulan bertemu dengan seorang sahabat
Paulus ketika ia memasuki kota itu, ia akan menghadapi banyak
kesulitan dalam mencari Paulus. Hal ini bisa terjadi, karena orang
Romawi tidak memberi nomor pada rumah-rumah mereka, dan jalan jalan
kelas dua bahkan tidak diberi nama! Ada sebuah komedi kuno dari zaman
Romawi yang masih tetap aktual untuk masa kini. Drama ini menunjukkan
betapa sukarnya untuk mencari sebuah alamat di Roma. Percakapan
berikut ini terjadi antara seorang budak yang bernama Syrus dan
seorang tua yang bernama Demea:
Syrus | : | Saya tidak ingat lagi nama orang yang akan saya kunjungi, tetapi saya tahu di mana ia tinggal.
| Demea | : | Baiklah, katakan di mana tempat itu.
| Syrus | : | Ikutilah jalan menurun ini. Tahukah Bapak serambi di samping tukang daging?
| Demea | : | Tentu saja.
| Syrus | : | Ikuti jalan ini lurus ke depan dan tak jauh dari situ, ada sebuah jalan menurun di depan Bapak; ikutilah terus sampai kemudian di sana ada sebuah kapel kecil dengan sebuah gang di dekatnya.
| Demea | : | Tempat mana yang kau maksud?
| Syrus | : | Di tempat itu ada sebuah pohon ara yang tumbuh secara liar.
| Demea | : | Saya tahu.
| Syrus | : | Ya, tentu saja. Ya, ampun! Betapa bodohnya saya! Bapak harus kembali lagi ke serambi tadi. Ya, lagi pula itu lebih cepat dan tidak begitu memutar. Tahukah Bapak di mana Cratinus, si orang kaya itu tinggal?
| Demea | : | Ya.
| Syrus | : | Baik, lewati rumahnya, kemudian belok ke kiri jalanan ini, dan belok kanan pada Kuil Diana. Sebelum Bapak mencapai pintu gerbang kota, di dekat kolam, ada seorang tukang roti di depan toko alat-alat pertukangan. Di situ tempatnya. |
Dikutip dari buku Rome Its People Life and Customs karangan Ugo Paoli.
Tetapi meskipun seseorang tahu persis ke mana ia harus pergi di dalam
Kota Roma, ia mungkin masih menghadapi bahaya dalam perjalanan.
Yuvenal menceritakan kepada kita bagaimana keadaan sebenarnya.
"Kebanyakan orang sakit di Roma mati karena kurang tidur, penyakit itu
sendiri diakibatkan oleh karena makanan yang tidak tercernakan di
dalam perut. Bagaimana mungkin orang bisa tidur di penginapan yang
keadaannya demikian? Siapa yang dapat tidur di Kota Roma kecuali
orang-orang kaya? Di situlah letaknya akar dari kekacauan. Kereta-
kereta yang simpang-siur di jalanan sempit dan berliku-liku,
percakapan para pengemudi kereta ketika mereka berhenti pada sebuah
warung, semua itu tidak memungkinkan seorang Drusus (seorang jenderal
Romawi yang terkenal karena kekuatannya) - atau pun seekor anjing laut
- dapat tidur. Bilamana orang kaya mendapat suatu panggilan tugas
sosial, orang banyak membukakan jalan baginya sementara ia diusung
dalam suatu kereta Liburnian yang besar. Orang kaya itu menulis atau
tidur dalam perjalanan itu, sebab jendela tandunya yang tertutup
menyebabkan ia bisa tertidur. Tetapi bila ia sampai di depan kita;
bagaimana pun cepatnya kita menghindar, kita terhalang oleh sekelompok
orang banyak di depan; dan sekelompok orang banyak lain di belakang:
seorang pria menyikut saya, dan yang lain menyodok saya dengan ujung
tandu; sebatang balok dan sebuah tong anggur membentur kepala saya.
Kaki saya penuh dengan lumpur; kaki-kaki besar menginjak saya dari
tiap sisi, dan seorang prajurit menancapkan tombaknya di atas jari
kaki saya."
Kebanyakan orang Romawi yang keluar di malam hari membawa seorang
budak di depannya sambil membawa sebuah lentera.
Roma mempunyai sistem pembuangan kotoran yang luas dan beberapa di
antaranya masih dipakai sekarang, tetapi sudah tidak begitu berguna
lagi. Di zaman Paulus, salah satu jalur utama dari jaringan ini
disebut Cloaca Maxima. Sayang sekali, saluran besar yang sudah
dibangun ratusan tahun sebelum tarikh Masehi ini membawa air hujan dan
juga kotoran-kotoran. Bahkan lebih buruk lagi, saluran ini menuju
Sungai Tiber!
