PKS-Pelajaran 02

Pertanyaan 02 | Referensi 02a | Referensi 02b

Nama Kursus : Pernikahan Kristen Sejati
Nama Pelajaran : Memilih Pasangan
Kode Pelajaran : PKS-P02

Pelajaran 02 - MEMILIH PASANGAN

DAFTAR ISI

  1. PEMILIHAN
    Ayat Hafalan
    1. Bagaimana Ishak Mendapatkan Seorang Istri
    2. Menghadapi Kesulitan-Kesulitan
    3. Menikmati Berkat-Berkat Allah
    4. Pertanyaan-Pertanyaan

  • PASANGAN

  • Ayat Hafalan

    1. Dalam Perjanjian
    2. Akibat Dosa
    3. Kedatangan Yesus
    4. Tanggung Jawab Timbal balik
    5. Sebuah Tim
    6. Pemberian Total
    7. Kepribadian yang Baru

    DOA

    MEMILIH PASANGAN

    A. PEMILIHAN

    Ayat Hafalan:

    "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" (2 Kor. 6:14)

    Bagaimana saya menemukan pasangan yang sesuai untuk saya?

    Bagaimana saya tahu jika saya sudah menemukan pasangan yang sesuai?

    Mencari kehendak Tuhan dalam mencari pasangan adalah langkah pertama untuk membentuk suatu pernikahan yang berhasil. Pelajari dan ikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan Alkitab. Petunjuk yang paling penting terdapat dalam 1 Kor. 10:31. Aku menjawab: "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah". Paulus mengharapkan kita untuk melakukan segala sesuatu dalam hidup ini demi kemuliaan Tuhan. Tentu saja pernikahan juga seharusnya membawa kemuliaan bagi Tuhan. Kita diberikan janji dalam Ams. 3:5-6, "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." Kita harus memercayai Allah, mengenal Dia, memandang kepada-Nya dan bukan kepada diri kita sendiri dalam mencari hikmat dan pengertian. Maka Ia berjanji akan membuat jalan kita lurus dan menunjukkan kepada kita jalan kebenaran.

    Apakah bagian kita dalam memilih pasangan yang Allah inginkan bagi kita? Kita perlu memerhatikan prinsip-prinsip yang akan menolong kita memilih dengan bijaksana. Akankah Allah ingin kita memilih pasangan yang tidak mengenal dan menghormati Dia? Perintah dalam Perjanjian Baru adalah "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya." (2 Kor. 6:14). Sebagai seorang Kristen, kita harus mengetahui tanpa ragu-ragu bahwa yang sesuai dengan Allah haruslah seorang Kristen juga. Kej. 24 menceritakan suatu cerita dalam memilih pasangan hidup. Kita bisa melihat cerita tersebut.

    1. BAGAIMANA ISHAK MENDAPATKAN SEORANG ISTRI

    Abraham sudah tua. Dia mengatakan kepada pembantu dan kepala pelayannya, Eleazar, yang bertugas mengurusi semua miliknya, untuk pergi ke negerinya dan memilih istri yang sesuai untuk Ishak. Dia harus memilih wanita di antara bangsanya sendiri, yang adalah penyembah Allah. Abraham berdoa supaya Eleazar mendapatkan petunjuk Tuhan.

    Ketika Eleazar tiba di kota Nahor di Mesopotamia dia segera berdoa kepada Allah seperti ini, "Tuhan, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham. Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air. Kiranya terjadilah begini: anak gadis kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum - dialah kiranya yang Kau tentukan bagi hamba-Mu, Ishak." (Kej. 24:12-14).

    Sebelum dia selesai berdoa, Ribka datang dengan buyung di atas bahunya. Eleazar berkata kepadanya, "Tolong beri aku minum air sedikit." "Minumlah." Kata Ribka, "Dan aku akan memberi minum unta-untamu juga."

    Ketika Ribka sudah selesai, Eleazar memberikan kepadanya sebuah cincin emas, "Siapa ayahmu?" tanya Eleazar. Kakeknya adalah saudara Abraham! Eleazar sangat takjub dan bersyukur kepada Tuhan. Dia berlutut saat itu juga dan menyembah Allah. Allah sudah melakukan itu, persis seperti yang diinginkan Abraham, sama seperti yang didoakan oleh hamba tersebut. Allah sudah mengijinkan Eleazar menemukan istri yang sempurna bagi Ishak.

    "Ini adalah dari Tuhan. Jadilah seperti yang dikehendaki-Nya. Ribka, maukah engkau pergi beserta orang ini dan menikah dengan Ishak?" Tanya ibu dan saudaranya. "Mau" jawabnya. Eleazar, Ribka dan orang-orang yang beserta dengan dia berjalan pulang. Ketika mereka sudah dekat, Ribka melihat seorang pria berjalan di padang dan bertanya, "Siapakah orang itu?" Ya, pria tersebut adalah Ishak. Cerita tersebut diakhiri dengan menceritakan bahwa Ishak mengambil Ribka sebagai istrinya dan dia mengasihi istrinya tersebut.

    Apakah Allah menghargai kepercayaan Abraham dan Eleazar kepada-Nya?

    2. MENGHADAPI KESULITAN-KESULITAN

    Memilih pasangan hidup dapat membawa kita ke dalam keadaan yang sulit. Renungkanlah kejadian-kejadian berikut ini dan tulislah menurut Anda bagaimana seorang Kristen yang sedang mencari kehendak Allah harus berbuat:

    1. Seseorang mencoba untuk memaksa Anda menikah sehubungan dengan penglihatan atau mimpi yang dia katakan berasal dari Tuhan.
    2. Seseorang mengatur sebuah pernikahan bagi Anda. Mungkin karena ketidakcocokan, waktu, atau situasi mengharuskan kita menikah dengan seseorang yang tidak sesuai dengan pilihan kita.

    Ingatlah, bahwa orang Kristen harus lebih mentaati Allah daripada manusia. Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia." (Kis 5:29). Ceritakan kepada orang-orang yang bersangkutan mengenai perasaan Anda. Lakukan itu dengan seramah dan selembut mungkin. Mintalah keberanian dan kekuatan dari Allah untuk menghadapi ketidaknyamanan sekarang, daripada menyebabkan banyak orang tidak bahagia karena terpaksa menerima suami atau istri yang tidak kita pilih.

    3. MENIKMATI BERKAT-BERKAT ALLAH

    "Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan ia akan bertindak." (Maz. 37:3-5). Daud sang pemazmur, memberikan tiga tindakan yang akan kita lakukan dalam berhubungan dengan Allah. Pelajarilah hal-hal tersebut dan tulislah dibawah ini.

    Salah satu hasil dari ketaatan ini adalah, "dan Dia akan memberikan kepadamu kehendak hatimu." Rencana Allah untuk pernikahan Anda adalah bagian dari rencana-Nya untuk hidup Anda. Berusahalah untuk mengikuti kehendak-Nya setiap hari. Dia akan menunjukkan kepada Anda kehendak-Nya untuk pernikahan Anda.

    4. PERTANYAAN-PERTANYAAN

    Marilah kita melihat beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan orang tentang memilih pasangan hidup.

    1. Di mana saya akan bertemu dengan calon pasangan hidup saya? Anda mungkin bertemu dengannya di sekolah, di gereja, di pertemuan keluarga, atau di tempat yang lain. Tapi ingat, jangan mencari di tempat yang salah. Para pembimbing dan orang Kristen yang sudah dewasa dapat membantu dengan mengatur kegiatan-kegiatan dimana anak-anak muda bisa berkumpul bersama.
    2. DIA MAMPU UNTUK MEMIMPIN ORANG-ORANG YANG BERKENAN KEPADA-NYA
      UNTUK BISA BERTEMU DI TEMPAT DAN WAKTU YANG TEPAT.

    3. Apa yang akan saya rasakan jika saya bertemu dengan pribadi yang khusus ini? Kita akan tertarik pada seluruh keberadaannya, penampilannya, kerohaniannya, sifat dan ketulusannya, kepandaiannya, dan banyak pengalaman atau karunia yang sudah Tuhan berikan, bahkan kelemahannya. Janganlah memilih pasangan hidup karena simpati, atau karena mengharapkan keuntungan atau materi, juga janganlah karena alasan atau motivasi yang salah. Dasar daripada pernikahan adalah komitmen, bukan hanya hidup bersama; meskipun demikian, jauh lebih mudah jika misalnya memunyai kesenangan yang sama dan secara alamiah dapat saling mendapatkan kebahagiaan dari pasangannya.

    Pemilihan pasangan hidup menempati urutan kedua setelah keputusan untuk menerima atau menolak Yesus. Tuhan akan memimpin pengambilan keputusan yang berat ini jika kita mengikuti prinsip-prinsip yang sudah diberikan-Nya kepada kita:

    1. Memilih seseorang yang juga seorang Kristen.
    2. Mengikuti pimpinan Tuhan daripada menerima pilihan orang lain.

    Rencana Allah untuk memilih pasangan hidup merupakan bagian rancangan-Nya bagi hidup kita secara keseluruhan.

    B. PASANGAN

    Ayat Hafalan:

    "Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah." 1 Kor. 11:11-12

    Allah memilih untuk menciptakan dua jenis kelamin. Setiap pribadi menjadi sempurna di dalam Kristus. "Dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa." (Kol 2:10). Allah menghendaki supaya pria dan wanita saling melengkapi dalam pernikahan. Mereka dipersatukan bersama untuk membentuk suatu kesatuan pernikahan. Setiap pribadi yang disatukan dalam pasangan akan membawa masing-masing suatu nilai tambah, tindakan untuk memperkaya dan memperbaiki.

