Nama Kursus : KEHIDUPAN RASUL PAULUS
Nama Pelajaran : Perjalanan Misi Paulus yang Pertama
Kode Pelajaran : KRP-R02b
Referensi KRP-02b diambil dari:
Judul Buku : MEMAHAMI PERJANJIAN BARU
Pengarang : John Drane
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996
Halaman : 318 - 319
REFERENSI 02b - PELAYANAN MISI PAULUS YANG PERTAMA
JEMAAT-JEMAAT BUKAN-YAHUDI YANG PERTAMA
Sebagai hasil dari kunjungan-kunjungan Paulus, baik "orang-orang yang
takut kepada Allah" maupun orang-orang yang kafir sama sekali, menjadi
percaya kepada Yesus Kristus. Paulus mulai menyadari betapa penting
panggilannya itu. Pengalamannya pada waktu ini juga meyakinkannya
bahwa orang-orang bukan-Yahudi yang percaya harus diterima dalam
persekutuan Kristen tanpa kewajiban disunat dan memelihara peraturan-
peraturan lain dari hukum Taurat. Paulus menyadari setelah
pertobatannya, hubungannya yang baru dengan Yesus Kristus juga
mengakibatkan suatu hubungan yang baru dengan orang-orang lain
termasuk dengan orang-orang yang dibencinya dahulu. Jadi sekarang ia
menginsyafi bahwa walaupun dahulu ia tergolong orang Yahudi yang
ketat, ia dipersatukan dengan orang-orang bukan-Yahudi dengan cara
yang baru dan lebih mendalam, begitu mereka menerima tuntutan Yesus
Kristus atas hidup mereka. Setelah pengalamannya di jalan menuju
Damsyik, hal itulah yang memang sudah diperkirakan terjadi atas
Paulus. Telah diterangkan kepadanya waktu itu bahwa ia akan memainkan
peranan yang sangat khusus di dalam usaha penyebaran berita Kristen ke
seluruh dunia. Ketika Paulus dan Barnabas kembali ke Antiokhia di
Siria, mereka menemukan jemaat di sana setuju dengan mereka tentang
pokok tersebut, dan menyambut keberhasilan mereka menginjili orang-
orang di Asia Kecil bagian selatan (Kisah Para Rasul 14:27-28).
Orang Yahudi dan Bukan-Yahudi
Tetapi keadaan bahagia itu tidak berlangsung lama. Beberapa pembawa
berita dari jemaat di Yerusalem segera tiba di Antiokhia dengan sikap
yang sangat berlainan. Yang lebih buruk lagi, mereka juga mengunjungi
jemaat-jemaat Kristen baru yang dibangun oleh Paulus dan Barnabas
dalam perjalanan misionernya yang pertama (Galatia 2:11-14). Mereka
mulai mengacaukan jemaat-jemaat itu dengan mengatakan Paulus hanya
memberitakan setengah berita Kristen kepada mereka. Menurut Paulus,
jika orang-orang bukan-Yahudi bersedia menerima tuntutan-tuntutan
Kristus atas hidup mereka, mereka akan diberikan kuasa oleh Roh Kudus
yang bekerja di dalam diri mereka, sehingga mereka dapat menjalankan
hidup yang menyenangkan hati Allah. Bagi banyak orang Kristen Yahudi,
ide tersebut adalah hujatan. Mereka percaya Allah telah menyatakan
kehendak-Nya dalam Perjanjian Lama, di mana diajarkan dengan jelas
jika seseorang ingin menjadi anggota persekutuan ilahi, ia harus
disunat dan mengikuti banyak peraturan lainnya. Bagaimana Paulus dapat
mengatakan bahwa orang-orang bukan-Yahudi ini sudah menjadi Kristen
yang benar kalau mereka belum pernah mempertimbangkan implikasi
sepenuhnya dari wahyu Allah dalam Perjanjian Lama? Bagaimana mungkin
Paulus berani berkata bahwa moralitas Kristen dapat dicapai dengan
cara yang lain daripada penerapan peraturan-peraturan Yahudi secara
ketat dalam kehidupan orang Kristen?
Orang-orang Kristen baru itu menjadi bingung dengan ajaran seperti
itu. Yang mereka pahami ialah mereka telah menerima berita yang
disampaikan Paulus; hidup mereka telah diubah sama sekali oleh Tuhan
yang sama yang menjumpai Paulus di jalan ke Damsyik, dan mereka harus
percaya kepada Tuhan itu yang akan membantu mereka menjalankan hidup
yang menyenangkan Allah. Banyak di antara mereka tidak pernah menjadi
penganut agama Yahudi, dan tidak tahu isi Perjanjian Lama. Dan Paulus
tidak memberikan petunjuk kepada mereka untuk mempelajarinya agar
dapat diterima Allah.
Tetapi ketika orang-orang Kristen baru ini mulai membaca Perjanjian
Lama di bawah bimbingan orang-orang Kristen Yahudi, mereka menemukan
begitu banyak peraturan yang tidak mungkin dapat dipenuhi, walaupun
itu dianggap perlu untuk memperoleh keselamatan. Beberapa dari mereka
mencoba melakukannya, mulai dengan memelihara hari Sabat Yahudi dan
mungkin juga beberapa hari raya Yahudi lainnya (Galatia 4:8-11).
Sejumlah besar di antara mereka mulai mempertimbangkan sunat, agar
memenuhi ketentuan Perjanjian Lama (Galatia 5:2-12). Tetapi bagian
terbesar dari mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Pada saat itulah berita tersebut didengar oleh Paulus. Ia sangat
marah. Tidak mungkin dia langsung mengunjungi jemaat-jemaat tersebut
pada waktu itu, jadi ia memutuskan untuk menulis surat kepada mereka.
Surat itulah yang kita kenal sebagai Surat Galatia.
|