Karena saluran raksasa ini membawa air dari angin topan, di jalan-
jalan harus dibuat lubang-lubang besar. Akibatnya Kota Roma seringkali
dipenuhi dengan bau busuk dari saluran ini.
Penemuan semen telah mendatangkan perubahan besar di Kota Roma.
Caementicum dibuat dari campuran debu vulkanis dengan batu merah,
pecahan marmer, dan pasir, mula-mula di kembangkan kira-kira tahun 200
s.M. Semen ini sangat keras dan tahan lama.
Dengan semen ini para insinyur mempunyai perlengkapan untuk membangun
bangunan-bangunan raksasa, jalan-jalan, jembatan-jembatan, saluran
air. Jumlah saluran air di Kota Roma ada empat belas. Saluran air ini
panjangnya 1.300 mil - jarak dari Kota New York ke Omaha, Negara
Bagian Nebraska -- saluran air yang terbuat dari batu dan bata ini
dibuat melalui gunung-gunung, menyeberangi lembah-lembah, dan rawa-
rawa. Saluran air ini mengirim air tiga ratus juta galon setiap hari.
Kelihatannya hal ini seperti pemakaian air yang berlebih-lebihan.
Tetapi orang Romawi memerlukannya untuk air mancur mereka yang banyak
jumlahnya, danau buatan, tempat pemandian umum yang luas dan taman-
taman. Lebih dari itu, hampir setiap rumah memiliki sebuah bak mandi,
dan orang Romawi mandi setiap hari. Tetapi kemudian, seperti juga
sekarang, ada orang-orang yang menyadap saluran air itu secara diam-
diam dengan maksud menghindari pembayaran. Ini berarti bahwa suatu
regu penyelidikan harus dipekerjakan.
Jika Epafroditus tiba di Roma pada bulan Nopember, ia tidak akan
melihat akibat dari banjir tahunan yang hampir setiap tahun terjadi.
Tetapi jika ia datang di musim semi, dan jika ia datang melalui laut,
ia mungkin akan merasa ngeri melihat penghancuran yang diakibatkan
oleh banjir Sungai Tiber. Tacitus menulis: "Manusia tersapu oleh ombak
atau terhisap oleh pusaran ombak; binatang-binatang penghela, muatan,
dan mayat-mayat mengapung menghalangi jalan."
Emporium, bangunan untuk pusat perdagangan yang panjangnya seribu
kaki, terletak di sebelah timur Sungai Tiber. Di sini Epafroditus
dapat melihat - dan merasakan - luasnya perdagangan yang mengalir
masuk dan keluar Kota Roma. Di tengah sesaknya toko-toko kecil dan
para pedagang, seseorang dapat mendengarkan obrolan dan tawar-menawar
yang dilakukan dalam dua belas macam bahasa. Dalam beberapa hal
Emporium ini menyerupai Bazar Raksasa di Kota Istambul yang modern.
Hampir segala sesuatu dapat dibeli di Roma. Angsa-angsa dibawa melalui
jalan-jalan raya dari daerah Belgium yang jauh. Hal ini dilakukan
untuk memuaskan permintaan para pembeli yang ingin makan hati angsa.
Dari bagian lain dunia berdatangan sutra, anggur, emas, gandum, gading
gajah. Seseorang dengan mudah dapat membeli madu, kertas dari kulit,
obat, buah, gelas, parfum, intan permata.
Biasanya para budak dijual pada pelelangan umum; dan karena selalu ada
permintaan tetap, ada banyak tempat pelelangan budak. Pada suatu
pelelangan khusus, seorang budak yang dirantai tangan dan kakinya
ditempatkan pada suatu panggung dan berdiri di depan para penawar.
Sebuah gulungan kertas yang bertuliskan suatu jaminan untuk enam bulan
digantungkan di leher budak itu. Dalam dokumen ini ditulis nama,
kebangsaan, kecakapan, dan sifat budak itu. Tak ada orang yang mau
membayar mahal untuk seorang budak yang menderita penyakit ayan.
Biasanya ada seorang dokter yang menjaga. Dokter akan menyuruh budak
itu menanggalkan pakaiannya dan kemudian ia akan mengumumkan keadaan
fisik budak itu kepada pembeli yang berminat.