    1. DALAM PERJANJIAN

    Pengajaran Alkitab mengenai pernikahan menyebutkan bahwa pernikahan adalah berarti pasangan, suatu ikatan janji antara dua orang. Ini adalah suatu persetujuan yang secara bebas dibuat ketika seseorang memberikan dirinya kepada pasangannya. "Kekasihku kepunyaanku dan aku kepunyaan dia." (Kid. 2:16). Tema yang dikidungkan di seluruh Kidung Agung adalah suatu perasaan saling menyukai yang besar antara suami istri. Sukacita, semangat dan kesukaan yang saling dibagikan muncul dalam setiap paragraf. Dalam pernikahan, terjadi persatuan jiwa dengan jiwa, tubuh dengan tubuh. Tidak ada pasangan yang bebas terhadap yang lain. Mereka saling memerlukan. Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah. 1 Kor. 11:11-12. Tiap jenis kelamin memunyai penghargaan yang sama dan memunyai nilai yang unik di hadapan Allah. "Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus." (Gal. 3:28).

    2. AKIBAT DOSA

    Dosa mengakibatkan rusaknya rencana Allah. Laki-laki dan perempuan melupakan bahwa hubungan antara pasangan adalah setara. Suami mulai menjadi pasangan yang berkuasa, dan penghormatan sang istri tidak lagi ditunjukkan.

    3. KEDATANGAN YESUS

    Tuhan Yesus membawa rencana yang baru. Ini betul-betul mengembalikan rencana Allah yang sebenarnya. Paulus menyatakan. "Tidak ada lagi Yahudi atau Yunani, budak atau orang merdeka, pria atau wanita, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus." (Gal. 3:28). Petrus memerintahkan sang suami untuk menghormati istrinya sebagai kawan ahli waris dari Kerajaan Allah (1 Pet. 3:7). Dalam kekristenan, penghargaan wanita yang terlupakan diterangi kembali dan nilai-nilai mereka dinyatakan. Kristus mengembalikan kepada laki-laki suatu karunia yang berharga yaitu memimpin sang istri sebagai pasangan yang penuh. Istri bukan hanya penolong bagi suaminya dalam kehidupan sekarang ini, namun juga merupakan kawan ahli waris bersamanya dari hidup yang kekal.

    4. TANGGUNG JAWAB TIMBAL BALIK

    Dalam kekristenan sang suami dan istri masing-masing memunyai hak untuk mendapatkan kesetiaan yang penuh dari pasangannya. "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah." (Ibr. 13:4). Beberapa kelompok masyarakat hanya mengharapkan kesetiaan pihak istri, namun standar Tuhan adalah kesetiaan oleh kedua pihak. Suami dan istri dipanggil untuk saling mengasihi. "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya." (Ef. 5:25). "Dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya..." (Tit. 2:4). "...Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus." Ef. 5:21 menyatakan tanggung jawab dari sikap saling taat. Yaitu tiap pihak secara sukarela dan mengasihi mau taat terhadap yang lain. Ketaatan yang bersifat timbal balik ini memberikan kepada suatu keluarga dasar yang kuat.

    5. SEBUAH TIM

    Sebuah pernikahan dimana tiap pihak mengenal nilai dan penghargaan dari pasangannya akan menghasilkan hubungan yang paling indah. Tiap pihak dapat menggunakan sumber, hikmat, atau pertolongan dari pasangannya. Pasangan yang bisa saling menikmati satu dengan yang lain sebagai teman dapat menemukan kesukaan yang besar dalam kebersamaan mereka. Waktu untuk berdoa, berbicara dan membaca bersama akan memperkaya hidup mereka. Pergi ke berbagai tempat bersama dan saling berbagi pengalaman akan memberikan kepada mereka suatu ikatan yang kuat. Hal-hal yang sederhana dalam hidup akan membawa arti yang dalam ketika dibagikan kepada yang lain. Rencana Allah untuk Adam dan Hawa bersama-sama untuk "Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu" dan bersama-sama memerintah atasnya (Kej. 1:28).

    "Salam kepadamu dari jemaat-jemaat di Asia Kecil. Akwila, Priska dan jemaat di rumah mereka menyampaikan berlimpah-limpah salam kepadamu." (1 Kor. 16:19). Juga bacalah Kis. 18:1-4 dan Rom. 16:3-5. Ayat-ayat ini memberikan contoh-contoh yang baik tentang hubungan pernikahan. Priskila dan Akwila disatukan dalam kasih dan dalam pelayanan mereka terhadap Tuhan. Mereka juga bekerja bahu membahu sebagai pembuat tenda. Mereka juga pasangan dalam mengajar firman Tuhan.

    6. PEMBERIAN TOTAL

    Paulus melihat adanya kesetaraan antara hubungan suami istri. Bacalah 1 Kor. 7:3-5. Apakah suami istri diharapkan memunyai keinginan seks? Apakah tubuh masing-masing merupakan milik pasangannya? Saat Anda membaca ayat-ayat tersebut, apakah Anda memerhatikan bahwa Paulus menekankan akan adanya saling memberi antara suami istri? Bacalah Ef. 5 untuk mempelajari cara yang baru bagaimana seharusnya sepasang suami dan istri berhubungan. Ketakutan ataupun tugas-tugas yang menjengkelkan janganlah menjadi motivasi untuk istri. Melainkan, dia memberikan dirinya sendiri "seperti kepada Tuhan." Hal itu berarti memberi tanggapan dengan kasih, sukacita, dan kesenangan hati. Dapatkah sang suami menyayangi istrinya? Dalam hubungan yang baik, tiap pihak terus-menerus memberi dan menerima kasih seperti kasih Kristus. Ini merupakan pengalaman bertumbuh bersama. Kasih Kristus adalah kasih yang tanpa syarat; kasih tersebut menerima, memerhatikan, mengampuni dan mengasihi, bahkan ketika orang lain sepertinya sudah tidak mungkin dikasihi.

    7. KEPRIBADIAN YANG BARU

    Pernikahan atau hubungan suami istri menciptakan pribadi ketiga yang muncul dari persatuan tersebut. Jika dahulu mereka berpikir "aku" dan "milikku," pasangan suami istri sekarang berpikir "kami" dan "milik kami." Mereka mulai mengembangkan suatu kosa kata dan rencana yang bersifat kerjasama. Jika yang satu merasa pedih, maka keduanya merasa terluka, jika yang seorang bersukacita, maka keduanya akan bahagia. Tidak ada hubungan antara manusia yang lain yang demikian rumit namun saling menguntungkan.


    Akhir Pelajaran (PKS-P02)

    DOA

    "Bapa, kami mengucap syukur karena Engkau menuntun kami untuk bertemu dengan pasangan kami. Biarlah bersama pasangan kami itu rencana-Mu bagi hidup kami menjadi terwujud. Terpujilah Tuhan. Amin"

    [Catatan: Tugas pertanyaan ada di lembar terpisah.]

    Taxonomy upgrade extras: 

    PKS-Pelajaran 06

    Pertanyaan 06 | Referensi 06a | Referensi 06b

    Nama Kursus : Pernikahan Kristen Sejati
    Nama Pelajaran : Keluarga Kristen dan Masyarakat Luas
    Kode Pelajaran : PKS-P06

    Pelajaran 06 - KELUARGA KRISTEN DAN MASYARAKAT LUAS

    DAFTAR ISI

    1. BERBAGAI MACAM BENTUK DARI KELUARGA
      Ayat Hafalan
      1. Keluarga Tanpa Anak
      2. Orang yang Tidak Pernah Menikah
      3. Rumah Tangga Dengan Orang Tua yang Hanya Satu
      4. Orang yang Bercerai
      5. Jika Hanya Satu yang Kristen

  • KELUARGA DAN MASYARAKAT
  • Upacara Pernikahan
  • Keluarga Besar/Sanak Saudara
  • Muliakanlah Allah dalam Rumah Anda
  • Keluarga Anda dan Gereja
  • Keluarga Anda dan Orang lain
  • DOA

    KELUARGA DAN MASYARAKAT

    A. BERBAGAI MACAM BENTUK DARI KELUARGA

    Ayat Hafalan:

    "Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti ia waktu dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat." 1 Kor. 7:17.

    Ketika kita berpikir tentang sebuah keluarga, biasanya kita berpikir tentang sepasang suami istri dan anak-anak mereka. Dalam pelajaran ini kita akan melihat pola keluarga yang berbeda; Ada pasangan suami istri yang tidak memunyai anak; dalam ada keluarga yang hanya memiliki satu orang tua; Selain itu ada juga orang-orang yang tetap tinggal sendiri (membujang). Allah bisa menghormati dan memberkati semua pola keluarga ini jika semua anggota keluarga tersebut mau menyerahkan diri kepada Tuhan.

    1. KELUARGA TANPA ANAK

    1. Pola Perjanjian Lama

      Pada masa Perjanjian Lama (PL), memunyai banyak anak dianggap sebagai berkat bagi keluarga. Banyak anak artinya Tuhan berpihak pada mereka. "Istrimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN." (Maz. 128:3-4). Sebaliknya, tidak memunyai anak dianggap sebagai aib, suatu tanda bahwa Allah tidak memberkati mereka. Namun di pihak lain, kita juga melihat bahwa tanpa anak, keluarga PL sebenarnya masih dihargai. Elkana berkata kepada istrinya Hana yang tidak memunyai anak, "Bukankah engkau lebih berharga bagiku daripada sepuluh anak laki-laki?" (1 Sam. 1:8).

      Bangsa Israel tinggal di antara bangsa-bangsa penyembah dewa-dewa kesuburan. Namun, bangsa Israel memandang Allah sebagai pemberi hidup dan berkat satu-satunya, "buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu." (Ul. 28:4). Bacalah Kej. 30:1-2 untuk mendengarkan tangisan Rahel yang mengeluh pada suaminya karena tidak memiliki anak. Yakub, suaminya marah, dan menjawab "Akukah pengganti Allah yang telah menghalangi engkau mengandung?"

    2. Penekanan yang Baru Bersama Yesus

      Dalam Perjanjian Baru (PB), setelah kedatangan Sang Mesias, Penebus, ada perubahan sikap terhadap ibu. Ada perubahan secara berangsur-angsur tentang pemikiran bahwa memunyai anak adalah hal yang paling utama bagi wanita. Nilai dari seorang wanita tidak lagi tergantung pada jumlah anak yang dilahirkannya. Titik berat beralih dari kelahiran secara fisik menjadi kelahiran secara rohani - yaitu jalan masuk ke dalam keluarga Allah melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Tentang hal memunyai anak disebutkan dalam 1 Tim. 5. Paulus menasihatkan untuk menangani masalah janda-janda yang masih muda, mengikuti apa yang diinginkan oleh budaya setempat, supaya menikah lagi dan memunyai anak. Alasannya adalah masalah moral (Tim. 5:11) dan arti dari suatu kehidupan (1 Tim. 5:16). Mereka tidak ingin gereja dibebani dengan menghidupi orang-orang muda tanpa sumber penghasilan untuk masa yang panjang.

    3. Banyak Karunia

      Tuhan Yesus menghormati dan merawat ibu-Nya. Tapi, Yesus menunjukkan bahwa seorang wanita tidak dihargai dalam pandangan Allah karena kemampuannya melahirkan anak, namun karena melakukan kehendak Tuhan. Bacalah dalam Luk. 11:27 tentang wanita yang berteriak di antara orang banyak, "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Yesus menjawab, "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memelihara-Nya." Ada banyak karunia lain yang dapat diberikan di samping anak-anak, dan karunia tersebut sama pentingnya. Seseorang dapat menyenangkan Allah dengan memunyai anak atau tanpa anak.

    4. Beberapa Kepercayaan yang Salah.
    5. Kepercayaan salah yang pertama: "Tidak punya anak selalu merupakan kesalahan istri."

      Yang Benar: Tidak demikian! Tidak memunyai anak tidak seharusnya dianggap sebagai "kesalahan" suami atau pun istri, terutama istri. Saat ini, banyak yang dapat dilakukan secara medis untuk menolong pasangan yang tidak memunyai anak, dan mereka hendaknya tidak ragu-ragu untuk meminta nasihat dari dokter yang kompeten.

      Kepercayaan salah yang kedua: "Tidak mempunyai anak berarti pernikahan itu gagal."

      Yang Benar: Tidak demikian! Meskipun tidak ada anak-anak yang dilahirkan, ada banyak alasan untuk pernikahan tetap bertahan, berbahagia dan diberkati. Memunyai anak hanya salah satu alasan adanya pernikahan. Dapat saling memberikan kasih, membantu untuk menjadi apa yang Allah inginkan, menguatkan dan menghibur - semuanya itu dapat memberikan kepuasan yang penuh. Kemampuan untuk dapat melahirkan anak tidak membuktikan apa-apa kecuali bahwa Anda memang bisa melahirkan anak. Ada jauh lebih banyak lagi yang diperlukan untuk membuat seseorang menjadi seorang suami atau istri yang baik, menjadi seorang ibu atau ayah yang baik.

      Kepercayaan salah yang ketiga: "Tidak memunyai anak merupakan hukuman Allah atas dosa."

      Yang Benar: Tidak demikian! Tidak dikaruniai anak bukanlah tanda bahwa Allah sedang menghukum dosa kita. Anak adalah karunia Allah, dan Allah memunyai banyak karunia lain yang bisa diberikan.

      Kepercayaan salah yang keempat: "Jika mereka berdoa dengan sungguh-sungguh, mereka pasti akan mendapatkan anak."

      Yang Benar: Tidak selalu! Jika sepasang suami istri mengasihi Allah, mereka harus percaya bahwa apa pun yang diberikan kepada mereka adalah yang terbaik, dan bukan terbaik nomor dua. Jika pasangan telah berkonsultasi dengan dokter yang baik dan sudah melaksanakan nasihatnya dan berdoa dengan sungguh-sungguh supaya diberikan anak - namun kemudian tidak ada anak yang dilahirkan, Tuhan memunyai sesuatu yang lebih baik bagi pasangan tersebut.

    2. RUMAH TANGGA DENGAN ORANG TUA TUNGGAL

    Ada keluarga yang hanya memunyai satu orang tua (orang tua tunggal). Hal ini bisa disebabkan karena kematian, perceraian, atau karena hidup yang tidak bertanggung jawab sehingga memiliki anak di luar nikah. Yang cocok bagi Allah adalah sebuah rumah tangga yang memunyai ayah dan ibu yang mengasihi. Tetapi, banyak orang yang akhirnya membesarkan anak-anak seorang diri. Tapi bagaimanapun, kita patut berterima kasih kepada orang tua tunggal yang rela menerima tanggung jawab ini.

    Ketika anak-anak kehilangan satu orang tua karena kematian, maka orang tua yang masih hidup memunyai tugas yang berat untuk mengasuh anak-anak sendirian sementara masih berduka dan menyesuaikan diri karena kehilangan pasangannya. Sedangkan mereka yang gagal mengikuti rencana Allah dan sekarang harus merawat anak di luar nikah, hal ini juga menjadi tugas yang berat. Mereka bergumul mencari kehidupan yang baik bagi anak-anaknya agar dapat bertumbuh sesuai dengan yang Tuhan kehendaki. Tetapi Allah menerima kita apa adanya, karena Dia mengasihi kita. Dia mengampuni kehidupan kita yang keluar dari rencana-Nya dan gagal menerima berkat-berkat yang sudah disiapkan bagi kita. Maka kita harus menerima pengampunan itu dan mulai hidup dalam jalan-Nya dan mendidik anak-anak menurut jalan Tuhan (Ams. 22:6).

    3. ORANG YANG TIDAK PERNAH MENIKAH

    Biasanya seorang pria atau wanita pasti menikah. Namun ada perkecualian. Anda tidak harus menikah untuk mendapatkan kehidupan yang penuh dan bahagia. Rasul Paulus memberikan nasihat yang baik dalam 1 Kor. 7:17 saat dia berkata, "Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang hidup tetap seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah." Orang-orang yang memunyai karunia untuk hidup sendiri "demi Kerajaan Allah" mampu untuk bertumbuh dalam kedewasaan sebagai pribadi-pribadi yang mengasihi tanpa harus melewati sebuah pernikahan. Mereka mempersembahkan seluruh hidup mereka untuk melayani Tuhan. Paulus mengatakan bahwa ada keterbatasan untuk melayani Tuhan jika kita menikah. "Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku." (1 Kor. 7:8).

    Orang yang tidak menikah secara khusus harus memandang Allah sebagai sumber kekuatannya. Sangat mudah pada masa sekarang ini untuk orang yang tidak menikah terjerumus dalam perzinahan. Kalau Allah memberikan karunia hidup sendiri, maka Dia juga akan memberikan kekuatan untuk hidup dengan moral yang baik dan benar yang akan membawa kesaksian yang indah bagi-Nya.

    4. ORANG YANG BERCERAI

    Perceraian bukanlah dosa yang tidak bisa diampuni. Allah masih mengasihi orang yang telah bercerai. Namun ia akan sangat bersalah jika dia tidak mencari dan menerima anugerah pengampunan dari Allah. Bagaimanapun perceraian bukanlah cara tepat untuk menangani masalah pernikahan. Perceraian melemahkan semangat, menghancurkan impian-impian dan mencerai-beraikan keluarga. Perceraian juga melemahkan kehidupan sebagai akibat dari kesepian, kepedihan, dan kedukaan. Perceraian merupakan pengumuman secara hukum di hadapan umum tentang kehancuran suatu keluarga. Hal ini jahat di mata Tuhan, Pencipta dari suatu keluarga. "Aku membenci perceraian," firman Allah dalam ayat Mal. 2:16! Bacalah juga Mark. 10:2-12 untuk belajar apa yang Yesus ajarkan tentang perceraian. Secara positif Tuhan Yesus mengatakan bahwa pernikahan adalah dari Allah dan tidak boleh dihancurkan.

    5. JIKA HANYA SATU YANG KRISTEN

    Kita sudah mempelajari pentingnya memilih seorang Kristen sebagai pasangan hidup. Namun kadang-kadang seseorang menikah dengan pasangan yang tidak seiman. Mungkin saja pasangannya itu akan diselamatkan setelah menikah, tapi yang jelas ia telah membuat suatu pilihan tanpa memperhatikan dengan serius pada rencana Allah. Dalam 1 Kor. 7 Paulus berbicara tentang menikah dengan orang yang belum diselamatkan. Dalam ayat 1 Kor. 7:15 dia mengingatkan kepada kita, "Tuhan memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera." Orang Kristen yang memiliki pasangan yang belum diselamatkan memunyai tanggung jawab besar untuk mempraktekkan prinsip-prinsip kekristenan tanpa dukungan dari pasangannya. Dalam hal ini, orang Kristen tersebut harus ingat untuk tetap berhubungan dengan kasih, lemah lembut, dan rendah hati dengan pasangannya. Petrus secara khusus berbicara kepada seorang istri yang suaminya belum diselamatkan, mendorongnya untuk hidup dengan jalan yang memungkinkan bisa membawa suaminya untuk mengenal Tuhan (1 Pet. 3:1).