Harga budak-budak ini bermacam-macam. Para saudagar seringkali ikut
serta dalam pasukan-pasukan Romawi. Setiap akhir suatu kemenangan,
sebuah tombak ditancapkan ke dalam tanah dan seorang pedagang budak
dapat mulai membeli. Para jenderal menyenangi sistem seperti ini.
Penjualan budak ini menghindarkan mereka dari persoalan tawanan
perang.
Sementara para tawanan dibawa ke tempat ini untuk dijual, di atas
kepala mereka masing-masing diletakkan sebuah rangkaian bunga
berbentuk lingkaran yang menyatakan: sub corona venire - dijual di
bawah mahkota. Tawanan perang yang dijadikan budak itu harganya paling
rendah sedolar seorang. Harga murah ini bisa dimengerti sebab banyak
budak akan mati sebelum mereka mencapai pasar budak di Roma. Karena
tidak terbiasa menjadi budak, banyak tawanan perang yang membunuh
diri. Seorang budak yang berpendidikan akan mahal harganya, karena
mereka bisa dipakai untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
memerlukan keahlian tertentu. Tetapi harga seorang budak biasa kurang
dari 100 dolar. Horace pada sekitar tahun 65 - 68 s.M. menyebutkan
tentang seorang budak yang dibeli Marcus Scaurus seharga 28.000 dolar.
Pada waktu pelelangan, para budak yang tidak memiliki suatu jaminan
memakai topi dan budak-budak yang didatangkan dari luar negeri diberi
tanda putih di kakinya. Alasannya ialah bahwa ada suatu tugas khusus
bagi budak-budak yang datang dari luar.
Berbelanja di Roma sama halnya seperti berbelanja di suatu kota
modern. Pada saat itu uang kertas belum ada. Tetapi pajak penjualan
sudah ada, dan harus dibayar kontan.
Jika Epafroditus kebetulan berhenti pada suatu toko buku, ia akan
melihat keterangan-keterangan dan daftar-daftar judul ditempelkan di
dinding sebelah luar. Toko-toko buku Romawi menjual gulungan-gulungan
surat yang dibuat dari kulit dan papirus. Mereka juga menjual banyak
naskah kuno - buku-buku yang sudah dijilid. Buku-buku diterbitkan
dalam setiap edisi sebanyak 1.000 jilid, dan dengan mempertimbangkan
bahwa buku-buku itu harus ditulis dengan tangan, harganya cukup
pantas. Buku-buku kecil dijual seharga 1,50 dolar, sementara edisi lux
yang sering kali dicantumkan juga potret pengarangnya, harganya
sekitar 3 dolar.
Perpustakaan, baik pribadi maupun umum, sangat populer. Salah satu
perpustakaan yang terkenal ialah Bibliotheca Ulpia yang didirikan oleh
Trayan. Sering kali ada ruangan-ruangan baca di tempat pemandian umum.
Seperti di zaman modern ini, perpustakaan-perpustakaan yang lebih
baik sering kali dikunjungi orang-orang terkemuka.
Orang Romawi senang makan dan minum. Di Kota Roma saja 25.000.000
galon anggur dihabiskan setiap tahunnya. Jadi rata-rata setiap pria,
wanita, anak, budak atau warga negara menghabiskan 2 liter anggur
setiap minggu.
Orang-orang yang sangat kaya menghabiskan sebagian besar waktunya
untuk makan. Suatu perjamuan khusus dimulai dari jam 4.00 sore dan
berakhir tengah malam. Daging yang paling disukai ialah daging babi,
dan menurut Pliny seekor babi sedikitnya dapat dihidangkan dalam lima
puluh jenis masakan. Suatu makanan yang paling banyak disukai yang
diciptakan oleh Tiberius dibuat dari hati seekor babi yang dimasak
dengan buah ara. Pada perjamuan-perjamuan seperti ini meja-meja
dihiasi dengan bunga-bunga, udara dipenuhi oleh bau parfum, dan para
pelayan berpakaian rapi. Musik juga disediakan, dan wanita-wanita
cantik menari, sering kali tanpa busana, atau hampir-hampir tanpa
busana.
Segala macam masakan yang aneh-aneh dihidangkan di pesta itu. Belut
dan siput merupakan makanan populer, begitu juga lidah burung
Flamingo, sayap burung unta, dan burung penyanyi. Setelah seorang
Romawi mengisi perutnya sehingga ia tidak dapat menelan makanan lagi,
ia meminta izin keluar dan pergi ke vomitorium (tempat untuk
memuntahkan makanan). Seneca mengeluh tentang praktek seperti ini. Ia
berkata, "Vomunt ut edant, edant ut vomant - mereka muntah untuk makan
dan makan untuk muntah." Setelah mereka memuntahkan isi perut, dengan
terhuyung-huyung mereka kembali ke meja makan untuk makan lebih banyak
lagi.