    Paulus memerintahkan pada pihak yang Kristen untuk tidak menghancurkan pernikahan, tapi membebaskan pihak Kristen dari tanggung jawab jika pasangannya yang belum percaya tersebut meninggalkannya. Bacalah 1 Kor. 7:12-15. Ketika pasangannya memilih untuk pergi, orang Kristen tersebut memiliki kebutuhan yang besar akan kasih dan dukungan dari lingkungan Kristen.

    B. KELUARGA DAN MASYARAKAT

    Ayat Hafalan

    "...Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah;... Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" (Yos. 24:15).

    Ketika Yosua dan umat Israel mengamati Tanah Perjanjian, mereka memunyai pilihan yang harus dipilih.

    1. Mereka bisa melayani allah nenek moyang mereka dulu.
    2. Mereka bisa melayani allah asing di tanah baru yang mereka masuki.
    3. Mereka bisa melayani satu-satunya Allah yang benar yang menyatakan diri-Nya pada umat Israel dan membebaskan mereka dari perbudakan.

    Anda pun memiliki beberapa pilihan, khususnya untuk mengikuti atau tidak mengikuti budaya atau adat yang berlaku di tempat Anda tinggal.

    1. UPACARA PERNIKAHAN

    Sebuah pernikahan Kristen dimulai dengan persetujuan antara dua keluarga bersama dengan sumpah dan khalayak ramai. Ini adalah saat yang indah untuk menjadi saksi di lingkungan masyarakat Anda. Dalam pernikahan Kristen, sebuah upacara pernikahan hendaknya menjadi kesaksian dari iman dalam Tuhan dan komitmen Anda pada pasangan Anda. Anda punya kesempatan yang unik bagi penafsiran secara Kristen tentang nilai-nilai budaya.

    Hati-hatilah dalam mempersiapkan pernikahan, buatlah sederhana supaya tidak memberi kesaksian yang buruk untuk nama Tuhan. Tujuan dari pernikahan Kristen adalah untuk memuliakan Allah, bukan untuk membuat orang lain kagum. "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (Luk. 12:15).

    Pasangan yang baru saja menikah kadang-kadang terjebak untuk terlibat dalam hutang karena harus membayar biaya pernikahan yang mahal, hadiah untuk anggota keluarga, bahkan akhirnya ikut membantu kebutuhan keluarga, baik keluarga suami atau istri. Bicarakan terlebih dahulu dengan pasangan Anda dan putuskan apa yang terbaik dengan uang yang ada. Belajarlah untuk hidup sederhana dan bertanggung jawab.

    2. KELUARGA BESAR/SANAK SAUDARA

    Ketika hari pernikahan tiba, terjadi perubahan; si pria dan wanita yang dulu hidup dengan ayah dan ibu mereka, sekarang harus menggabungkan diri untuk mendirikan keluarga yang baru. Kasih dan kesetiaan mereka yang pertama sekarang adalah untuk pasangan mereka. Alkitab mengatakan, "...laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan akan bersatu dengan istrinya, sehingga mereka akan menjadi satu daging." (Mat. 19:5). Curahkan semua simpati, penghiburan dan persahabatan yang Anda inginkan pada pasangan Anda, supaya hubungan yang intim dan dalam terbentuk. Kalau Anda bicara lebih terbuka kepada ibu atau ayah Anda daripada dengan suami atau istri Anda, maka Anda kehilangan sukacita yang penuh dari suatu pernikahan.

    Namun hal ini tidak berarti bahwa keluarga dan sanak saudara yang lain segera dilupakan saat upacara pernikahan selesai. Di belakang dan di samping pasangan muda tersebut berdiri orang tua dan kakek atau nenek, bibi dan paman, saudara laki-laki dan perempuan. Bersama-sama, pasangan muda akan belajar untuk mengasihi dan menghargai semua saudara baik dari pihak suami atau istri. Bersama-sama mereka akan memberikan hormat dan kebaikan kepada para orang tua yang telah mengasuh mereka dari masa kanak-kanak. Tanggung jawab keluarga, yang dimiliki oleh suami atau istri secara pribadi, setelah pernikahan akan ditanggung bersama. Jika satu pihak memunyai adik, orang tua yang sudah lanjut, sanak saudara yang sakit atau miskin yang harus dibantu, maka sudah sewajarnya dengan senang hati membantu seberapa bisa. Yang harus diingat, janganlah hal-hal tersebut memisahkan atau merenggangkan hubungan mereka. Bekerja sama untuk saling mengasihi dan menolong orang lain seharusnya menarik suami dan istri ke dalam hubungan yang lebih intim satu dengan yang lain.

    Rumah tangga Kristen Anda dapat menjadi contoh bagi sanak saudara dan masyarakat. Kalau kasih Kristus dapat dilihat dalam hubungan keluarga Anda, maka yang lain akan menginginkan bimbingan Anda. Kalau Anda menunjukkan kedewasaan dan kepemimpinan Kristen, orang-orang di sekitar Anda akan menginginkan Anda duduk bersama mereka dan menjelaskan jalan hidup orang Kristen.

    3. MULIAKANLAH ALLAH DALAM RUMAH ANDA

    Pergi ke gereja bersama-sama sangatlah penting. Namun pergi ke gereja tidak bisa menggantikan kesempatan melakukan ibadah keluarga. Dalam ibadah keluarga, setiap anggota keluarga dapat berperan. Ibadah dapat dibentuk untuk memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga untuk belajar Alkitab, berdiskusi atau memuji dan memuliakan Allah bersama. Jika Anda tidak merencanakan dan mempersiapkan pengalaman-pengalaman seperti itu, maka hal-hal itu tidak akan terjadi.

    Keluarga bertanggung jawab atas pendidikan rohani anggotanya. "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ul. 6:6-7). Pendidikan Kristen terdiri dari memberikan pengajaran, koreksi, dorongan, mendisiplin secara rohani. Mungkin yang lebih penting dan merupakan perintah secara langsung adalah memberi contoh kehidupan Kristen, terutama bagi anak-anak. Dengan sikap hidup Anda, bukti dari iman Anda, dan kerajinan Anda dalam mempelajari Firman Tuhan, lebih banyak yang bisa dipelajari jika dibandingkan dengan hanya mengajar.

    Rayakanlah kebaikan Tuhan dalam keluarga Anda, demikian juga kejadian-kejadian penting bagi anggota keluarga seperti ulang tahun, kedatangan saudara atau teman, hari pertama sekolah, dll.. Para anggota keluarga dapat merenungkan pekerjaan dan berkat Tuhan lalu memberikan kesaksian bagi orang-orang di sekeliling mereka.

    4. KELUARGA ANDA DAN GEREJA

    "Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa." (1 Yoh. 1:7). Bacalah Ibr. 10:24-25. Gereja membentuk semacam keluarga besar yang mana seluruh anggota berhubungan seperti saudara-saudara dalam Kristus. Gereja akan menyediakan makanan rohani, semangat untuk bertumbuh, kesempatan untuk beribadah, bersekutu dan saling mendukung di masa-masa sulit. Keluarga perlu berdiskusi dan merencanakan terlibat dalam pelayanan gereja. Mereka perlu menjadi anggota dari sekolah minggu, kebaktian, persekutuan doa, pelayanan keluar, pemuridan dan kegiatan-kegiatan lain. Keluarga harus merencanakan bersama-sama untuk memberikan perpuluhan dan persembahan. Keluarga dapat mendukung para pemimpin gereja dengan mengungkapkan sikap-sikap yang positif dan memberikan semangat. Keluarga-keluarga di gereja akan memunyai hubungan yang dekat saat mereka ingat untuk saling mendoakan.

    5. KELUARGA ANDA DAN ORANG LAIN

    Selain dari orang-orang atau kelompok-kelompok yang telah dibicarakan, suatu keluarga hendaknya juga berhubungan baik dengan para tetangga, teman, orang-orang yang kekurangan, orang asing, rekan sekerja, pemerintah, pegawai di sekolah, dan masih banyak lagi yang lain. Sama seperti tiap orang percaya diperintahkan untuk melayani, demikian juga keluarga. Alkitab menekankan bahwa apapun yang Anda lakukan, lakukanlah untuk kemuliaan Tuhan. "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (1 Kor. 10:31). "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita." (Kol. 3:17).

    MANUSIA DAPAT MENEMUKAN SUKACITA DAN KEPUASAN JIKA DIA MENGATUR HIDUPNYA MENURUT RENCANA ALLAH


    Akhir Pelajaran (PKS-P06)

    DOA

    "Bapa, tolonglah keluarga kami agar dapat menjadi saksi-saksi-Mu yang memuliakan Engkau melalui kegiatan hidup kami sehari-hari. Kiranya kasih karunia-Mu memancar melalui kehidupan kami dan keluarga kami sehari-hari. Amin"

    [Catatan: Tugas pertanyaan ada di lembar terpisah.]

    Taxonomy upgrade extras: 

    PKS-Pelajaran 05

    Pertanyaan 05 | Referensi 05a | Referensi 05b

    Nama Kursus : Pernikahan Kristen Sejati
    Nama Pelajaran : Rumah Tangga Kristen
    Kode Pelajaran : PKS-P05

    Pelajaran 05 - RUMAH TANGGA KRISTEN

    DAFTAR ISI

    1. ORANG TUA DALAM RUMAH TANGGA KRISTEN
      Ayat Hafalan
      1. Karunia Tuhan
      2. Rencana Untuk Mereka
      3. Mengajar Mereka
      4. Merawat dan Memelihara Mereka
      5. Mengasuh Mereka
      6. Membimbing Mereka
      7. Bersaksi bagi Mereka
      8. Mengasihi Mereka

  • ANAK-ANAK DALAM KELUARGA KRISTEN
    1. Ketaatan
    2. Kasih Allah Kepada Anak-Anak
    3. Allah Ada di Atas Para Orang tua
    4. Ketika Anak-Anak Menjadi Dewasa

    DOA

    RUMAH TANGGA KRISTEN

    A. ORANG TUA DALAM RUMAH TANGGA KRISTEN

    Ayat Hafalan:

    "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitlah amarah di hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Ef. 6:4.

    1. KARUNIA TUHAN

    Anak-anak yang diberikan kepada suami dan istri merupakan karunia Tuhan. Ketika Esau bertanya kepada Yakub tentang orang-orang yang bersama-sama dengan dia, Yakub berkata bahwa mereka adalah "Anak-anak yang telah dikaruniakan Allah kepada hambamu ini." Kej. 33:5. Beberapa tahun kemudian, ketika Yusuf ada di Mesir, dia menunjukkan dua anaknya kepada Yakub yang sudah tua dan berkata, "Inilah anak-anakku yang telah diberikan Allah kepadaku di sini." Kej. 48:9.

    Pemazmur menulis,"Sesungguhnya anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah." Maz. 127:3. Dalam Perjanjian Lama, orang-orang umumnya hanya berbicara tentang anak-anak lelaki. Mereka kadang-kadang melupakan nilai dari anak-anak perempuan. Kristus datang ke dunia dalam bentuk manusia untuk memulihkan umat manusia ke dalam rencana Allah yang mula-mula. Sungguh dalam Kristus "tidak ada laki-laki atau perempuan" Gal. 3:28. Karunia Allah adalah anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan.

    Renungkan kembali tentang rencana Allah yang indah dalam pernikahan antara seorang pria dan wanita yang saling mengasihi dan menghormati Tuhan. Ingatlah kembali bahwa anak-anak adalah merupakan karunia Tuhan. Tuhan memberikan karunia berupa anak-anak di dalam beberapa rumah tangga; di beberapa rumah tangga yang lain yang juga dikasihi-Nya, Dia memberikan karunia yang lain. Kita akan mempelajari lebih banyak tentang rumah tangga tanpa anak dalam pelajaran berikutnya. Sekarang marilah kita mempelajari tanggung jawab dari orang tua terhadap anak-anak sebagai karunia yang indah.

    2. RENCANA UNTUK MEREKA

    Tanggung jawab apa yang dimiliki oleh orang tua dalam merencanakan besar kecilnya keluarga mereka? Apakah mereka seharusnya memunyai anak sebanyak mungkin menurut kekuatan tubuh mereka? Dalam beberapa masyarakat tradisional, tiap keluarga ingin memunyai anak sebanyak mungkin. Anak-anak merupakan kebanggaan keluarga; mereka diperlukan sebagai para pekerja. Banyak anak yang meninggal sebelum usia dewasa. Ada banyak faktor di Indonesia sekarang yang membuat pemerintah memikirkan program yang sungguh-sungguh mengenai keluarga berencana. Hal ini termasuk perlunya memikirkan tingginya biaya untuk membesarkan dan menyekolahkan anak-anak yang sering tidak sebanding dengan pendapatan keluarga. Angka kelahiran yang tinggi juga telah menambah masalah di Indonesia, misalnya kelaparan, kekurangan gizi, terbatasnya sekolah dan pengobatan, dll.. Alkitab memerintahkan untuk bertanggung jawab dalam merencanakan keluarga yang baik. "Tetapi jika ada orang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman." (1 Tit. 5:8). Orang tua Kristen perlu berdoa untuk mempertimbangkan jumlah anak yang bisa mereka asuh.

    Seorang penulis dari Afrika, John S. Mbiti, mengatakan, "menjadi orang tua adalah suatu tanggung jawab yang besar. Anda melecehkan kesempatan dan kepercayaan itu jika Anda menjalaninya dengan ceroboh, jika Anda menjalankannya dengan cara dimana Anda hanya membuat anak-anak merana, lapar, berpakaian yang tidak layak, tidak berpendidikan, dan merasa rendah diri di masyarakat. Hal utama yang harus diketahui orang tua sekarang ini adalah berapa jumlah anak yang bisa diasuh dengan layak sehingga nantinya menjadi pribadi yang sehat, bahagia, berkembang dengan baik, dan bisa menjadi bagian yang memberkati masyarakat dan bangsa."

    3. MENGAJAR MEREKA

    Supaya bisa diterima masyarakat dan bangsa dengan baik, orang tua Kristen hendaknya membimbing perkembangan anak-anak mereka ke dalam jalan-jalan Tuhan. "Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya." (Kej. 18:19). Ayat ini menyebutkan tentang perintah Allah yang harus diikuti Abraham sehingga Allah dapat membawa Abraham ke tanah yang sudah dijanjikan-Nya. Apakah dua hal yang harus dilakukan anak-anak dan seisi rumah Abraham dilakukan untuk "berjalan menurut jalan Tuhan?"

    Mungkinkah Allah membuat bangsa yang besar dari anak-anak Abraham jika mereka tidak melakukan yang benar dan adil? Bagaimana mungkin anak-anak Anda menggenapi rencana Allah bagi mereka jika Anda tidak mengajarkan kepada mereka untuk menurut jalan-jalan Tuhan? Tuhan memberikan janji ini: "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya maka pada masa tuanya ia tidak akan menyimpang dari jalan itu." (Ams. 22:6).

    "Sesungguhnya diantara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis." kata Yesus (Mat. 11:11). Bacalah Luk. 1:6 untuk mempelajari macam lingkungan rumah tangga yang disediakan Zakharia dan Elisabet bagi Yohanes. Dapatkah Anda mengikuti contoh yang diberikan Zakharia dan Elisabet? Alkitab mengatakan bahwa mereka "keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat."

    4. MERAWAT DAN MEMELIHARA MEREKA

    Alkitab memberikan perintah yang khusus kepada orang tua. Paulus menggambarkan hubungannya dengan orang-orang Kristen di Korintus dengan mengatakan, "Karena bukan anak-anak yang mengumpulkan harta untuk orangtuanya, melainkan orang tualah untuk anak-anaknya." (1 Kor. 12:14). Paulus mengatakan bahwa dengan sukacita ia akan memberikan apa yang dia punya untuk orang-orang Korintus. Haruskah orang tua mempunyai permintaan terhadap anak-anaknya yang menyebabkan kesulitan keuangan yang besar? Permintaan-permintaan tersebut termasuk pesta, pesta pernikahan, hadiah yang mahal, dll.. Sebagai orang yang baru dewasa, Anda mungkin tidak bisa mengubah cara yang dipakai orang tua Anda. Tapi Anda harus belajar mengikuti ajaran-ajaran Kristen ketika Anda menjadi orang tua.

    5. MENGASUH MEREKA

    Paulus memberikan suatu perintah yang pasti kepada para orang tua. "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Ef. 6:4.

    Musa telah memimpin bangsa Israel sampai diusia tuanya. Dalam pidato perpisahannya, dia memberikan perintah yang terakhir dari Tuhan. Bacalah Ul. 6 untuk mempelajari perintah-perintah yang penting ini. Bagaimana bangsa Israel mengatakan kebenaran-kebenaran ini kepada anak-anak mereka? Lihatlah ayat Ul. 6:6-9.

    Ayat Ul. 6:4 memberikan perintah Allah yang Agung. Saat Anda membaca ayat Ul. 6:7 carilah beberapa "waktu untuk pengajaran firman Allah" yang bisa dipakai oleh seluruh keluarga untuk mengajar anak-anak. Perhatikan bagaimana Allah menjadi pusat bagi keluarga pada masa itu. Anak-anak diajarkan tentang Firman Tuhan dengan rajin dan rutin.

    6. MEMBIMBING MEREKA

    Luk. 2:52 menyebutkan kepada kita bahwa Yesus "makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia." Dengan menggunakan empat bidang berikut ini, pikirkanlah sikap-sikap dan kecakapan-kecakapan yang ingin anak-anak Anda miliki jika mereka dewasa nantinya. Bagaimana cara terbaik yang bisa Anda tempuh untuk mengembangkan kecakapan dan sikap mental anak-anak? Pendidikan apa yang Anda inginkan bagi anak-anak Anda? Pikirkanlah juga perkembangan secara fisik. Apa yang perlu diketahui anak-anak Anda mengenai tubuh mereka agar mereka bisa memperlakukan tubuh mereka dengan benar sebagai Bait Roh Kudus? Apa yang perlu diketahui, dialami, dilakukan anak-anak untuk bisa bertumbuh secara rohani? Apa yang seharusnya menjadi ciri hubungan mereka dengan Allah? Bagaimana mereka perlu berhubungan dengan orang lain - dengan orang Kristen dan non-Kristen?

    7. BERSAKSI BAGI MEREKA

    Ceritakan pada anak-anak Anda tentang pekerjaan Tuhan dalam hidup Anda. Ceritakan kepada mereka pada waktu Tuhan menyembuhkan Anda, atau ketika Allah dengan ajaib menyediakan makanan bagi Anda saat Anda tidak mempunyai uang. Ceritakan kepada mereka bagaimana perbuatan Tuhan selama ini kepada Anda. Maz. 78:4, "Kami tidak hendak sembunyikan terhadap anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada Tuhan dan kekuatan-Nya dan perbuatan- perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya." Ambil Alkitab Anda sekarang dan bacalah Maz. 78:1-7. Ceritakan tentang kebaikan Tuhan kepada anak-anak Anda. Maka, mereka juga akan menaruh kepercayaan mereka terhadap Tuhan.

    8. MENGASIHI MEREKA

    Tunjukkan kedekatan Anda kepada anak-anak. Jika mereka melakukan sesuatu yang baik, berikan pujian, ungkapkan, "Aku mengasihi engkau," dalam perkataan dan perbuatan. Dorong dan bimbing serta ajar mereka secara pribadi. Ada saatnya tiap orang tua meluangkan waktu sendiri dengan tiap anaknya.