Berbagai macam suku bangsa saling berdesak-desakan di jalanan. Dan
untuk mengenali mereka seseorang tidak perlu menjadi seorang ahli
lebih dahulu. Kebanyakan orang Romawi bercukur rapi, yaitu sampai masa
Hadrian. Guntingan rambut pertama dari seorang pemuda biasanya
dipersembahkan kepada seorang dewa. Orang-orang Briton yang
terbelakang cukup jelas dikenal karena badan mereka dihiasi tatto dan
orangnya kasar.
Para budak juga mudah dikenal. Biasanya seorang budak memakai tunic,
semacam kaos oblong yang panjangnya sampai ke lutut, dan sepatu kayu.
Selain itu, jika mereka telah mencoba untuk melarikan diri, di dahinya
dicap huruf F, yang berarti fugitivus. Sebagian yang lain memakai
rantai metal di lehernya. Beberapa dari rantai leher ini masih
disimpan dalam museum sampai sekarang. Ada sebuah kalung yang
bertuliskan: Fugi. Tene me. Cum Revocaveris me d.m. Zonino, accipis
solidum - "Saya telah melarikan diri. Tangkaplah saya. Jika Anda
mengembalikan saya kepada majikan saya Zoninus, Anda akan menerima
hadiah."
Jumlah penduduk orang Yahudi kira-kira 20.000 dan mereka berpakaian
sama seperti orang-orang Yahudi yang tinggal di Yerusalem - berjenggot
dan sebagainya. Walaupun mereka sering kali diusir dari Roma, biasanya
kebanyakan dari antara mereka kembali lagi setelah amarah kaisar
mereda. Tetapi secara keseluruhan orang-orang Yahudi tidak menonjol
dalam bidang perdagangan pada waktu itu. Pedagang-pedagang terkemuka
adalah orang-orang Syria dan Yunani.
Toga hanya dipakai pada kesempatan-kesempatan resmi, dan yang boleh
memakainya hanyalah warga negara Romawi. Orang asing yang terkemuka
pun tidak diperkenankan memakai jubah ini; dan bila seorang warga
negara Romawi dibuang, ia harus meninggalkan toganya di Italia. Untuk
pakaian sehari-hari, orang Romawi mengenakan blus. Tidak ada kancing
atau kaos kaki. Biasanya kaum pria memotong pendek rambut mereka.
Tetapi ada beberapa pesolek yang memakai rambut palsu, dan kadang-
kadang ada yang mencat kepalanya yang sudah botak. Wanita-wanita
modern memakai pemerah pipi, mempunyai banyak budak yang menghabiskan
beberapa jam untuk memotong kuku, mengeriting rambut, dan menghitamkan
alis dan bulu mata mereka. Beberapa wanita mandi air susu keledai.
Popaea, isteri Nero, begitu tertarik dengan gagasan ini, sehingga ke
mana pun ia pergi, ia selalu membawa serta sekawanan keledai!
Karena sampai zaman Hadrian orang-orang Romawi masih membakar mayat,
maka tidak ada kuburan-kuburan bergaya barat di Italia. Dan orang-
orang Romawi yang mengubur jenazah biasanya dimakamkan di pinggir
jalan raya. Mereka diperkenankan melakukan hal ini asalkan monumen
kuburan itu dibangun secara luas. Sisa-sisa reruntuhan kuburan ini
masih dapat dilihat di sepanjang jalanan Apia.
Karena tidak mempunyai tempat kuburan untuk jenazah, orang Yahudi
menggali saluran-saluran di bawah tanah di luar kota dan menguburkan
jenazah-jenazah dalam dinding-dinding di bawah tanah. Batu vulkanis
yang lunak yang dikenal dengan nama tuga, sangat mudah dipotong. Pada
waktu itu ada pekerja-pekerja yang dikenal sebagai para penggali
kuburan. Dengan demikian lahirlah suatu sistem penguburan di dalam
tanah yang terkenal. Setelah kematian Paulus, orang-orang Kristen
mulai membangun kuburan-kuburan baru di dalam tanah. Mereka memakai
terowongan-terowongan tempat kuburan itu sebagai tempat persembunyian,
dan kadang-kadang mereka menggali ruangan-ruangan yang sangat besar
untuk mendapatkan tempat ibadah yang cukup luas.
Panjangnya dan luasnya tempat kuburan di dalam tanah di bawah Kota
Roma yang modern itu kira-kira 600 mil.
Bilamana orang-orang asing yang miskin mati di Roma, jenazah-jenazah
mereka dilemparkan ke dalam lubang persegi empat sedalam dua belas
kaki di sebelah timur Bukit Esquiline. Kuburan masal ini berfungsi
juga sebagai kuburan binatang. Karena lubang itu tidak ada tutupnya,
bau busuknya tak tertahankan. Daerah ini seperti sebuah kota tempat
pembuangan sampah. Sampah yang tidak dapat dibuang melalui sistem
saluran tertentu diangkut ke tempat itu. Bukit ini juga berfungsi
sebagai tempat untuk menghukum para penjahat kriminil. Setelah mereka
mati tersalib, mayat mereka tidak dilepaskan dari salib itu. Tubuh
yang sudah mati itu dibiarkan tergantung sehingga dapat dimakan
burung, serigala dan binatang buas pemakan bangkai lain yang tinggal
bergerombol di situ.
Pada akhir pemerintahannya, Agustus menyombongkan diri dan berkata,
"Ketika aku menemukan Roma, kota ini dibangun dari batu merah, tapi
ketika aku meninggalkannya, kota ini telah terbungkus dengan batu
marmer." Dalam banyak hal memang benar. Dalam perjalanan ke tempat
tinggal Paulus, Epafroditus pasti melihat batu marmer di setiap sisi
jalan. Ada barisan tiang penopang atap yang tinggi terbuat dari batu
marmer, bangunan-bangunan umum yang putih mengkilap, dan banyak kuil
untuk memuja para dewa. Suetonius mencatat bahwa Agustus "memperbaiki
kuil-kuil yang hancur dan terbakar, memperindahnya secara mewah:
misalnya sebuah sumbangan untuk Capitoline Jupiter yaitu 8.000 kg emas
dan juga mutiara . . ." (The Twelve Caesars, karangan Seutonius).
Untuk mendapatkan keindahan, ia tidak menghemat uang.
Tetapi, bangunan Colosseum belum ada pada zaman Paulus. Sebelum
bangunan ini didirikan, kebanyakan orang pergi melihat peristiwa-
peristiwa olah raga di Circus Maximus.
Persoalan lalu lintas tidaklah serumit seperti di kota-kota besar
sekarang. Tetapi mereka masih mengalaminya, dan mereka terpaksa
mengambil tindakan drastis. Caesar Yulius mengumumkan:
Sesudah matahari terbit atau sebelum sepuluh jam pertama pada hari itu
. . . seorang pun tidak diperkenankan mengendarai sebuah kereta di
jalan-jalan di daerah pinggiran di mana ada banyak perumahan, kecuali
ada keperluan penting ... untuk mengangkut bahan-bahan bangunan kuil-
kuil para dewa yang abadi atau pekerjaan-pekerjaan demi kepentingan
umum, atau memindahkan sampah-sampah kota ... (Dikutip dari The Appian
Way, A Journey, karangan Dora Jane Hamblin dan Mary Jane Crunsfeld.)
Apakah lalu lintas berjalan di sebelah kanan atau di sebelah kiri
tidaklah diketahui. Tetapi Albert C. Rose berpendapat bahwa sisi jalan
itu "bermacam-macam, tergantung di mana si pengemudi duduk memegang
kendali dan keretanya."
Kota Roma pada zaman Perjanjian Baru merupakan suatu kota tua yang
kuat. Jika semasa Paulus di penjara ada orang yang berpendapat bahwa
Kerajaan Romawi akan runtuh, orang itu tentu dianggap gila. Tetapi hal
itu benar-benar terjadi. Dalam tabun 410, Alaric dan suku bangsa Goth
menyapu Italia. Mereka bahkan menduduki Roma dan menjarahnya secara
mengerikan selama tiga hari. Dan setengah abad kemudian Roma diduduki
sekali lagi dan dijarah - kali ini oleh bangsa Vandal.
Ironisnya, kaisar terakhir Roma adalah seorang anak yang bernama
Romulus - nama yang sama dengan pendiri kota itu menurut dongeng.
Drama yang mengerikan ini memberi ilham pada seorang penyair Persia
untuk menulis: "Laba-laba menenun tabir-tabir di dalam istana Caesar;
burung hantu memanggil para penjaga menara Afrasiab."
|