    Ajarkan kepada anak-anak Anda tentang firman Tuhan dan berdoalah dengan anak-anak Anda. Firman Tuhan dapat memberikan hikmat kepada anak-anak Anda menuju kepada keselamatan melalui iman dalam Yesus Kristus.

    B. ANAK-ANAK DALAM KELUARGA KRISTEN

    Ayat Hafalan:

    "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian." Ef. 6:1

    "Hai anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu. Tambatkanlah senantiasa semuanya itu pada hatimu, kalungkanlah pada lehermu." Ams. 6:20-21. Allah memberikan kepada Musa sepuluh perintah, ya hanya sepuluh peraturan yang paling penting untuk menuntun hidup kita. Perintah yang kelima adalah, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." Ul. 5:16. Paulus menyebutkan perintah ini dengan suatu janji, Ef. 6:2.

    1. KETAATAN

    "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan." (Kol. 3:20). Alasan apa yang diberikan oleh Paulus agar mentaati orang tua dalam segala hal?

    "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu - ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi." (Ef. 6:1-3). Paulus menuliskan ayat-ayat ini dalam sebuah surat ketika dia sudah tua dan ada di dalam penjara. Dia bukanlah seorang penjahat; dia salah satu murid Tuhan Yesus yang sejati. Paulus melayani dengan nasihat-nasihat yang penuh kasih kepada semua orang. Dalam tes ini dia mengikutsertakan anak-anak dan orang tua. Bacalah Rom. 1:30 dan 2 Tit. 3:2. Apakah Anda memerhatikan bahwa ketidaktaatan kepada orang tua adalah termasuk sebagai dosa yang paling jahat? Baik ayah maupun ibu, keduanya harus dihormati.

    2. KASIH ALLAH KEPADA ANAK-ANAK

    Kasih Allah kepada anak-anak merupakan alasan yang utama mengapa Dia menekankan ketaatan kepada orang tua. Tuhan berfirman kepada kita untuk menghormati orang tua, "supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi." Ef. 6:3. Anak-anak tidak bisa secara alamiah mengetahui untuk "menolak yang jahat dan memilih yang baik." Mereka mesti bertumbuh dalam hikmat ini, mereka mesti diajarkan pengetahuan ini. Orang tua adalah guru kedua yang penting setelah Tuhan sendiri. Bacalah masa kecil Yesus dalam Luk. 2:41-51. Sebagai anak kecil, bagaimana Yesus melaksanakan perintah taurat yang kelima ini?

    Ef. 5 berbicara tentang para istri yang harus merendahkan diri/taat kepada suami mereka. Dalam Ef. 6, suami dan istri sekarang disebut orang tua. Anak-anak hendaknya mentaati orang tua mereka. Tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa salah satu orang tua berhak atas penghormatan yang lebih besar dari yang lain.

    3. ALLAH ADA DI ATAS PARA ORANG TUA

    Kis. 5:29 menunjukkan suatu masa dimana ditunjukkan sikap agar kita lebih mengasihi Tuhan dari pada yang lain. "Kita harus mentaati Allah lebih daripada manusia" Jika orang tua kita meminta agar kita berbuat yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, kita harus mentaati Allah. Allah berbicara kepada anak-anak, dan kehendak Allah harus menjadi yang pertama, bahkan sebelum kehendak orang tua. Samuel hanyalah seorang anak kecil ketika dengan cara yang ajaib Tuhan datang pada malam hari di tempat tidurnya dan berbicara kepadanya. Lihatlah dalam 1 Sam. 3.

    Bahkan ketika maksud untuk mentaati Tuhan bertentangan dengan kehendak orang tua, kita tidak boleh begitu saja meremehkan keinginan orang tua kita. Kita harus berusaha sedemikian untuk mencapai suatu persetujuan. Kita tidak boleh marah terhadap mereka, atau membuat mereka marah. Kita hendaknya menunjukkan kepada mereka segala bentuk kasih dan penghormatan meskipun mereka menentang kehendak Tuhan.

    Petrus mengingatkan kepada kita bahwa seorang Kristen harus rendah hati dalam semua hubungan. "Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: 'Allah menentang orang-orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.'" (1 Pet. 5:5). Ketika kehendak orang tua bertentangan dengan perintah Tuhan, seorang Kristen memilih jalan Tuhan dengan kelembutan dan kerendahan hati.

    4. KETIKA ANAK-ANAK MENJADI DEWASA

    Orang dewasa pun harus terus menghormati orang tua mereka. Seorang anak yang telah dewasa mungkin hidup jauh dari orang tua dan harus membuat sebagian besar keputusan sendiri. Perpisahan ini dapat menyebabkan kekuatiran bagi orang tua mereka. Mereka mungkin akan merasa ditinggalkan atau bahkan ditolak kalau anak-anak mereka yang telah "modern" tidak menjaga suatu hubungan yang dekat. Selalu ada perbedaan dalam tiap generasi dari umat manusia. Hal ini nyata khususnya di negara-negara dimana gaya hidup berubah dengan cepat. Anak-anak yang sudah dewasa perlu untuk menjaga hubungan yang dekat dengan orang tua mereka, untuk memberitahu mereka bahwa mereka masih dikasihi dan dihormati.

    Usia tua sering membawa masalah yang memerlukan perhatian yang penuh kasih dari anak-anak yang sudah dewasa. Dalam Mark. 7 Yesus menegur para pemimpin agama pada masa itu karena melaksanakan tradisi mereka namun tidak betul-betul memerhatikan kebutuhan orang tua dan menghormati mereka. Di dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia dalam rumahnya (Yoh. 19:25-27). Ayat ini menceritakan bagaimana Yesus membuat suatu rencana untuk merawat ibunya bahkan ketika Dia hampir mati di atas kayu salib. Seperti Yesus yang menunjukkan penghormatan dan perhatian untuk ibunya selama hidupnya, orang-orang Kristen saat ini perlu memegang perintah Tuhan untuk menghormati orang tua mereka.


    Akhir Pelajaran (PKS-P05)


    DOA

    "Bapa, terima kasih untuk anak-anak yang Kau karuniakan bagi kami. Berilah kami hikmat untuk dapat menjadi orang tua yang baik bagi mereka. Amin"

    [Catatan: Tugas pertanyaan ada di lembar terpisah.]

    Taxonomy upgrade extras: 

    PKS-Pelajaran 04

    Pertanyaan 04 | Referensi 04a | Referensi 04b | Referensi 04c

    Nama Kursus : Pernikahan Kristen Sejati
    Nama Pelajaran : Peran Suami dan Istri dalam Pernikahan Kristen
    Kode Pelajaran : PKS-P04

    Pelajaran 04 - PERAN SUAMI DAN ISTRI DALAM PERNIKAHAN KRISTEN

    DAFTAR ISI

    1. SUAMI DALAM PERNIKAHAN KRISTEN
      Ayat Hafalan
      1. Kasih yang Rela Berkorban
      2. Pemeliharaan dan Perlindungan
      3. Penghargaan dan Penghormatan
      4. Kepemimpinan
      5. Sukacita dan Berkat

    2. ISTRI DALAM PERNIKAHAN KRISTEN

    3. Ayat Hafalan

      1. Penolong dan Teman
      2. Kerendahan Hati
      3. Perhatian terhadap Kecantikan dari Dalam
      4. Merawat Seisi Rumahnya

  • BERTUMBUH DALAM MASALAH

  • Ayat Hafalan

    1. Pertentangan/Konflik
    2. Apakah yang Menyebabkan Pertentangan?
    3. Tanggapan Terhadap Pertentangan
    4. Hubungan Secara Pribadi dalam Pernikahan
    5. Langkah-langkah dalam Menangani Pertentangan/Konflik

    DOA

    SUAMI/ISTRI DALAM PERNIKAHAN KRISTEN

    A. SUAMI DALAM PERNIKAHAN KRISTEN

    Ayat Hafalan

    "Hai, suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya" (Ef. 5:25).

    1. KASIH YANG RELA BERKORBAN

    Tanggung jawab pertama dari seorang suami dalam pernikahan adalah mengasihi istrinya. "Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia." (Kol. 3:19). Kata yang digunakan Ef. 5 untuk "kasih" suami kepada istrinya adalah kata yang sama untuk mengungkapkan "kasih" Allah kepada umat-Nya. Kasih ini adalah kasih yang terus memberi meskipun tidak menerima imbalan. Kasih ini hanya mencari apa yang baik bagi yang dikasihinya, tanpa mempedulikan biaya dan pengorbanan secara pribadi. Sebagaimana kesatuan pernikahan dalam kitab Kejadian merupakan gambaran dari kasih Allah, hubungan suami istri dalam Ef. 5 merupakan gambaran Kristus dan gereja-Nya.

    Kita bisa mengerti dengan lebih baik bagaimana suami hendaknya mengasihi istrinya ketika kita melihat Kristus mengasihi gereja-Nya. Dari Ef. 5:22-23, buatlah daftar tentang ciri khas dari kasih Kristus terhadap gereja-Nya. Kemudian, dari ayat-ayat yang sama, buatlah daftar yang menunjukkan tanggung jawab sang suami dalam mengasihi istrinya.

    2. PEMELIHARAAN DAN PERLINDUNGAN

    Alkitab tidak mengistimewakan suami lebih dari istri. Peran suami berpusat pada tanggung jawab dan menyediakan kebutuhan istrinya seperti yang disebutkan dalam Ef. 5:28-29. Suami dikatakan harus memberikan kepada istrinya perhatian yang sama seperti kepada tubuhnya sendiri. Hal ini termasuk menyediakan materi, makan dan kebahagiaan pada sang istri. Daftarlah kebutuhan yang dimiliki istri Anda; secara fisik, sosial budaya, emosi, dan rohani.

    3. PENGHARGAAN DAN PENGHORMATAN

    "...hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang." (1 Pet. 3:7). Para suami seharusnya tidak merendahkan, mengejek dan berbicara kasar terhadap istri di hadapan orang banyak. Baik secara pribadi maupun di hadapan umum, seorang suami harus menunjukkan hormat dan penghargaan kepada istrinya. Suami yang gagal untuk mengasihi dan memberikan perhatian terhadap istrinya, doanya akan terhalang.

    4. KEPEMIMPINAN

    "...Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh." (Ef. 5:23). Alkitab tidak menekankan kekuasaan secara diktator, melainkan adanya kepemimpinan. Menjadi kepala keluarga tidak berhubungan dengan kelemahan atau kekuatan. Kepala keluarga adalah kedudukan pelayanan yang khusus supaya suatu pernikahan boleh berkembang dan bertumbuh. Sang suami memberikan contoh dari kehidupan Ilahi.

    "...pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah;...Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yos. 24:15). Pelajarilah bagaimana Yosua memberikan kepemimpinan secara rohani kepada keluarganya. Kepemimpinan rohani termasuk memberikan nasihat dan petunjuk berdasarkan firman Allah. Sang suami memimpin dalam membuat keputusan di keluarga. Dia melibatkan istrinya dalam doa dan dalam usaha pencapaian persetujuan. Kepemimpinan adalah suatu tanggung jawab yang berat bagi seorang suami. Dia tidak bisa menanggungnya sendiri. Kunci untuk menjadi pemimpin di rumah disebutkan dalam: "Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh."

    5. SUKACITA DAN BERKAT

    Dari beratnya tanggung jawab yang dibebankan atas suami, sangat mungkin baginya untuk menyerah dan melupakan bahwa Allah bermaksud mengadakan pernikahan untuk kebaikan dan kesukaan. Ketika pernikahan dilaksanakan sesuai dengan rencana Allah - yaitu dengan kasih, perhatian, kelembutan, penghargaan dan penghormatan - upahnya adalah sukacita dan berkat-berkat. Bacalah 1 Pet. 3:8-12; Rom. 12:17, 1 Tes. 5:15; 1 Kor. 4:12. Seorang yang percaya harus memberi berkat supaya dapat menerima berkat dari Tuhan.

    Seorang suami hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:

    1. Apakah kelebihan istri yang bisa saya puji?
    2. Dengan cara apa saya bisa menjadi berkat bagi dia?
    3. Dalam hal apa saya bisa berterima kasih kepada istri saya?
    4. Dalam kehidupan istri saya, hal khusus apa yang harus saya doakan agar Tuhan memberkatinya?

    Dengan suatu sikap dan tindakan yang menanggapi segala sesuatu sebagai berkat, maka "hari-hari yang baik dan hidup yang diberkati" bersama sang istri akan diberikan Tuhan kepada suami.

    B. ISTRI DALAM PERNIKAHAN KRISTEN

    Ayat Hafalan

    "Istri yang cakap, siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya,." Ams. 31:10-12.

    1. PENOLONG DAN TEMAN

    Kej. 2:18-23 menunjukkan kehendak Tuhan atas seorang istri, yaitu sebagai penolong dan teman. Istri akan menjadi teman, penghibur dan pelengkap bagi suaminya. Kerinduan istri haruslah untuk membangun dan mengungkapkan kepercayaan diri atas kemampuan suaminya, mendorong dan menunjukkan penghargaan pada suaminya, percaya pada kebijaksanaan dan menunjukkan penghormatan pada suaminya, menolong suami meraih segala keberhasilan, mendengarkannya dengan lembut dan mengagumi suami, berdiri di samping sang suami dalam keadaan apapun. Sang istri akan menolong suami merasa aman dengan mengasihinya.

    2. KERENDAHAN HATI

    Kerendahan hati adalah istilah Alkitab yang digunakan dalam semua hubungan. Saling merendahkan diri satu dengan yang lain adalah suatu sifat dalam kekristenan dan sebagai akibat dari kepenuhan Roh Kudus. Merendahkan diri adalah dengan sukarela mengangkat orang lain di atas diri Anda sendiri untuk melayaninya. Suami istri hendaknya saling merendahkan diri, saling mengangkat, dan saling melayani. Paulus memulai suatu diskusi tentang tanggung jawab pernikahan setelah dia menyatakan prinsip-prinsip umum tentang merendahkan diri. "dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus" Ef. 5:21.

    Di dalam hubungan pernikahan, kerendahan hati membuat dua pribadi bisa berfungsi sebagai satu tubuh, saling melengkapi dan bukannya saling bersaing. Ef. 5:21-23 menunjukkan bagaimana Yesus telah menjadi model bagi tanggung jawab seorang suami atau istri. Yesus telah merendahkan diri dan taat kepada Bapa dan melepaskan segala hak yang Dia punya (Fil. 2:6). Begitu juga, hendaknya sang istri taat dan merendahkan diri kepada suaminya. "Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan." (Kol. 3:18).

    Kerendahan hati yang sejati menurut Alkitab adalah merupakan kesukaan sang wanita yang kreatif yang berusaha menemukan bagaimana dia bisa menunjukkan kepada suaminya bahwa dia menghormati, mengagumi dan bergantung padanya. Ini berarti bahwa sang istri akan menjadi lebih tertarik kepada kebutuhan suami daripada kebutuhannya sendiri.

    Ketaatan dan kerendahan hati sang istri pada suaminya bisa terlihat dengan baik ketika dia mendorong peran kepemimpinan sang suami dan tidak pernah berusaha untuk menghancurkan, memudarkan, dan melemahkan atau menguranginya.

    3. PERHATIAN TERHADAP KECANTIKAN DARI DALAM

    Dalam 1 Pet. 3:1-4, Petrus mendorong istri untuk mengembangkan kecantikan dari dalam yang mencerminkan kewanitaan, kelembutan, perhatian dan kasih. Petrus tidak mengatakan pada para wanita bagaimana harus berpakaian. Dia hanya memberikan suatu prinsip: wanita yang cantik adalah seorang wanita yang memunyai kecantikan hati yang berupa sikap yang murni dan hormat dan merupakan pancaran dari roh yang lembut dan tenang.

    4. MERAWAT SEISI RUMAHNYA

    Seorang istri hendaknya merawat seisi rumahnya. Dia mungkin memberikan perhatian sepenuhnya akan segala kegiatan di rumah atau dia mungkin juga bekerja di luar rumah. Lidia, Priskila dan Dorkas jelas bekerja di luar rumah. Jika sang istri bekerja di luar rumah, sangatlah penting untuk menjamin keseimbangan sehingga keluarganya tidak diabaikan. Hal ini berarti bahwa seluruh keluarga perlu untuk memutuskan pembagian tanggung jawab seisi rumah yang efektif. Dalam beberapa rumah tangga, mungkin ada yang memekerjakan pembantu. Perhatian istri yang utama bukanlah mendapatkan uang melainkan kesejahteraan suami dan anak-anaknya. Istri yang baik yang digambarkan dalam Ams 31:10-31, sementara memberikan kasih dan perhatian kepada suami dan anak-anaknya, ia juga bisa mencari nafkah dan membantu orang yang memerlukan.

    Berikut adalah sifat (karakter) dari seorang "istri yang baik":

    1. Dia adalah pasangan yang bisa dipercaya dari suaminya.
    2. Kesejahteraan suaminya menjadi perhatiannya.
    3. Dia memelihara seisi rumahnya dengan makanan.
    4. Dia memelihara seisi rumahnya dengan pakaian.
    5. Dia mengajarkan hikmat dan kebaikan.
    6. Dia murah hati kepada orang miskin dan yang memerlukan.
    7. Dia seorang wanita bisnis yang baik.
    8. Dia bisa meningkatkan reputasi suaminya.
    9. Dia dihormati oleh suami dan anak-anaknya.
    10. Dia berserah kepada Tuhan dan memberikan tempat pertama bagi-Nya.

    C. BERTUMBUH DALAM MASALAH

    Ayat Hafalan:

    "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." Ef. 4:32.

    Pernikahan adalah suatu hubungan dimana dua pribadi bergabung menjadi satu. Karena tiap pribadi adalah unik, masing-masing memunyai kehendak, kebutuhan dan cita-citanya sendiri, maka konflik tidak bisa dihindari. Tapi ini hal yang wajar, bahkan baik. Bagaimana tiap pasangan menanggapi konflik tersebut adalah hal yang lebih penting.

    1. PERTENTANGAN/KONFLIK

    Kamus menjabarkan konflik sebagai "suatu perjuangan, pertentangan, benturan, ketidakcocokan, dan kehendak yang bertolak belakang." Pertentangan dapat menjadikan hubungan pernikahan bertumbuh atau justru bisa menjadikannya menyakitkan, tidak terselesaikan, dan menghancurkan. Banyak orang Kristen yang menghadapi masalah secara tertutup sebab tidak ada yang mengajarkan kepada mereka cara-cara efektif untuk mengatasinya.

    2. APAKAH YANG MENYEBABKAN PERTENTANGAN?

    Bacalah Yak. 4:1-3. Sebelum menikah, masing-masing pribadi sudah hidup sendiri-sendiri selama lebih dari dua puluh tahun. Selama jangka waktu itu, masing-masing pribadi sudah memiliki selera, pilihan, kebiasaan, kesenangan dan ketidaksenangan, nilai-nilai dan standar sendiri-sendiri. Persatuan dalam pernikahan tidak membuang semua perbedaan-perbedaan ini. Mereka tidak harus meluangkan waktu, dan melakukan segala sesuatu bersama-sama. Di sinilah setiap pasangan akan memunyai perbedaan pendapat atau pilihan dan inilah yang menyebabkan munculnya berbagai ketidakcocokan.

    3. TANGGAPAN TERHADAP PERTENTANGAN

    Orang-orang menanggapi konflik/pertentangan dengan cara yang berbeda.

    1. Ada orang yang memilih untuk menyendiri. Mereka bisa secara fisik meninggalkan ruangan atau tempat pertentangan. Mereka menyendiri secara jiwa dengan tidak berbicara, dan mengabaikan pasangannya, atau menutup diri sehingga tidak ada perkataan atau perbuatan yang dilakukan bersama.
    2. Ada orang yang merasa mereka harus menang, tidak peduli berapa pun "harganya". Karena tiap pribadi mengetahui kelemahan dan luka yang dimiliki pasangannya, maka mereka sering menggunakannya untuk memaksa pasangannya menyerah. "Si pemenang" mungkin menyerang harga diri atau keadaan pasangannya supaya menang.
    3. Ada orang yang mau mengalah agar berbaikan kembali dengan pasangan mereka. Mereka menyembunyikan kemarahan dan membiarkannya tetap tersimpan. Kepahitan dan luka hati masih ada, namun tetap melanjutkan hidup bersama sehingga masalah yang sebenarnya tetap tak terselesaikan.
    4. Ada orang yang bisa berkompromi, atau memberikan sedikit dan mendapatkan sedikit. Kadang-kadang kompromi penting. Namun, menggunakan cara ini agar mendapatkan sesuatu untuk diri sendiri adalah tanggapan yang kurang baik terhadap suatu konflik.
    5. Ada orang yang bersedia meluangkan waktu untuk berkomunikasi secara langsung dan terbuka sehingga beberapa keinginan atau ide-ide bisa dipadukan. Mereka puas dengan jalan keluar yang sudah mereka setujui. Mereka telah menyelesaikan pertentangan tersebut dengan baik. Bacalah Ef. 4:29-32.

    4. HUBUNGAN SECARA PRIBADI DALAM PERNIKAHAN

    Bacalah Mat. 18:15-17. Bagaimana menerapkan ayat-ayat ini dalam pernikahan? Pengajaran dari firman ini adalah jangan masuk dalam situasi yang mana menimbulkan kerusakkan hubungan pribadi, tapi kerjakan yang perlu untuk memperbaiki hubungan yang rusak (perdamaian). Perhatikanlah beberapa tindakan dan urutan sebagai berikut:

    1. Saudara dengan saudara sebagai pribadi-pribadi yang setara.
    2. Jika timbul masalah maka segera harus ditangani.
    3. Penyelesaian perlu bersifat pribadi - muka dengan muka.
    4. Jika pertemuan secara pribadi gagal, bawalah dua atau tiga saksi yang memunyai kehidupan rohani yang baik. Tujuannya bukan untuk mencari yang salah atau yang benar. Juga bukan untuk mengumpulkan bukti-bukti untuk menyerang seseorang, melainkan untuk mendengarkan dari dua pihak sehingga terjadi pendamaian. Membicarakan masalah dengan kehadiran beberapa orang Kristen yang bijaksana, baik dan murah hati dapat menciptakan suasana yang baru dalam melihat masalah yang ada.
    5. Jika hal ini masih tetap gagal, bawalah ke dalam persekutuan di gereja. Ini bukan untuk membuka masalah di muka umum. Pesekutuan merupakan lingkungan dimana doa, kasih dan hubungan indah secara pribadi dijunjung tinggi. Jelas bahwa Kristus menghendaki perdamaian dan bukan penghakiman.
    6. Jika usaha ini gagal, orang tersebut adalah seperti bangsa kafir atau pemungut cukai. Namun bukan berarti ia harus dikucilkan dan dianggap tidak ada harapan untuk disatukan lagi. Tuhan Yesus tidak pernah membatasi pengampunan terhadap umat manusia. Bacalah Mat. 18:21-35. Ini adalah tantangan untuk memenangkan orang dengan kasih bahkan untuk hati yang paling keras sekalipun. Persekutuan dalam gereja harus mampu menyatukan kembali pribadi-pribadi untuk masuk dalam proses pendamaian.

    5. LANGKAH-LANGKAH DALAM MENANGANI PERTENTANGAN/KONFLIK

    1. Langkah pertama dalam menangani masalah adalah memulai proses pendamaian.

      Meninggalkan atau mengabaikan masalah dengan harapan masalah itu akan pergi dengan sendirinya tidak akan menyelesaikan masalah. Jagalah supaya hubungan tetap hidup. "Jagalah kesatuan... Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera." (Ef. 4:1-3). Janganlah menunggu sampai pasangan Anda yang memulai proses pendamaian tersebut. Pakailah bahasa yang tidak mengancam atau menghakimi, seperti:

      1. "Dapatkah kita berbicara tentang..."
      2. "Apakah ini sesuatu yang bisa kita rundingkan?"
      3. "Saya sungguh merasa putus asa tentang..."
      4. "Saya kuatir tentang..."
      5. "Saya akan tidak bahagia jika..."
      6. "Saya tidak mengerti mengapa..."

  • Ketidakcocokan sebagai salah satu bagian dari keseluruhan masalah. Bacalah Filipi 2:1-8.

    Ketika masing-masing pasangan merasa lebih berkuasa dari pada yang lain, maka masalah tidak akan pernah bisa diselesaikan. Satu pihak tidak bisa lebih banyak berpikir, berbicara atau menguasai yang lain dalam menyatakan pikiran atas situasi yang sedang terjadi. Diskusi harus terbuka sehingga tiap pihak bisa menyumbangkan idenya secara seimbang dan dihargai untuk menemukan jalan keluar yang menguntungkan.

  • Tukarlah posisi.

    Rela melihat situasi yang terjadi menurut pendapat pasangan kita akan menolong memberi pengertian bagaimana hal itu mempengaruhi pernikahan. Masalahnya akan bisa diselesaikan jika mereka memiliki sikap lemah lembut dan saling menghargai perasaan orang lain. Bacalah Kol. 3:12-17.

  • Tanganilah masalah satu persatu.

    Kadang-kadang salah satu pihak mencoba mengalihkan tanggung jawab dengan menyebutkan masalah yang lain atau menyalahkan pasangan mereka. Fokuskan untuk menangani masalah yang ada. Jangan mencoba menyelesaikan masalah-masalah lain, baik yang ada hubungannya atau tidak. Anda bisa menanggapinya dengan mengatakan, "Anda mungkin benar tentang hal itu, tetapi sekarang ini kita sedang membicarakan tentang..."

  • Seranglah masalahnya dan jangan orangnya.

    Terlalu banyak pasangan yang saling menyerang dengan sindiran-sindiran, penghinaan dan ungkapan-ungkapan yang menyakitkan.

    1. "Kamu selalu...";
    2. "Kamu tidak pernah..." atau;
    3. "Kenapa kamu tidak bisa...";

    Kalimat di atas berarti Anda sedang menyerang orangnya. "Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Mat. 7:2; Rom. 2:1). Pelajarilah bagaimana memberitahu pasangan Anda tentang perasaan Anda. Jangan melempar sebuah batu pada mereka.

  • Minta pertolongan dari para pembawa damai yang penuh roh.

    Allah sudah menempatkan orang-orang dalam persekutuan di gereja yang memiliki karunia sebagai pembawa damai. Sang pembawa damai hendaknya seseorang yang tidak mudah dipengaruhi dan adil, dan dapat melihat kedua sisi. Sang pembawa damai dapat menurunkan nada-nada yang merusak komunikasi dan menolong kedua pasangan untuk menuju pada perdamaian.

  • Maafkan dengan segenap hati.

    Kalau Anda sudah menerima Kristus sebagai Juru Selamat, Anda sudah mengalami pengampunan yang dari Allah. Kemudian Anda pun memunyai kemampuan untuk mengampuni diri sendiri dan orang lain

    (Kol. 2:13; Kol. 3:13). Bacalah 1Pe 2:21-24. Pengampunan terjadi jika kasih rela menerima luka dan kesengsaraan hidup dan mengabaikan semua tuduhan terhadap yang lain. Pengampunan adalah menerima orang lain ketika dia sudah melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan. Pengampunan bukanlah menerima dengan syarat bahwa orang yang diampuni itu harus melakukan sesuai kehendak kita. Pengampunan diberikan secara cuma-cuma, dengan kesadaran bahwa si pemberi maaf tersebut juga mendapatkan maaf secara terus-menerus. Pengampunan adalah suatu hubungan antara dua pribadi yang setara yang menyadari bahwa mereka saling memerlukan. Tiap orang memerlukan pengampunan dari yang lain. Tiap orang perlu untuk diterima oleh yang lain. Tiap orang perlu orang lain. Demikian juga, di hadapan Allah, setiap orang menghentikan tuduhan, menolak semua penghakiman secara sepihak, dan mengampuni. Mengampuni sebanyak "tujuh puluh kali tujuh" seperti yang dikatakan Yesus dalam Mat. 18:21-22.


  • Akhir Pelajaran (PKS-P04)


    DOA

    "Ya Allah, terima kasih untuk suami (istri) yang Engkau berikan kepadaku. Tumbuhkan dalam hati kami masing-masing kasih sejati yang dari pada-Mu supaya ketika kami mengalami konflik kami bisa terus belajar untuk saling mengasihi dan mengampuni. Amin"

    [Catatan: Tugas pertanyaan ada di lembar terpisah.]

    Taxonomy upgrade extras: